MISTAKES (CHAPTER SIX) BY JAZZ

biar pada ngga lupa ceritanya, mohon baca kembali chapter sebelumnya ya 🙂 terima kasih.

jazz

Mistakes Chapter 5

Pertemuan singkat mereka hanya berakhir dengan Taeyeon yang menyapanya tanpa ada balasan dari gadis yang lebih muda. Karna dia merasa bahwa mungkin pertemuan mereka harus lebih bermakna, mengingat kondisi mereka dahulu yang saling mengenal, bahkan itu bisa di katakan sesuatu terjadi di antara mereka. Jadi setelah berkelililing rumah sakitnya untuk sekedar melihat-lihat dan berkenalan, Taeyeon tidak menghabiskan waktunya untuk segera mencari ruangan Tiffany.

Awalnya ada keraguan di bawah pengawasan Tiffany akan tawaran Taeyeon untuk sekedar berbincang di cafe terdekat. Untuk menghindari apa yang di takutkannya, Tiffany mengatakan bahwa mungkin mereka bisa berbincang di dalam ruangannya saja. Karna tidak ingin Tiffany merasa tidak nyaman, Taeyeon langsung menyetujuinya.

Lalu di sinilah mereka, Taeyeon yang berdiri membelakangi Tiffany yang terduduk di kursinya. Pandangannya lepas terhadap taman hijau yang menghampar di sekitar lingkungan rumah sakit. Entah mengapa ia merasa sangat nyaman walaupun di kondisi yang canggung dan sunyi disini.

Bagaimanapun, taman, kamar pasien, bahkan rumah sakit ini menyimpan banyak kenangannya yang ia lalui bersama gadis ini. Tak terlintas sama sekali memori buruk yang menyakitinya dulu, ia hanya melihat dirinya sebagai pasien yang dengan sabar menunggu keajaiban untuk menghampirinya. Lalu pada tahap itulah, Tuhan menjawabnya dengan mengirimkan Tiffany.

Taeyeon menarik sudut bibirnya mengingat bagaimana menyenangkan waktu yang ia habiskan disini hanya karna dokter itu.

“Aku tidak percaya, bisa kembali kesini.”

Ada keheningan yang menyela di antara jeda perkataanya.

Sementara Tiffany masih terdiam, dia hanya bisa memandang punggung belakang gadis itu yang sangat-sangat di rindukannya. Heck, bahkan jika boleh di katakan, dengan keadaan berdua saja seperti ini, jantungnya sudah mengadakan konser. Ia tak pernah membayangkan ini akan terjadi sebelumnya,

Mengetahui sosok itu bahkan mengetuk pintunya saja, ia bahkan ingin mati saat itu juga. Setidaknya sampai keadaan hatinya mulai tenang ketika bertemu sorotan mata yang teduh itu.

“Aku merasa lega bisa kembali ke Korea, sejujurnya.”Tambahnya pelan, lalu berbalik. Tersenyum simpul untuk gadis yang lebih muda.

Mata mereka kembali beradu untuk sebentar. Ini benar-benar mendebarkan untuk Tiffany mengetahui alasannya dengan jelas. Yang ia rasakan hanya udara yang memanas di sekitarnya seiring sorotan dalam yang terus di lempar oleh gadis berambut hitam pekat itu.

Ingin sekali rasanya dia berhamburan ke pelukan gadis itu dan memeluknya erat. Menumpahkan semua rindu dan penyesalannya selama ini. Dengan pergi nya Taeyeon memang mampu membuatnya menyadari kesalahan terbesar yang telah ia pilih di hidupnya.

Tapi lidahnya terasa kelu untuk berbicara sekarang. Dengan orang itu berdiri di depannya saja, masih terasa seperti mimpi dan ia tidak pernah membayangkan ini sebelumnya.

“Aku..”

“Kurasa waktu benar-benar membuatmu sulit berbicara. Ya kan, Tiffany?”Katanya enggan meluputkan senyum.

“Dulu kita selalu saling berbicara setiap waktu. Sekarang lihatlah, kita.”

“Aku rasa, aku berbicara pada diriku sendiri dari tadi.”Katanya tertawa ramah. Dia lalu menatap gadis yang lebih muda tulus.

