SHE KEEP ME WARM (CHAPTER THREE) BY ATTALOCKSMITH


Ia merenggangkan tubuhnya pada sofa itu, berharap mendapatkan waktu tidur sedikit lebih lama, maklum saja, ia baru tertidur 2 jam dan menurutnya itu sangat tidak cukup pasalnya ia harus tampil malam ini, sejujurnya ia begitu tidak tertarik untuk tampil tapi apa daya sahabatnya ingin dirinya kali ini untuk menunjukan kebolehannya dan membuat acara semakin ramai, ingin saja ia menarik kakinya untuk pergi sejauh mungkin dan melepas penatnya. Menenggak banyak wine hingga apapun yang dirasakannya saat ini benar benar hilang.

“Yah! Kelas akan di mulai 10 menit lagi!?” Sunny kadang benar benar tidak mengerti dengan sahabatnya yang satu ini, bagaimana bisa Taeyeon membaringkan tubuhnya di Pantry kampus sedangkan kelas dengan Proffesor yang dikenal mengerikan itu akan dimulai dalam waktu kurang lebih 10 menit?

“Aku butuh istirahat, Sunny.”

“Yah! Ini Mr. Franklin yang sedang kita bicarakan!”

“So? He likes me tho.”

“Omo. Aku hampir lupa. Bahkan jika kau melewatkan kelasnya 10 kalipun aku rasa kau akan tetap lolos.” Taeyeon terkekeh mendengar sahabatnya yang sudah merubah nada suaranya, ia terus memejamkan matanya, mendengar suara gelas dan sendok yang sedang menghantam satu sama lain, lalu suara air yang sedang di tuangkan dari suatu wadah.

“Ada apa denganmu?”

“Huh? Ada apa denganku?”

“Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan? Are you okay?”

“Huh? I’m perfectly fine Sunny, you better get hurry before he kills you.”

“Fine! Let me finish my coffe first! But seriously Taeyeon, we’re bestfriends, you can always tell me anything, okay?”

Bisa dirasakan senyuman tulus itu tergambar di wajah Taeyeon, ia sangat menyukai ketika sahabat-sahabatnya seperti ini, entah bagaimana selalu bisa membuatnya lebih baik dan nyaman meskipun pada akhirnya ia tidak akan menceritakan apapun sampai ia benarbenar memiliki keinginannya, entah bagaimana hanya dengan perhatian dari sahabatnya dapat mencairkan perasaannya yang dingin dan entah bagaimana harus menjelaskannya.

“Yes, I know Sunny. And thank you. Seriously tho, you better get hurry!”

“Ara! Ara! I’ll see you later, You better get rest then, alright?” Gadis itu mengangguk lemah, memejamkan kedua matanya. Baru saja alam mimpinya akan segera dimulai, pintu itu lagi lagi terbuka, “Yo! Taeng!”

“Aish!”

“Huh? Untuk apa “aish” itu!?”

“I just wanna get rest, Yul.”

“Okay, okay, I’m sorry. By the way, what’s wrong? Is everything alright?”

“Huh?”

“Ada apa denganmu?”

“Ada apa denganku?”

“Ya, is there something wrong?”

“Apa keadaanku terlalu jelas!? Kau orang kedua pagi ini yang menanyakan hal seperti itu” Gadis tan itu terkekeh, sahabatnya yang satu ini adalah karakter yang mudah dibaca, dengan selimut menyelimuti tubuhnya, rambutnya yang sedikit berantakan dengan wajah yang begitu letih.

“Jika aku tidak bisa mengenali keadaanmu, maka aku akan menjadi sahabatmu yang paling bodoh.”

“Haha, yea right.”

“Seriously, Taeng, apa yang menganggumu?”

“Nothing important, Appa terus memaksaku untuk melanjutkan bisnisnya, and Eomma yang meminta ku meneruskan fashion business nya. Dan disini, Taeyeon yang tidak menginginkan keduanya, yang ingin kulakukan hanyalah menulis music, melihat pemandangan, jatuh cinta, tanpa patah hati tentunya, mengelilingi tempat – tempat yang indah di bumi dan, Tiffany.” Taeyeon terkekeh mengingat kata terakhirnya itu, nama yang mampu membuatnya seakan seakan ia terlahir kembali, meskipun terkadang nama itu berubah menjadi sesuatu yang tajam yang kapan saja dapat melukainya, namun kadang nama itu menjadi kehangatan seperti kapas yang dapat menutupi lukanya.

“Tiffany, huh? You’re so freaking in love with her.” Gadis itu kembali terkekeh mendengar sahabatnya yang kini duduk disebrangnya, ia bangkit dari posisinya, menundukkan pandangannya dengan telapak tangan menjadi tumpuannya.

“I mean, who wouldn’t right?” Lanjut Yuri meraih ponsel dari sakunya, melihat jadwal kelas yang harus dipenuhinya untuk hari ini.

“Yes, who wouldn’t. apa kau pikir orang – orang akan jatuh cinta dengan Tiffany semudah itu?” Taeyeon kini angkat bicara, tersenyum kembali ketika nama itu keluar dari mulutnya, mengingat gambaran wajah yang begitu menawan milik Tiffany, gadis yang baru saja dipeluknya malam tadi, mengingat kembali rasa hangat yang di berikan gadis itu hanya dalam sekerjap.

“Yes of course. I’d definitely fall for her if my bestfriend doesn’t. haha, I mean, she’s pretty, she’s gorgeous, she’s hot. and she’s very nice, smart, humble, smiles a lot. Well, she’s kinda definition of perfection.” Taeyeon terkekeh, sedikit merasa bangga mendengar pujian yang di lontarkan sahabatnya untuk masa depannya. Itulah Kim Taeyeon, ia selalu berusaha menutupi rasa sakitnya dengan bayangan-bayangan imajinasi yang dibuatnya, berlari di kepalanya, berharap menjadi kenyataan, mengesampingkan realita. Itulah salah satu hobbynya.

“She’s perfect.”

“Yah! Taeng! Sudah berapa kali dia menghiraukanmu? Kau tidak bisa terus seperti ini.”

“Haha, aku pikir aku sudah mulai terbiasa akan rasa sakitnya. Aku selalu jatuh cinta, pada orang yang salah bukan?”

“Yes, kau selalu jatuh pada orang yang salah.” Yuri terdiam, mengulas kembali semua kejadian dimana mereka harus melihat sosok itu lagi lagi jatuh dan runtuh. Tidak memiliki semangat hidup, selalu menghabiskan waktunya di tempat gelap nan ramai, menghabiskan belasan gelas minuman pahit tanpa mementingkan hari esok, pergi ketempat dengan banyak lampu berwarna dan music yang keras, lalu esok harinya mengunci dirinya sendiri didalam suatu ruangan yang begitu sunyi atau mungkin minggu berikutnya ia akan melarikan dirinya sendiri ketempat persembunyiannya yang tidak seorangpun mengetahuinya, yang ia jelaskan, disana ada ombak yang berlarian, tidak jauh dari sana, terdapat rumah putih yang begitu nyaman, dengan orang orang yang membuat hatinya tentram.

_______________________________________

Matanya tidak pernah lepas dari sosok itu, memperhatikan setiap jengkal sosok itu, mulai dari seluruh pakaian yang serba putih yang terlihat begitu cocok untuk malaikat sepertinya, memberikan kesan cute dan navel yang terlihat juga kulit seputih porselen dengan orbs mata coklat yang begitu gelap memberikan kesan calm dan sewaktu- waktu dapat menjadi begitu liar tidak lupa aura bagaimana hot nya gadis yang selama ini selalu menghantui pikirannya dan mempertanyakannya akan semua hal yang ada dihidupnya.
Musik yang keras itu tak henti hentinya membanting keras dinding ruangan yang cukup megah ini, dengan pengcahayaan yang kadang kala akan gelap seketika juga sekerjap menjadi terang. Bahkan dirinya saat ini tidak peduli apa yang sedang dibicarakan sahabat-sahabatnya yang mengelilinginya, matanya sibuk memperhatikan sosok yang kini tengah menenggak minuman berwarna gelap itu. Sesekali memejamkan matanya, menyenderkan kepalanya pada sofa itu. Sesekali tertawa sembari terpejam yang mungkin karena sesuatu yang lucu dilontarkan oleh orang disekitarnya. Taeyeon bagaikan pemandangan senja dipantai, yang mempunyai keindahan tidak ada habisnya untuk mata Tiffany nikmati.