“Senang bertemu dengan lagi, Taeyeon. Sudah lama, ya.”Pada akhirnya Tiffany lebih memilih untuk membunuh semua rasa yang sedari tadi di aduk dalam satu wadah hatinya.

Tak lupa ia menyadari satu hal, ia tidak akan pernah bisa menyapa wanita itu selayaknya dulu. Ia tau keadaan sudah berubah.

Dan ia sangat menyesali semuanya.


“Bagaimana pertemuan dengan pujaan-hati-yang-telah-lama-hilang?”

Tiffany lalu memalingkan wajahnya, mendapati sahabat juga musuh dalam waktu bersamaan yang telah ia punya sejak kecil.

Kwon Yuri melipatkan tangannya didada dan berdiri di ambang pintu sembari tersenyum mengejek.

“Jjinja! Jugulle!?”Balasnya jengah,

“Mian, mian. Hahaha.”

“Tapi aku serius, bagaimana tadi?”

Tiffany memejamkan lagi matanya, dia berusaha menenangkan fikirannya yang masih kacau karna kejadian tadi. Padahal ini sudah selang dua jam sejak Taeyeon melangkah keluar dari ruangannya. Tapi baginya, Taeyeon tidak benar-benar pergi. Seakan-akan wanita itu masih ada disini, di ruangan yang sama. Ia bisa merasakan keadaan ruanga hatinya yang tak kunjung mereda.

Walau pada akhirnya Taeyeon hanya menjabat kembali tangannya sekilas sembari meminta kerja sama dirinya akan masa depan rumah sakit ini. tetap saja.

Itu tidak pernah cukup.

Jika saja kewarasannya tadi telah hilang, mungkin ia telah mendekap erat tubuh mungil yang kini nampak sangat sehat di depan matanya tadi. Atau bahkan jika dia benar-benar sudah gila, ia akan menangis di hadapannya sembari melontarkan kata-kata rindu juga penyeselannya. Ia akan membiarkan orang itu tau betapa dia begitu menderitanya selama ia tidak ada. Atau bagaimana ia sulit menjalankan harinya tanpa kehadiran seorang Taeyeon yang dahulu selalu di sia-siakannya.

“Aku tampak bodoh tadi.”Ungkapnya masih terpejam.

“Kurasa dia benar-benar berubah, Yul.”

“Dia benar-benar menghapusku di memorinya.”

Yuri mendekat lalu duduk di hadapan sahabatnya yang tengah memasang wajah depresi. “Ya!!”

“Kenap kau terus saja berfikiran seperti itu? Berfikirlah positif!”

Tiffany menatap sekali lagi sahabatnya,

“Kau tidak mengerti Yul, aku tidak melihat sosok Taetae ku lagi di matanya. Entah kenapa aku merasakan tangannya yang begitu dingin, itu tidak hangat seperti dulu.”

“Tetap saja, terlepas dari semua itu. Aku benar-benar merindukannya. Kau tidak tau betapa aku menahan diriku untuk memeluknya tadi. Mungkin aku sudah gila mengharapkan pertemuan kita akan membawa kenangan yang dulu. Tapi, aku hanya tidak mengerti, Yul.”

“Yang aku tau sekarang, ketika aku melihat pengawasan di balik tatapannya, aku bisa melihat dia yang berbeda. Katakan aku tidak waras karna keinginan untuk membuatnya kembali padaku baru saja datang.”

Dengan itu, Yuri membulatkan kedua matanya mendengar pernyataan Tiffany barusan. Dia menatap sahabatnya tidak percaya,

“Kau gila!? Woah. Jjinja.”

Itu benar. Aku gila.

“Yah. Tiffany. Dengarkan aku baik-baik.”

“Itu semua keputusanmu untuk tindakan selanjutnya akan orang itu. Tapi disini posisinya adalah Taeyeon. Orang yang kau tidak pernah lihat kehadirannya di masa lalu. Semua orang berubah, tak terkecuali dia. Apalagi dengan perpisahan kalian yang meninggalkan banyak luka satu sama lain. Kau tidak bisa mengharapkan dia kembali padamu dan dengan mudahnya memintamu kembali, mengatakan rindu dan cintanya sekaligus yang aku tau tak pernah hilang.”

“Itu tidak akan pernah terjadi, Fany. Lagipula, aku yakin dia merindukanmu sebesar kau merindukannya juga. Dia hanya tidak bisa menunjukannya terang-terangan, Fany-yah. Dia mungkin takut akan hal yang akan terjadi, kau tau sendiri apa yang kau lakukan padanya di masa lalu itu sudah cukup untuk membuatnya pergi. Dia takut jika kau akan membuangnya lagi begitu saja.”

Tiffany lalu menatap kedepan kosong, ia merasakan kedua matanya yang memanas. Lalu genangan air matanya pilu sudah membuat pandangannya kabur. Tanpa sadar dia mencengkram bagian hatinya yang di lapisi jas putih itu. Kata-kata yang memberontak masuk ke pendengarannya sudah cukup membuatnya gila.

Bukan hanya karna kata-kata itu, tapi ini begitu menyakitkan ketika bayangan dia dan Taeyeon yang dulu terlintas begitu saja di benaknya. Dia ingat bagaimana dia terus saja membuang sosok itu dengan segala kesempurnaan yang melekat di dirinya.

“Fany-yah. Kita tidak tau siapa yang memiliki hati orang itu sekarang, ada kemungkinan bahwa Taeyeon kini sudah bersama orang lain, kan?”

Tiffany merasa begitu bodoh akan rencana yang membara sebelumnya. Tentu saja banyak hal yang ia tidah ketahui tentang sosok itu kini. Ia begitu ceroboh dan tidak memikirkan sisi lain dari kemauannya. Tidak mungkin seorang seperti Taeyeon tidak mempunyai siapa-siapa untuk berdiri di sampingnya. Pasti ada seseorang di balik kesuksesannya kini. Bahkan jika di bandingkan dirinya, ia merasa begitu idiot. Karna mungkin dia hanyalah sosok figuran yang singgah sebentar di jalan cerita hidup wanita itu ,yang kini menjadi Presiden di rumah sakit tempatnya bekerja.


“Dan kau tau? Jika aku bisa memenangkan project kali ini, mungkin aku akan di promosikan lagi bulan ini!”

Pria itu terus melanjutkan ceritanya dengan nada penuh semangat. Tak menyadari bahwa kekasihnya kini sedang dalam mood yang tidak bagus, wanita itu hanya sesekali menatapnya sembari tertawa renyah.

Namun tetap saja ia ingin menjadi pendengar yang baik terlepas dari statusnya sebagai seorang kekasih.

“Benarkah? Itu bagus.”Komennya dengan senyum tipis,

“Aku tau, kan! Setelah itu, kita akan berlibur bersama. Bagaimana menurutmu?”

Berlibur? Sunggug rasanya itu bukan hal yang tepat untuk saat ini. Berlibur atau mengambil cuti berarti juga menipis kesempatannya untuk bertemu dengan seseorang. Yah, walaupun pada hari-hari biasa saja dia sangat sulit untuk menemuinya. Bukan menemui lebih tepatnya, hanya melihat.

Memang, sekali sampai duakali seminggu Presiden rumah sakit berkunjung ke kerajaanya untuk sekedar mengetahui kondisi bisnisnya terkini. Dan itu merupakan kesempatan yang bagus untuknya memperhatikan figur Bosnya yang berjarak puluhan kaki darinya. Ia akan sengaja bersembunyi di balik dinding untuk melihat paras dan senyumnya, dan sesekali akan terdiam damai mendengar tawa hangat orang itu.

Sejak pembicaraan singkat dengan sahabatnya sepekan lalu, Tiffany mulai menyadari bahwa semua kegilaanya harus di hentikan. Walaupun itu hanya bagian kecil dari masa lalunya. Dan ia benar-benar tidak mau merusak hubungan baik yang terjalin antara dirinya dan Taeyeon sekarang. Beruntung, sosok itu tidak menyimpan dendam apapun padanya.

Beruntung, Taeyeon masih mau melihatnya atau bahkan pernah menyapanya.