“Tiffany! Yah! Kau melamun lagi oh?” Tiffany terenyah, segera mengalihkan pandangannya dari sosok malaikat itu.

“Kau memperhatikan apa?” Ujar Krystal sembari mengedarkan pandangannya, mendapatkan sosok yang memakai pakaian serba putih itu sedang terduduk dengan mata yang terpejam. Sesekali tersenyum bersama orang orang disekitarnya yang kiranya sedang bergurau.

“Taeyeon-unnie lagi eh?”

“What? Ani!”

“Berbohonglah sepuasmu.”

“Tiffany berhentilah. Kau hanya akan menyakitinya.”
Tiffany terenyah, mengedarkan pandangannya pada panggung, entah apa yang diperhatikannya yang jelas kepalanya berkata lain, kalimat Soojung beberapa detik yang lalu terus terngiang di otaknya, benarkah?

“Soojung-ah, calm down. I got this.”

“Calm down? Funny Tiff. Funny. Apa kau bahkan sadar kau baru saja menyakitinya? Sangat menyakitinya? Dan kau disini memperhatikannya bagaikan dia dewi atau semacamnya, kau.. Kau aneh Tiff.”

“Soojung-ah..”

“Tiffany, if you want to be with someone, you should be with that person. Just don’t think about another thing or everything that will makes you confused. Just do whatever makes you happy.”

“Apa yang sedang kau bicarakan, Soojung-ah? The only one that i ever wanted is Nickhun, and i don’t want to be with someone else but him. Taeyeon hanya figure acak yang entah darimana melintas dikehidupanku dan sedikit membuat ku tertarik,”

“Tertarik?”

“Untuk menjadi teman atau sahabatnya Soojung-ah, tidak lebih. Aku masih menginginkan keluarga kecil yang nyata untukku. Bahagia bersama pria yang mampu menjagaku-.”

“Tiffany hentikan,yang terpenting Jika kau menyakitinya lagi, i’m so done with you, just at least control yourself. Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri! Ara!?”

“Yes Soojung-ah. I got it. I won’t ever say things like that to her again, okay? I promise.”

“Cool. Aku sangat emosi karenamu.”

“Mianhe.. Sebagai gantinya aku akan mengenaliku dengan temanku yang super hot. Sangat tampan”

“No thankyou, but if you want to give me Kim Taeyeon, i’ll be glad to accept.”

“What!! N-no..”

“There you go again.”

“Ah-uh i mean..”

“Yes whatever, aku sudah memperingatkanmu, by the way, those flowers are nice, where did you get it? Your locker? Secret admirer?”

Tiffany terkekeh, memperhatikan sebuket bunga yang kini berganti warna. Buket itu biasanya berisi bunga dengan warna putih yang memenuhi tiap kelopaknya, kini ia berwarna pink, kesukaannya. Entah siapapun itu yang selalu meletakkan bunga di kotak surat lokernya, ia selalu merasa tersanjung.
“Yah! Watch it!” 
Kedua insang itu menoleh, bukan hanya mereka, semua mata menoleh mencari asal sumber suara, satu yang pasti, ituadalah suara Kim Taeyeon, jika bukan, tidak mungkin semua mata rela meninggalkan aktivitas mereka yang menyenangkan hanya untuk suara itu. Suara yang selalu diidam-idamkan semua orang. Taeyeon adalah tipe gadis yang tidak banyak berbicara depan banyak orang, ia hanya mau mengeluarkan suaranya untuk orang orang tertentu saja, lagipula mereka tidak dapat selalu menguping pembicaraan Taeyeon dan sahabat-sahabatnya.
“Mianhe! Mianhe Taeyeon-unnie!” Pria itu terlihat menduduk dan mencoba mencari apapun yang ada dipoketnya, detik kemudia selembar tissue itu diraihnya dan mulai membersihkan jaket berbulu gadis itu,  “Yah! Hentikan! Aku bisa membersihkannya sendiri!” Sahut gadis itu sembari menepis tangan yang sudah terlanjur mendarat disisi bahunya, membuat pria itu sedikit terkejut lalu menunduk.

Entah alasannya apa kejadian itu sangatlah lucu untuknya, menurut Tiffany sosok itu benar benar sangat cute ketika membuat raut wajahnya menjadi musam dan sedikit kesal itu, ia terkekeh kecil, takut-takut sahabatnya akan mendengarnya. Detik kemudian, Yuri bangkit dan memperhatikan sekitarnya yang sedang mengamati Taeyeon membersihkan noda yang ada di jaket putih-nya yang lembut itu, tatapan Yuri pada sekitar membuat semua mata berpaling ke aktifitas masing masing, didalam hati kecil gadis tan itu ia sedikit gembira melihat Taeyeon tetaplah Taeyeon,

apapun keadaan Taeyeon, itu tidak akan merubah pribadinya yang memiliki temper sedikti tinggi itu. setidaknya ada suatu alasan dan tempat untuknya mengeluarkan semua amarahnya, meskipun membutuhkan beberapa korban.

“Yah! Apa yang kau tertawakan?” Tiffany tersigap, menghentikan tawanya sejenak, memperhatikan Soojung tidak bersalah.

“Ani, it’s just so cute to see her like that.”

“Who? Taeyeon-unnie?”

“Yes. She’s cute. ” Tiffany kembali terkekeh, mencoba mengingat ekspresi lucu Taeyeon ketika ia sedikit membentak pria yang sedikit culun itu, dengan kacamatanya yang begitu besar dan dasi kupu-kupu berwarna merah juga kemeja yang dilipat sampai siku, membuat kesan yang begitu kutu buku dimatanya.

“Yah!”

“What?”

“You said Taeyeon- unnie was cute!”

“Yes, of course. Lalu kenapa?”

“You always said that you don’t like her, you won’t fall In love with her! Don’t get yourself into trouble!”

“Who said I did!? Aku hanya mengatakan dia cute ketika sedang marah seperti itu, sangat cute, apa itu salah? Lagipula wajah pria itu sangatlah lucu, ekspresi nya, heol, priceless.. aku tidak menyangka Taeyeon bisa marah seperti itu. ”

“Kau tidak tahu pria itu!?”

“Pria culun yang tergila-gila akan Taeyeon? yang baru saja menumpahkan minumannya pada Taeyeon dan Taeyeon yang membuatnya malu? Haha ini cukup menghibur.”

Kini Krystal yang terkekeh, rupanya Tiffany tidak memiliki petunjuk,

“Itu Baekhyun.” Ujar Krystal singkat pada Tiffany yang sedang sudah bersiap menenggak minumannya,

“Lalu?” ujar Tiffany sembari menyeruput minumannya perlahan, membiarkan coklat panas itu sedikit mendingin, lalu meminumnya kembali.

“Satusatunya pria yang pernah di-incar, di sukai, di kagumi, di kejar oleh seorang Kim Taeyeon.”

“Uhuk! U-uhuk!”

Krystal menyeringai, dugaannya tidak pernah meleset, sahabatnya itu pasti akan terkejut.

“seingatku mereka pernah di kabarkan menjalin hubungan 3 bulan, dan Taeyeon-unnie yang mengakhirinya.”

“Uhuk—uhuk—uu-uhuk!” Hidung itu sampai sakit di buat perkataan Krystal barusan, Tiffany mengedarkan pandangannya, mencari-cari pria itu, apa yang dilihat Taeyeon dari pria itu!?
“Aku sedikit heran ketika Taeyeon-unnie membentaknya, baru kemarin ia menanyakan kabar Baekhyun pada Ji-eun.”

“Uhuk!-uhuk! Yah stop it!”

Krystal sekali lagi menyeringai, meraih ponsel yang ada di pocket belakang dressnya yang cukup pendek, “Wait, aku akan menunjukanmu foto Taeyeon-unnie mencium Baekhyun..”

“Yah!”

“Wae? Kau cemburu?”

“Hwang Miyoung.”

 

Tiffany juga Krystal menoleh, mencari sumber suara itu, bagaimana ada orang yang mengetahui nama korea Tiffany?

Untitled

Mata Tiffany melebar, perlahan tatapan dirinya sendiri itu mencair, melihat sosok itu mendekat, detik demi detik penglihatannya melembut, Mendapatkan sosok malaikat itu tersenyum hangat pada Tiffany, sosok yang beberapa menit lalu Tiffany perhatikan sangat cute ketika ia mengeluarkan amarahnya, sosok yang belasan jam yang lalu mungkin saja disakitinya, sosok yang selalu muncul dipikirannya, selalu mempertanyakan kembali hal hal yang ada di hidupnya. Dengan sepasang sarung tangan hitam yang ada digenggamannya.

“Ini, aku hanya ingin mengembalikan ini.” Senyuman itu muncul di peredaran wajah Taeyeon yang lembut, bukan seperti Taeyeon beberapa menit yang lalu pada pria itu. Kali ini ekspresinya begitu hangat.

“Oh?”

“Your gloves Tiffany. And thank you for the hug last night by the way.” Sekali lagi Taeyeon menjulurkan sarung tangan hitam itu, memperhatikan wajah Tiffany lebih dekat dengan segala kesempurnaannya membuat denyut jantungnya tak terkira berapa cepat itu berlangsung.

“Ini, sarung tanganmu, by the way kau terlihat sangat cantik malam ini.” Ujar Taeyeon pada gadis yang tidak kian mengambil kembali sarung tanga miliknya itu sembari memberikan pujian pada Tiffany yang semakin terdiam, entah apapun itu membuat irama jantungnya tak terkendali,

“Noda di jaketmu belum hilang.” Tiffany tidak menghiraukan pernyataan Taeyeon yang ingin mengembalikan sarung tangannya, membuat Taeyeon kembali memperhatikan noda yang ada dijaketnya sedikit merasa risih ketika ia harus berhadapan sang pujaan hati dengan noda kecil, detik kemudian,

         “Heol!”

Kim Taeyeon melepaskan jaket putih berbulu itu dari tubuhnya, menyisakan singlet berwarna putih yang memperlihatkan setengah dari perutnya, membuat semua mata termasuk Tiffany sedikit terkejut, Heol, julukan The Hottest Chick terasa semakin cocok untuk Taeyeon.

“Taeyeon-ah, can we talk?” Detik kemudian Tiffany tersadar akan lamunannya yang tenggelam pada pesona gadis itu, ia meraih kedua tangan gadis itu dengan kedua tangannya, membuat Taeyeon sedikit terkejut.

“Yeah sure, why not?” Lagi lagi senyum hangat itu pamerkan oleh Taeyeon, membuat Tiffany semakin merasa ingin memeluknya… Entahlah, gadis inilah yang ia sakiti belasan jam yang lalu, entah seberapa sakit yang ia yakin jika ia berada diposisinya, itu akan terasa sangat sakit, dan mengeratahui bahwa sosok itu masih ada dihadapannya, dengan senyum lembut yang entah bagaimana membuatnya merasa hangat. Tanpa sadar Tiffany menarik telapak tangan yang lembut itu dengan miliknya, berjalan dengan jari jari yang saling menaut, meninggalkan sahabatnya yang masih mematung ditempat yang sama.
“Kim Taeyeon dan Tiffany Hwang bersama?”

“Bisakah kau percaya itu?”

“Yah! Bukankah Tiffany Hwang sudah memiliki kekasih!?”

 

Gadis itu menoleh, memperhatikan pergelangan tangannya, sungguh rasanya ia tidak ingin melepaskan genggaman itu, namun lagi lagi ia tidak ingin membuat Tiffany risih karena perkataan sekitarnya, tidak setelah kejadian kemarin malam.

“Mianhe, aku tidak ingin membuatmu risih.” Bisik Taeyeon pelan pada telinga Tiffany kemudian melepaskan tautan jemarinya dengan milik Tiffany perlahan,

“Taeyeon-ah, gwenchana.”

Tiffany mengerti jika gadis itu tidak ingin membuatnya risih karena berhubungan dengan sosok cute itu dan Taeyeon yang takut akan membuatnya semakin menjauh karena mereka terlihat begitu dekat, mungkin saja Taeyeon merasa tidak enak karena dirinya yang sudah memiliki kekasih dan Taeyeon yang takut akan orangorang berkata buruk tentang Tiffany.

Entah mengapa perasaan hangat itu kembali menerpa sekujur tubuhnya ketika Tiffany kembali menautkan jemarinya pada jari-jari miliknya. Terasa begitu murni dan bukan paksaan.

Beberapa menit kemudian setelah melewati khalayak yang cukup ramai, mata yang memperhatikan dan suasana yang cukup canggung diantara mereka berdua ketika di Lift, akhirnya mereka sampai di lantai paling atas, dengan atap terbuka atau sering di sebut rooftop dengan pandangan kearah indahnya kota ketika malam hari dengan banyaknya lampu yang berkedap kedip, orang orang yang terlihat seperti semut dan toko juga rumah yang seakan akan dapat digenggam dengan tangan juga gedung yang seakan bisa dipeluk.

“Jadi, ada apa?”

Taeyeon perlahan melepaskan genggaman itu, sungguh rasanya ia tidak ingin melepaskannya, namun lagi lagi ia merasa tidak ingin membuat gadis ini risih terhadapnya, ia berjalan, menarik dirinya untuk duduk di tepi, mengayunkan kakinya pada udara yang bebas.

“Taeyeon-ah”

“Hm?”

Taeyeon menoleh pada gadis yang baru saja duduk disebelahnya, mendapatkan dirinya lagi lagi tenggelam pada bola mata hitam yang merefleksikan cahaya bintang yang berada di atasnya.

“I’m sorry..”

“I’m so.. sorry..”

Kini Tiffany menundukkan kepalanya, perlahan tapi pasti air mata itu mulai meluncur dari permukaan matanya,

“What’s wrong Fany-ah? Why are you crying? Stop it please.”

Taeyeon terlihat begitu khawatir, ia meraih wajah itu, menghapus perlahan air mata yang terlanjur jatuh dengan ibu jarinya, lagi lagi mata mereka bertemu, berbeda dengan sebelumnya kali ini lebih dalam dan hangat.

“Is anyone hurting you?” Tanya Taeyeon sekali lagi.

“You.”

Taeyeon terkekeh, seingatnya ia tidak pernah menyakiti Tiffany.

“Na? Wae?”

“Because I hurt you and you’re still here, pretending everything was fine like nothing happened and I feel bad about myself.”

“Tiffany, I’m okay. Trust me.”

Perkataan Taeyeon membuat gadis itu semakin ingin memeluk sosok mungil yang sangat hot cute itu. detik kemudian seakan Taeyeon dapat membaca pikirannya, ia merengkuh gadis yang setidaknya lebih tinggi satu cm darinya itu,

Tiffany sedikit terkejut namun detik kemudian ia membuat posisinya menjadi paling nyaman selama di hidupnya, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Taeyeon, merasakan kehangatan yang berlebih ketika wajahnya menyentuh kulit leher gadis yang kini matanya terpejam itu.

“Selama aku masih dapat memelukmu, I’ll be fine as always.”

Ujar Taeyeon kecil, mengeratkan pelukannya sekali lagi.

“Lagipula aku bisa mengerti mengapa kau mengatakan itu Tiffany”

“No, Taeyeon I’m so sorry, I was out ouf my mind last night.. I’m so sorry..”

“Hey, hey ssh… don’t cry, it’s okay, I’m okay.”

Taeyeon kembali mengeratkan pelukannya.

“Kau sangat cantik malam ini Tiffany, seperti model besar.”

Setidaknya perkataan Taeyeon barusan dapat membuat senyum hangat kembali tergambar di wajah Tiffany yang masih bersembunyi itu. Tiffany terkekeh,

“Benarkah?”

“Yes! You’re gorgeous, really pretty, always beautiful, always bea–”

Taeyeon dengan cepat menutup mulutnya, ffiuh. Hampir saja ia mengatakan sesuatu yang mungkin membuat gadis ini akan merasa jengkel.

“What?”

“A-ani.”

“beautiful? Just say it Taeyeon, I don’t mind, really.”

Bisa dirasakan Taeyeon gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, ia semakin dapat mencium harum gadis yang ada dipelukannya itu.

“Yes, you’re my type, as always. It’s not just because you’re all amazing, but your heart too. “

“I’m happy if that so.”

“Really? You’re lying.”

“Yes! I mean, who wouldn’t right? Ketika gadis paling dikagumi dikampus ternyata mengagumi? Siapa yang tidak akan senang?”

“Siapa bilang aku mengagumi?”

“A-euh..”

“Aku menyukaimu, haha.”

“Yea right, it’s not funny Kim Taeyeon.”

“I’m serious.”

“whatever Taeyeon”

“Okay, okay, just kidding, sorry.”

“What!? Kau hanya bercanda? Yah…”

“Kenapa? Aku pikir kau tidak menyukainya…”

“Bukan seperti itu..”

“Baiklah kalau begitu aku serius, Tiffany”

“Jadi mana yang benar Taeyeon..”

“Aku serius Tiffany, okay ? I’m serious, and please don’t mad at me.”

“Yah! Why would I mad at you!?”

“Uh.. because I like you?..”

“And why would I mad?! Itu bukanlah hal yang buruk, aku senang akan hal itu!”
“kau senang aku menyukaimu? Aku tidak, karena ini menyakitkan.”

“I’m so sorry, Taeyeon-ah. I’m so sorry..”

“Stop sayin that! It’s okay!”

“Seriously, don’t be mad at me but I believe someday I will get my chance.”

Tiffany terenyah, ia harus menahan semua emosinya, tidak ingin menyakiti gadis itu lagi dan lagi.

“Bunga yang indah, don’t you think?”

Ujar Taeyeon mengalihkan pembicaraannya pada bunga yang ada di tas selempang Tiffany yang terbuka, lagi lagi takut membuat Tiffany risih akan perkataannya barusan,

“Yes, sangat indah. Seseorang setiap pagi meletakkan bunga di kotak surat locker ku, kau percaya itu?”

Taeyeon terkekeh mendengar itu,

“Tentu aku percaya, apa kau senang?”

“Tentu saja! Aku merasa cukup tersanjung, aku selalu membawanya kerumah dan meletakkannya di atas meja, kurang lebih aku memiliki 15 buket sudah.”

“Dan apa kau menyukai bunganya?”

“Yes of course! Dan selalu ada cokelat disamping buket itu, bukankah orang itu sangat manis?”

“Siapa?”

“Orang yang memberiku bunga dan cokelat, aish.”

“Ohya, ya, mereka sangat manis!”

“Siapapun yang mengirimiku bunga dan cokelat itu, aku akan menciumnya sebagai ucapan terimakasih! Kali pertama aku diperlakukan sangat manis setiap hari seperti itu!”

“Joengmal!? E-ah maksudku.. kau baik sekali.”

Tiffany terdiam, suara Taeyeon terdengar aneh, ia menyeringai kecil, nampaknya ia mengetahui sesuatu yang dirinya tidak tahu.

“Taeyeon-ah… jangan bilang…

kau.. orangnya..”

“What!? No! that’s ridiculous! N-no..”

“Taeyeon-ah, be honest.”

“I-it wasn’t me”

Tiffany terenyah segera melepaskan pelukannya, menatap mata hazel itu dengan miliknya,

“Kim Taeyeon!”

“Okay-okay! It was me.”

“Omo… jadi selama ini kau..yang memberikanku bunga dan cokelat setiap hari..?”

“Y-yes. Please don’t mad at me..”

Taeyeon menundukkan kepalanya, sedikit takut akan reaksi yang akan didapat, ia tidak bermaksud membocorkannya, ia sendiri sangat senang mengetahui Tiffany menyukai perlakuannya dan membuatnya senang tanpa Tiffany tahu siapa yang melakukannya.

“You’re so sweet!”

Taeyeon tersigap, wait, what? Ia berani menatap mata hitam itu, sedikit terkejut akan reaksi yang didapat, Tiffany tidak marah?

“What?”

“You’re so sweet! Thank you, Taeyeon.”

Gadis itu merengkuh sosok mungil itu hangat, membuat sosok itu sedikit terkejut, perlahan membalas pelukan itu, merasakan sekali lagi dirinya dibawa terbang melayang, menggambarkan suasana hatinya warna yang bahkan tidak ada.

“You’re so sexy Taeyeon,”

“But not sexy enough to keep you stay with me tho.”

“Taeyeon-ah.”

“I’m sorry, I got it, you’re taken.”

“Taeyeon-ah, aku bisa merasakan panas kulitmu”

“Ah mian, aku benar benar membenci jaketku yang kotor.”

“Here, take this.”

Gadis brownie itu melepaskan jaket yang sedari hanya menggantung ditasnya, beruntung ia selalu membawa cardigan cadangan itu, setidaknya ini akan mengurangi rasa dingin Taeyeon karena angina malam yang berhembus berusaha menusuk tulangnya,

You always keep me warm.”

Taeyeon lagi-lagi memamerkan senyum tulusnya itu, sungguh meskipun luka itu terulang- entah bagaimana Tiffany selalu memiliki jalan untuk menyembuhkannya.

“Yes. I will. Make me as one of your bestfriend, Taeyeon.”

Oh, snap!

Well, that hurts, so much.

 

“Tiffany bisakah kita menyudahi ini?”

Taeyeon kali ini benar benar merasa tidak nyaman, kali ini ia mendapat pelajaran baru, tak selamanya yang terlihat nyaman akan membuatmu nyaman, yang ia bayangkan menghabiskan waktu berdua dengan Tiffany akan membuatnya terbang kesurga, nyatanya semakin lama ia akan terus merasakan sakit, lalu kemudian hilang, begitulah seterusnya entah sampai kapan.

“Ah, mian, kau pasti tidak nyaman jika aku memelukmu seperti ini.”

“Bukan, aku menyukai pelukanmu, aku sangat menyukainya, percayalah.”

“Lalu ada apa?”

“A-ani lupakan. Lagipula kau harus kembali, kau pasti tidak mau orang-orang mencurigai kita.”

“Bukankah itu hebat? Siswi baru sepertiku mendapatkan seorang Kim Taeyeon?”

“Kau berkata seolah olah aku bintang besar.”

Taeyeon terkekeh, mengacak pelan rambut Tiffany yang diikat keatas seperti adonan, Tiffany benar benar tampak sangat menawan malam ini, bahkan suatu waktu ia menemukan dirinya bertanya tanya apakah Tiffany benar benar seorang manusia?

“So, Baekhyun, huh?”

“What’s up with Baekhyun?”

“Aku dengar dia satusatunya pria dari daftar mantanmu.”

“Ppppffttt! Yes.”

Taeyeon lagi-lagi terkekeh, memori 3 tahun lalu kembali terulang di kepalanya, ketika ia masih menjadi freshman di kampus yang saat ini ia tempati, mengencani junior yang berbeda 2 tahun darinya, membuat pria itu menjadi sandaran untuknya kapan saja ketika ia sedang merasa bahwa dunia menjadi musuhnya. Menjadi pelarian dari sakit hati yang teramat sangat yang di buat gadis yang sangat dicintainya, Jung Jessica.

Ketika ia tidak begitu yakin akan keinginan sesungguhnya dan mencoba mencari jati dirinya, ketika ia tersesat disuatu jalan yang bahkan tidak pernah ia lewati, Baekhyun lah yang menjadi penuntunnya, pria itu dengan senang hati menawarkan dirinya untuk menjadi penopang hidupnya yang cukup berat, berfikir bahwa tidak ada salahnya untuk mencoba, hanya dalam hitungan minggu, pria itu mampu membuat Taeyeon yang rapuh jatuh cinta.

Pria itu selalu menjaganya, membuatkannya teh yang manis, memberikannya jaket yang hangat, selalu menyediahan bahunya untuk Taeyeon, memberikannya kecupan singkat yang hangat, ya, Taeyeon benar –benar jatuh cinta akan sosok itu,

Tidak sampai ia menemukan titik dirinya merasa lagi lagi dikhianati. Tidak sampai ia melihat dengan kedua mata yang ia miliki, pria yang dicintainya itu, mengecup gadis lain. Bukankah perjalanan cinta seorang Kim Taeyeon sungguh tragis?

Semua tampak begitu sempurna di awal perjalanan, sempurna di awal tidak berarti harus berakhir bahagia, nyatanya bahkan seorang Kim Taeyeon yang tidak pernah menemukan akhir seperti yang orang orang bayangkan. Ia selalu menjadi satusatunya yang disikiti, entah seberapa sakitnya ketika ia harus dikhianati, mungkin ia sudah lupa bagaimana rasanya, dan ketika ia harus menerima kenyataan bahwa ia tidak dapat diterima oleh seorang gadis karena Taeyeon adalah Kim Taeyeon.

Dan lagi lagi ia kini jatuh cinta pada seorang gadis, yang mungkin tidak akan pernah dimilikinya. Yang lalu memberinya banyak pelajaran, begitu banyak.

Yang pasti ia tahu ketika manusia sedang jatuh cinta, ia tidak dapat menghindarinya, tidak peduli batasan apa yang mereka miliki. Kini ia akan melakukan apapun yang membuatnya tersenyum, dan satusatunya yang dapat membuat senyum diwajahnya kini hanyalah, Tiffany.

“Let’s just get inside, it’s freezing out here.”

Tiffany hanya memberikan senyuman kecilnya, ia kini mengerti mengapa Taeyeon tidak ingin membicarakannya.

____________________________________________

Gadis itu terus memperhatikan sahabatnya yang masih sibuk dengan ponselnya, entah apa yang ia lakukan yang pasti ia sungguh penasaran. Pasalnya senyuman itu tidak kunjung lepas dari parasnya yang cantik. Jam ditangannya sudah menunjukkan waktu untuk makan siang, ia benar benar tidak habis pikir sahabatnya itu mampu memperhatikan layar ponsel sedari beberapa jam yang lalu bahkan ketika professor yang disegani sedang mempresentasikan entah apa bahkan ia juga tidak mengerti, gadis itu masih mencari cela untuk membuka ponselnya.

Sejak pagi sahabatnya itu bahkan belum mengatakan sepatah katapun padanya, hanya senyuman yang diberikan ketika gadis itu duduk disampingnya dikarenakan telat untuk masuk jam pertama lalu hingga kini hanya tinggal mereka berdua diruangan kelas ini dan Tiffany masih sibuk dengan layar ponselnya.

“Tiffany cepatlah ada yang harus kita diskusikan sebelum makan siang.”

Tiffany kini menoleh, detik kemudian ia terkekeh mendapatkan Soojung dengan wajahnya yang sedikit kesal, kemudian ia mengingat sesuatu. Ia bahkan belum menyapanya pagi ini karena terlalu sibuk membalas pesan singkat yang dikirimi Taeyeon sejak malam tadi. Entah itu berisi puisi lucu, jokes atau bahkan pesan menggodanya.

“Morning.”

Sapa Tiffany singkat pada sahabatnya itu,

“MORNING!? It’s 1 pm for goodness sake!”

“Are we going to discuss or what? If not, i’m leaving.”

“What!? Where are you going anyway?”

“Aku ingin makan siang.”

“Kalau begitu aku juga, stupid.”

“Tidak sekarang please.”

“Huh? Apa maksudmu? Let’s go grab a lunch and we’ll discuss it later.”

“I want to grab a lunch.”

“Yes! OMG, Tiffany! Let’s go. I’m hungry.”

“Uh….”

“What? You want to go grab a lunch right..?”

“Uh yes……”

“With me, right?”

“Uh .. No….”

“What!? Who!?”

“Uh…..”

“Wait, don’t tell me. I know who is it.”

“Mianhe Soojung-ah…, but we can have dinner! I promise!”

“Fuck you.”

“Hey im sorry! You’re so childish we can still have dinner together!”

“Ini bukan tentang kau dan aku makan bersama, ini tentang siapa yang akan makan bersamamu.”

“Uh.. What’s up with h-him?”

“Him!? Kau pikir aku tidak tahu dengan siapa kau akan akan pergi!?”

“Uh.. N.. Nickhun..”

“OH GOD PLEASE TIFFANY! IT’S TAEYEON ISN’T IT?”

“Hey ssshh.. Lower your voice!”

“TIFFANY HAS A CRUSH ON KIM TAEYEON!”

Tiffany menarik nafasnya berat, ia sungguh merasa beruntung keadaan kelas kini cukup begitu sepi. Bahkan tidak ada satu orangpun. Pasalnya ia sungguh tidak ingin berita yang tidak benar tentangnya tersebar, terlebih lagi Tiffany merasa dirinya sungguh tidak tertarik pada Taeyeon, ia hanya menawarkan dirinya menjadi orang yang akan berada disisi Taeyeon setelah semua yang dilalui gadis itu. Ia hanya ingin menjadi yang terbaik,

dan ia akan menunjukkannya pada Taeyeon bahwa dirinya dapat dipercaya, dan bukan karena ia mungkin tertarik dengan Taeyeon, lagipula ia sudah memiliki kekasih yang mendekati sempurna, bahkan ia adalah seorang pria. Bagaimanapun juga, ia masih normal.

“Yah! I don’t! I just want to be friends with her! You know, it’s like close friend, or should i say more like sisters”

“Yeah sure, a friend that will turn you on all the time. And you guys finally will hook up each other”

“YAH! SOOJUNG-AH!”

“Yes whatever i’m leaving.”

___________________________________

Nampaknya matahari kini begitu malumalu untuk menampakkan cahayanya, mungkin ia merasa malu karena tidak memiliki sesuatu yang terang lebih dari senyum milik gadis itu. Kim Taeyeon. Ia menilik jam yang berada ditangannya, mengambil nafas sedikit berat, langit begitu gelap di atas sana, ia sungguh tidak ingin makan siangnya bersama Tiffany untuk pertama kali terganggu bahkan dengan rintik hujan kecilpun.

“Taeyeon-ah!”

Diperhatikan figur yang sedang berlari kecil ke arahnya dengan senyum yang melekat diwajahnya, membuat hatinya begitu berdebar-debar, mengagumi kesempurnaan pada figur itu. Rambut hitam yang terurai panjang dengan kemeja sederhana dan celana yang memang bisa dibilang pendek, memperlihatkan kakinya yang jenjang, dan tidak lupa yang paling berharga untuknya adalagh senyum dan mata yang begitu menawan milik Tiffany.

Ia sungguh-sungguh bersyukur kini dirinya dengan Tiffany sangatlah dekat, bahkan mereka sering menghabiskan waktu bersama di luar jam sekolah. Tiffany yang meminta Taeyeon untuk tidak diketahui banyak orang mengingat penggemar gadis itu yang begitu banyak, ia hanya tidak mau berita burung tentang dirinya terdengar sepenjuru sekolah,

Sering sekali mobil biru itu sudah terpajang dihalaman sekolah pada sore hari, tentu saja menunggu sosok gadis yang keluar dari kelas bisnis itu selesai, lalu mereka akan menghabiskan malam bersama entah dengan makan malam di cafe sederhana sampai mewah pun, ataupun sekedar berjalan, menceritakan banyak hal,sampai pada malam hari Taeyeon akan mengantarkan gadis pujaan hatinya itu kedepan pintu apartment yang begitu tinggi itu.

Tidak banyak memang yang mengetahui, karena Tiffany begitu lihai menyembunyikan semua keadaan, yang ia tahu ia sungguh nyaman berada didekat sosok itu, Kim Taeyeon mampu membuatnya menjadi dirinya sendiri, belum pernah dalam hidupnya ia bertemu dengan seorang yang dapat menerimanya sepenuhnya, bahkan Nickhun sering berkomentar tentang bagaimana Tiffany yang sungguh keras kepala, dan kekurangan-kekurangan Tiffany lainnya, Taeyeon menurutnya sungguh berbeda, namun tetap saja, Kim Taeyeon, adalah seorang gadis. adalah sahabatnya, menurutnya tidak lebih.

“Maafkan aku membuatmu menunggumu lama, aku mencari sesuatu dilokerku dan baru menemukannya.”

Wajah gadis itu terlihat sedikit menyesal, dengan itu Taeyeon tersenyum.

“It’s okay Tiffany. Lagipula ada apa dilokermu? Apa ada sesuatu yang tertinggal?”

“Uhm itu sejenis tugas yang diberikan proffesorku, dan juga aku ingin mengambil ini.”

Detik kemudian gadis itu mengeluarkan cokelat juga bunga dari ransel kecilnya, sekali lagi senyuman itu benar benar membuat Taeyeon kehilangan akal.

“Thank you Taeyeon-ah.”

“Your welcome.”

_________________________________________

Bangunan itu tampak begitu sunyi.  Bangunan tua dengan warna putih yang sudah luntur, menandakan sudah berumur puluhan tahun, dengan siulan banyak ekor burung pipit dan danau luas di hadapan bangunan itu membuat suasana begitu nyaman. Melepaskan penat yang di tanggung seorang, semua orang mungkin setuju bahwa tempat ini begitu cocok untuk itu.

Terlebih lagi ketika kau pergi dengan seseorang yang membuatmu merasakan warna warna yang bahkan tidak diketahui keadaannya dihidupmu.

Kim Taeyeon tidak pernah merasakan saat saat seperti ini dihidupnya. Tidak sampai gadis itu melintas dikehidupannya.

Gadis kecil itu berlari, terus berlari dengan pakaian yang ia rasa begitu berat untuk anak berumur 6 tahun sepertinya. Air mata terus mengalir dari kedua  bola matanya yang begitu kelam, seakan-akan menggambarkan perasaannya saat ini. Entah ia harus berlari kemana, yang jelas gadis kecil itu ingin segera pergi dan meninggalkan orang tuanya yang sedang bertengkar hebat. Ia sungguh merasa sedih karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.

 

Bukankah semua anak berhak mendapatkan kebahagiaan pada ulang tahun mereka? Apa hidup ini cukup adil untuknya? Ia hanya gadis kecil berumur enam tahun yang tidak mengetahui jawabannya.

“Hey. Stop crying.” Ia menoleh setelah merasakan telapak tangan yang menepuk pelan punggungnya. Mendapatkan gadis yang terlihat sebaya dengannya, gadis kecil yang begitu lucu.

 

“Kenapa kau menangis? Bukankah hari ini ulang tahunmu?”

 

“Bagaimana kau tahu?”

 

“Aku dan Appa tidak sengaja melewati taman ini dan aku melihatmu meniup kue itu.”

 

“Kenapa kau menangis?”

 

“Hanya ingin. Lagipula darimana kau tahu aku menangis? Bukankah wajahku tertutup topeng katak ini?”

 

“Aku mendengarmu. Jika kau tidak nyaman lepaskan topengmu. Itu akan membantumu untuk bernafas.”

 

“Tidak perlu, aku merasa nyaman seperti ini.”

 

“Kenapa seperti itu?”

 

“Aku hanya tidak ingin orang orang melihatku iba, terlebih lagi aku tidak ingin orang mengetahui jika aku menangis dan sedih, itu akan membuatku seperti orang lemah.”

 

“Itu tidak benar, aku sering menangis, dan Umma akan memelukku kapan saja jika aku sedih. Lagipula dengan menangis akan membuatmu lebih baik.”

 

“Tidak terimakasih. Lagipula Umma tidak akan peduli terhadapku”

 

“Siapa namamu?”

 

“Siapa namamu?”

 

“Kenapa kau balik bertanya? Tiffany Hwang.”

 

“Nama yang cukup indah.”

 

“Aku yakin tidak seindah namamu.”

 

“Kau tidak perlu mengetahuinya.”

 

“Oh ayolah!”

 

“Panggil aku Tae, Umma memanggilku seperti itu.”


“I knew it! Kau anak itu, anak yang sering diganggu temantemanku, chubby Tae?”

 

“Kau benar.” 

 

“Jangan dengarkan mereka. Kau tidak seperti yang mereka katakan, lagipula mereka mungkin hanya bercanda.”

 

“Aku tahu. Dan aku cukup kuat untuk menghiraukannya.”

 

“Nama panggilmu lucu, Tae”

 

Taeyeon kecil menyimpulkan senyuman hangatnya padanya, merasakan sedikit kelonggaran dihati kecilnya.

 

“Jadi Tae, aku akan memberitahumu. Umma dan Appamu pasti menyayangimu, kau harus percaya itu.”

 

“Mereka tidak menyayangiku. Bahkan mereka tidak menyayangi satu sama lain.”

 

“Kau tidak boleh berkata seperti itu. Mereka hanya belum dapat menunjukkannya padamu. Mereka masih memiliki cinta untukmu.”

 

“Cinta? Apa itu?”

 

“Rasa sayang yang diberikan Umma dan Appa padamu, itu sangat menyenangkan untuk merasakannya.”

 

 

“Aku rasa aku tidak percaya akan hal itu, cinta, yang kau sebutkan tidak mengalir di kehidupanku.”

 

“Kau sangat keras kepala. Baiklah, bagaimana jika aku yang memberikanmu cinta? Aku akan menggantikan Umma dan Appamu.”

 

“Benarkah?”


“Tentu saja. Aku akan menjagamu. Aku akan selalu berada disisimu ketika Umma dan Appamu meninggalkanmu, kau mengerti?”

 

“Baiklah aku setuju! Dan kau akan memberikanku cinta?”

 

“Tentu saja! Aku akan memberikan semua yang aku punya, jika kau

mau membagi milikmu padaku.”

 

“Aku akan sangat senang memberikannya untukmu, tetapi bagaimana? Bagaimana aku bisa mengerti cinta?”

 

“Kau hanya butuh menjagaku, kau akan selalu berada disisiku, kau yang akan membantuku untuk membuat kastil pasir, kau yang akan mengambilkan cherry di pohon itu, kau yang berada dibawah seluncur untuk menungguku sampai bawah dan menjagaku, kau yang akan memasangkan benang pada layangan itu untukku, dan kau juga yang akan menjadi orang disebrang untuk menjagaku tetap seimbang, kau yang akan mengayunkan ayunan itu untukku, dan aku akan melakukan hal yang sama, itulah cinta.”

 

Dengan itu Taeyeon kecil tersenyum, menarik gadis kecil itu dengannya, menghabiskan waktu bersama.

 

Tawa mereka tampak begitu nyata, perasaan mereka tampak begitu murni. Sepasang bola mata yang dimiliki masingmasing terus memperhatikan satu sama lain, menjaga satu sama lain.

 

Jari jari mereka seringakali terpaut.

 

Langkah kaki mereka beriringan pada setiap jengkal rumput yang mereka jajaki

 

Tawa dan suara mereka terdengar begitu menghangatkan.

 

Ketika Taeyeon kecil menangis  karena tidak sengaja ia menyinggung kerikil kecil yang mengakibatkan tubuh kecilnya terhempas ke tanah, sepasang lengan itu terkait sempurna di lehernya, gadis kecil itu merengkuhnya dari belakang, mengatakan bahwa ia akan baik baik saja dan ia memilikinya untuk terus menjaganya, mengatakan perkataan maaf jika ia membiarkan dirinya terjatuh, Taeyeon kecil sungguh merasa bahagia dan begitu aman.

 

Hari begitu terasa singkat bagi keduanya. Sudah seharian penuh kedua bocah itu menghabiskan waktu mereka dengan tertawa, menautkan jemari mereka satu sama lain, menyamakan langkah kaki kemanapun yang lainnya berjalan, semua hal mereka lakukan bersama, namun tampaknya itu semua harus berakhir pasalnya matahari sudah hilang dari peredaran, hanya sisa sisa jingga yang masih memamerkan keindahan warnanya.

 

Gadis kecil itu nampakya harus menarik nafasnya berat, tidak rela jika hari ini harus berakhir, baru pertama kali dalam hidupnya ia merasakan begitu bahagia, hanya karena sosok yang ada disebelahnya yang kini mengayunkan dirinya pelan pada ayunan yang sedikit rapuh itu, matanya tak pernah lepas dari langit sore yang begitu menenangkan. Taeyeon kecil terus memperhatikan senyuman yang tidak pernah lepas dari wajah sosok itu, entah bagaimana itu membuat Taeyeon merasa damai.

 

“Aku rasa aku harus kembali Taetae.”

 

“Taetae?”

 

“Yeah, kau suka? Aku fikir itu lucu.”

 

“Itu lucu, aku suka jika kau memanggilku sepertiku, seperti kita mengenal dekat satu sama lain.”

 

“Tentu saja, bukankah kau memiliki cinta ku dan aku memiliki cintamu?”

 

Taeyeon kecil terkekeh, 

 

“Baiklah Taetae, aku harus pergi, appa pasti mencariku untuk makan malam.”

 

“Aku akan bertemu dengan mu lagi bukan?”

 

“Tentu Taetae, aku akan menjagamu. Dari apapun.”

 

“Baiklah.”

 

“Tunggu, lepaskan topeng kacamatamu.”

 

“Kenapa?”

 

“Seharusnya aku yang bertanya, sejak pagi kau memakai topeng katak, lalu pergi dan kembali memakai itu, kenapa?”

 

“Aku sudah memberitahumu, aku tidak ingin orang melihatku lemah.”

 

“Taetae, kau tidak lemah. Lagipula aku disini untukmu.”

 

“Aku tahu”

 

Taeyeon kecil tersenyum untuk kesekian kalinya, merasakan kehangatan di dalam dirinya tiap kali gadis kecil itu mengatakan hal yang sama berulang ulang.

 

Gadis itu sekali lagi tersenyum. Perlahan melepaskan topeng yang masih melekat pada wajah Taeyeon, seperti sesuatu yang tajam menggores ulu hatinya, sungguh perih melihat kedua bola mata itu. hanya dengan beberapa jam gadis itu mampu merasakan semua bekas luka yang ada di mata itu. perlahan ia menyimpulkan senyumnya.

 

“Begini lebih baik.”

 

“Kita akan bermain lagi besok, bukan begitu?”

 

“Ne Taetae”

 

“Cepatlah sepertinya hujan akan turun.”

 

“Bagaimana denganmu?”

 

“Aku akan disini sedikit lebih lama, Kau kembalilah kerumah,”

 

“Ne. Anyeong.”

 

Taeyeon tetap berdiri disana, memperhatikan punggung itu menjauh, sekali lagi senyuman itu di berikan padanya, ia sungguh bersumpah senyuman itu adalah hal yang paling indah selama di hidupnya. Detik kemudian, sosok malaikat itu hilang, dimakan jarak.

 

“Anyeong.”

 

 

Dan tak pernah kembali.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sampai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Taeyeon.”

“Ne?”

“Ani. ”

Taeyeon terkekeh, memperhatikan figure itu yang sedang mengamati danau yang begitu luas nan indah itu, memperhatikan kesempurnaan yang dimiliki seorang Tiffany Hwang kini menjadi hobby kesukaannya. Bagaimana rambut hitam itu terurai dipunggungnya yang ia yakin begitu halus itu, bagaimana postur tubuh dan wajahnya begitu menyatu dan tentunya senyuman yang begitu menyejukkannya, semua tampak begitu sempurna.

“I’m sorry to say this, but-“

“You’re so pretty, Fany-ah.”

Ia sendiri bahkan tidak tahu alasan mengapa detak jantungnya kini terasa lebih cepat, Tiffany terburu menyembunyikan wajahnya dengan memalingkan ke arah danau. Apakah kedua pipinya sedikit merah? Dageun dageun.

“Thank you.”

“Kau tahu, Nic said that he will marry me here.”

“Isn’t he too sweet?”

Taeyeon hanya dapat terdiam. Lagilagi perasaan ini harus dirasakannya, bukankah ini tak adil? Ia terkekeh, kehabisan ide untuk menyembunyikan luka kecilnya.

“Kenapa kau tertawa?”

“Ani, itu hanya lucu ketika aku memujimu lalu kau memujinya.”

Entah apa itu yang ia tahu kini terasa ada yang mencekat bagian lehernya. Tiffany kali ini benar benar tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Ia sungguh kehabisan akal, hatinya terasa begitu berat mendengar suara parau itu, lagilagi ia menyakiti sosok itu, tidak bisakah ia berlari dari tempatnya sekarang?

“It’s okay though, i think i got used to it.”

“Taeyeon, i’m sorry.. I..”

“Its okay, sorry i have to answer this.”

“Ne? Sica-ya? Mwo!?”

“Arasseo – arasseo!”

“Don’t go anywhere! Okay!?”

“What’s wrong? Who is it?”

Taeyeon terkekeh, memperhatikan lauar datar yang berada ditangannya, senyuman hangat itu tidak pernah lepas dari parasnya,

“Bukankah itu Jessica-unnie?”

“Ne.”

“Kau memasangnya sebagai wallpapermu?”

“Ne.”

“Wae?”

“She was my first love, beside, she’s my bestfriend now. And i love her so much, she’s the only one i got.”

Tiffany sekali lagi mampu merasakan bekas luka dimata yang redup milik Taeyeon. Sekali lagi ia dapat melihat semua yang telah dilalui sosok yanh begitu mengagumkan, sekali lagi ia terpana akan postur wajah itu, bagaimana lembut hati itu, bagaimana kuat karakter itu.

“I’m sorry Tiffany, but i have to go now. Sica membutuhkanku, mantannya yang gila lagi lagi mengejarnya.” Taeyeon terkekeh mengingat percakapannya dengan Jessica beberapa detik lalu, ia mengingat bagaimana lucunya ketika gadis itu berteriak memintanya pertolongan untuk menjemputnya.

“Tidak apa Taeyeon, lagipula kita masih bisa makan siang besok, bukan begitu?”

“Ne. Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang.”

“No it’s okay aku bisa pulang sendiri Taeyeon.”

“Cepatlah kau sebaiknya pergi, aku bisa menelfon taksi.”

“No! Aku sudah berjanji akan mengantarkanmu pulang dan mengajakmu makan siang, aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri.”

“Taeyeon, it’s fine, lagi pula-“

“Tiffany?”

“Baby?”

Kedua gadis ifu menoleh. Tiffany kini menggigit bibirnya lebih kencan, sungguh, perasaan itu kini kembali datang, Taeyeon terlihat sedikit terkejut mendapatkan sosok pria tampak dengan kemeja putih yang begitu rapih dan senyuman yang menawan,

“Ah, Nickhun-ssi. Aku tidak tahu kita akan bertemu lagi, dunia begitu sempit.”

Nickhun terkekeh membalas jabat tamgan gadis itu, sementara kekasihnya masih terlihat gugup, ia mengepalkan keda tangannya, ia sungguh merasa gugup, ia merasa begitu salah akan tindakannya.

“Ah ne Taeyeon-ssi, sebenarnya Tiffany yang mengajak-ku kesini, ia menginginkan makan siang bersamaku.”

Taeyeon kini hanya dapat bungkam. Apakah Tiffany sengaja? Apakah Tiffany benar benar membencinya? Apakah Tiffany benarbenar memberinya tanda untuk berhenti? Apakah Tiffany benar memberikan pesan bahwa ia tidak memiliki kesempatan? Sedikitpun? Menerima ajakannya untuk menyaksikan bagaimana romantisnya kedua pasangan itu? Apakah Tiffany benar seperti itu? Benarkah?

Sekali lagi seperti pedang panjang nan tajam menghunus ulu hatinya. Sungguh itu terasa sangat sakit.

“Apa yang sedang kau lakukan disini, Taeyeon-ssi? And, Baby? Are you okay?”

Taeyeon menyimpulkan senyumnya pada gadis itu, seolah berkata bahwa ia sungguh baik baik saja, seakan mengerti dengan keadaan yang ia hadapi saat ini, senyum itu kini ia berikan pada pria tampan itu.

“Ah, Aku hanya sedang mencari udara segar, jauh dari sekolah yang begitu membosankan, dan tidak sengaja aku bertemu dengan gadis menawan ini, syukurlah pangerannya kini datang menjaganya, jadi aku tidak perlu khawatir.”

Nickhun terkekeh akan sanjungan yang di berikan gadis itu, ia sungguh merasa terpesona oleh aura tenang yang dimiliki seorang Kim Taeyeon.

“So, I’ll take my leave now.”

Taeyeon sekali lagi menyimpulkan senyumnya pada kedua insang yang dimabuk cinta itu, atau yang ia percaya.

“See you, Tiffany-sshi.”

ATTA

__________________________________________

ANYEONGGGG! READEEEEERRRSSSSSS!!!! MAAFKAN APDETNYA TERLALU LAMA, SUMPAH GA KERASA BANGET DAH INI WORDSNYA BERAPA DIKIT BANGET:( PADAHAL RENCANANYA MAU PANJANGPANJANG BIAR KERASA, CUMA… LIFE STUFF SEDIKIT MENGHALANGI T,T. BESOK BESOK TA’ BIKIN MAX 5000WORDS AJA KALI YA BIAR CEPET:( ATAU LAMA TAPI PANJANG? 😦 AH DUNNO IT’S YOUR CHOICE GUYS.

SO! ISN’T THIS SO FLUFFY :3 FULL OF TAENY HEHE :3 URI TAENY!

TELL ME ABOUT THIS CHAPTER, DON’T FORGET TO HIT LIKE BUTTON AND LEAVE A COMMENT FOR THE NEXT UPDATE! SEE YA LATERR! 

OHYA DAN INI TEASER *FLAWLESS*

TEASER 1 – FLAWLESS (COLLABORATION BY ATTA AND JAZZ)

ddd

               “Tidak! Warna ini tidak bagus, Apa kau tidak tahu? Bangsawan akan jadi saksi pernikahan anak ku. Aku ingin yang terbaik. Just do something. Aku membayar mahal bukan untuk main main.”

             “Umma, bukankah pernikahanku masih 5 hari lagi? Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, kenapa kita sudah menyewa gedung sebesar ini?”

             “Taeyeon, 5 hari kau bilang masih? Itu dalam waktu dekat sayang, tenang saja, kau pasti akan menyukainya, ia seorang model, cantik sekali.”

“Itu Tiffany, cantik bukan? Umma yakin kau akan meyukainya.”

_______________________________________

HAHAH PENDEK UGHA Y TEASERNYA! POSTERNYA GA KELIATAN SENGAJA HEHE LIAT DULU ANTUSIASNYA AND FLAWLESS WILL COME AROUND……. SPECIAL ONESHOOT……

AH AUK AH SOK RAHASIA Y :3

BYEE!

don’t forget to leave a comment, tell me what do you think  and how do you feel about this story, and make sure to give it A THUMBS UP! ^^ BUAYYY!

INTERACT WITH US ON TWITTER! @JAZZATTA1

HEHE BYEE!

82 thoughts on “SHE KEEP ME WARM (CHAPTER THREE) BY ATTALOCKSMITH

  1. Anyoooong….
    mksudnya tae n fany udah saling kenal dari kecil gthu???
    koq fany gtw taetae nya???
    taetae tau gc klo fany it gadis yg mnjdi shbat dy???
    lanjuuut thor…
    fighting

    Like

  2. sakit lg . . Sakit lg . .
    Taeyeon slalu trsakiti disini . .
    Tippany . . Uuuhhhh, bkin gua emosi . .

    Untk ff bru nya, slalu qw tnggu kaka . .
    Tnang aja, aqw adl reader setia . .
    #hkhkhk
    #hehe

    Like

  3. Sediih kasian tae nya, fany selalu bikin tae sakit hati, mau smp kpn nyakitin tae fany, knp fany gak ngakuin aja sih, knp hrs ada sigajah itu..tae mndingan pergi aja dr fany, biar fany ngrasain gmn klo jauh dr tae, btw ff barunya dtunggu thor.. thx

    Like

  4. tiffany……….. kali ini aku bner2 greget sama kamu. sbnernya apa sih maunya? ktanya stright, ga naksir tae, ga ini, ga itu. tp buktinya pengen dket2 mulu sama dia. Tp hbis itu kmu skitin lgi dan lagi. Harus diapain ini anak?!!

    Like

  5. Kyyaaa thorrr 😂😂
    Pany udah buat hati taeng hancur berkali kali 😂😂
    Itu kenapa sih pany nggak tau kalo dia emang suka sama taeng?? Kenapa selalu menyangkal kalo suka sama taeng
    Ituu yang pas di tepi danau taeng kena telak, telak patah hati nya thorr😂😂
    Panyy jahattt
    Ini sica lucu juga nih yg masih suka digangguin mantannyaa 😄😄
    Buat yg selanjutnya jangan lama” thorr, bikinn orang penasarannn bangett nihhh
    Semangatt buat tugas sekolahnya sama ditunggu next chap thor

    Like

  6. Welcome back author..
    Sdah lama nunggu ff nie..
    N akhirnya update..
    Gk pa2 klu gk panjang ceritanya..yg penting update..
    N ksihan tae,,disakitin terus..
    Btw tae ama fany sdah kenal dri kecil,,tpi nie fany kok gk kenal ama tae..
    Semoga tae bahagia..n juga semoga fany menyadari klu dia mulai inta ma tae..
    Ditunggu kelanjutannya..n ff barunya..

    Like

  7. Ternyata tae sama fany kecil udah saling mengenal, tae inget tapi fany nya inget gak tuh….salut banget sama tae yg bertahan walaupun terus-menerus tersakiti fany, sedih yee rasanya cinta sepihak itu gw jd ikutan ngerasain apa yg tae rasakan kkkkk….. #bibirtertawahatimenangis

    Like

  8. Nyesek banget pas nickhun dateng, gue berasa ngalamin apa yg tae rasain #baper
    Lanjut thor, cepet apdet yaa, gue baper sama ni ff jadi penasaran terus

    Like

  9. Ckit ckit ckit ckit…. tiffany jahat bgt disini 😒😒😒 sbnernya mau lo apasih? Kalo gk suka sama ty yaudh tinggalin… lo ama nikon ty ama gue aje yah gk tae :((

    Like

  10. tekanan batin bgt jadi tae,kali²tae pergi kemana gtu,biar bikin tippany ngerasa kehilangan terus nyesel deh,duh greget :’V baiklah ditunggu kelanjutannya

    Like

  11. duhhh..bener bener tuh fany..knp gak jujur aja sih kalau dia juga cinta sama tae..ntar tae jauhin fany nah patah hati trus nyesel deh..
    ya ampun nikhun datang gangguin taeny..knp juga fang oke ngajak nikhun segala sih..

    Like

  12. Kenapa kenapaaaa. Taetae tersakiti lagiiiiii. Taetaekuuuuu tidaaaaak. Tiff perlakuannya ke taetae kayak gak bisa ditebak gt y. Tante tiff labil bgt sih, uda tua masih labil ajaa<\3. Kasian kan taetaenyaaa. Aku suka ceritanyaa, atau cinta? BOTH!!!! Next thorr. Please please pleasee. Thankyouuuuuu. Byebye thorrr.

    Like

  13. klo udh sayang mang susah,, bgus tae sikap satria. ttp tersenyum wlpun aslina sakit, baiknya maen ama yg laen dlu ga terlalu dkt ma fany. hee tarik ulur kyk layangan 😛

    Like

  14. Nemu list ffmu thor, ya ceritanya always bkin greget, ini jg..
    Tae setia dan nunggu gdis yg bernama Tiffany Hwang sejak kecil.. Krna janji tiffany dulu,, tae jadi rela tersakiti skrng.. Sedih juga ngrasain jadi tae ..
    Ijin baca ffmu yg lain ya thor, dari author jazz jg author Atta 😀😀😀😀

    Like

  15. Asli bapeer hahahha
    Btw salken thor, new reader..
    Gue uda baca list ff lu, wes gue suka habis ..
    Ditunggu thor lanjutannya, ..
    Semangat trus ye thor..

    Like

  16. Trnyta mreka da prnah ketemu di wktu kecil…
    Pi gak da yg ingat..

    Aduuhhh,,mksud fany apaan sih…
    Mw mkan siang ber2 ma taeyeon…
    Pi ujung2nya dia mlah ngjak pcarnya juga…
    Apa mksudnya sih..??!

    Like

  17. Kesekian kalinya tiffany! Please tentuin sikap nickhun atau taeng! Jgn egois! Taeng please berhenti ajaa! Masih byk yang lebih baik selain tiffany hanya berhenti melihat kearah tiffany lagi taeng

    Like

  18. selalu suka sama ceritamu thor 🙂
    suka karena feel di setiap chapter kerasa, tae selalu jadi pelindung ya
    fany kenapa sikapnya gitu banget ckck jadi sebel sendiri, ga sadar apa dia nakal nyesel nantinya

    dan thor, please lanjutin ff ini. bukannya satu chapter lagi ending ya? aku bener” suka, jadi ayolah tamatin ff ini 🙂

    Like

Leave a reply to . Cancel reply