Berada dalam satu ruangan atau bahkan figur kecil yang hanya berlalu di hadapannya saja, Tiffany tidak bisa merasa lebih bersyukur.

Ini semua terjadi begitu cepat, ia merasa seperti gadis sekolah yang mempunyai orang yang sangat di kagumi sampai rela memperhatikannya diam-diam.

“Aku rasa aku tidak bisa mengambil cuti, Nickie.”

Jawaban kekasihnya membuatnya menarik satu alis dengan heran,

“Wae?”

“Situasi rumah sakit akhir-akhir ini begitu buruk. Aku bahkan harus mendapatkan shift malam.”

Walaupun mereka bekerja di bawah nama perusahaan yang sama sekarang, Tiffany tau bahwa kekasihnya tidak mungkin tau tentang kondisi rumah sakit tempatnya bekerja. Ia hanya mengada-ngada tentang pernyataanya. Dia merasa sedikit buruk untuk berbohong pada Nickhun. Ini pertama kalinya dia mau berbohong bahkan hanya demi melihat seseorang.

“Begitu..”

Melihat ekspresi wajah kekasihnya yang drastis berubah, Tiffany merasa sedikit menyesal akan yang di lakukannya barusan.

“Tapi aku berjanji akan membuat itu lebih menyenangkan ketika kita liburan, oke?”Katanya meyakinkan,

Senyum kekasihnya lalu mengembang, “Baiklah.”

“Taengoo!”

Tiffany sempat terdiam mendengar seseorang menyerukan nama yang tak asing baginya. Dia lalu memalingkan wajah menemukan seorang gadis brunette yang tengah berlari kecil menghampiri seseorang yang membelakangi mereka.

Tanpa menghabiskan waktu untuk berpikir, Tiffany langsung mengenali gadis itu.

Jessica. Itu dia, kan?

Pandangannya tak lepas akan wanita itu yang kini sudah meleluk mesra seseorang dari belakang. Cafe ini mungkin sepi, tetapi Tiffany benar-benar bingung akan keadaan hatinya yang kini seketika menjadi ribut.

Ia tau benar siapa yang tengah di dekap erat wanita itu,

Tidak lain dan tidak bukan. Percaya atau tidak, itu adalah seseorang yang tak pernah beranjak dari pikirannya sedetik pun.

Taeyeon…

Lalu wanita berbalut simple dress berwarna biru itu berbalik, menatap gembira wanita yang lebih muda.

13023153_1239782886050798_1544800242_n

“Oh? Kau sudah datang?”

Perasaan ini seharusnya tidak ada. Seharusnya telah lama hilang, tetapi menyaksikan langsung bagaimana senyum itu di tujukan untuk orang lain, membuat ruang di dadanya seketika menyempit. Tiffany bisa merasakan hatinya yang terasa perih.

Apa seperti ini di rasakan Taeyeon dulu? Tetapi sebagian dalam dirinya mengetahui, bahwa Taeyeon pasti pernah merasakan sakit di hatinya jauh lebih perih daripada ini.

Hanya ada satu pertanyaan yang kini berlari mengitari kepalanya,

Apa Jessica kini adalah seseorang itu , Taeyeon-ah?

Apa dia penggantiku untuk berada di sampingmu?

Bahkan dengan mengatakan pengganti bagi Tiffany terlalu lucu. Dia menyadari bahwa dia tidak pernah benar-benar berdiri di sisi wanita itu, bahkan yang ia lakukan hanya terus meninggalkan orang itu yang dulu tengah menderita melawan penyakitnya. Dan disinilah dia, berpikir bahwa mungkin kehadirannya dalam hidup Taeyeon, tidak begitu banyak berarti. Dan ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri akan hal itu.

“Oh, maaf membuat mu menunggu lama. Ada yang harus aku urus tadi,”

“Gwenchanna.”Balas Taeyeon dengan suara lembutnya yang khas,

Jelas saja, pengunjung cafe ini yang sedikit membuat Tiffany dapat mendengar jelas pembicaraan mereka.

Lalu keduanya duduk dan mulai melakukan pembicaraan yang mengasyikkan sesekali Tertawa akan topik yang mereka pilih. Entah itu tentang pekerjaan atau hari-hari mereka. Mendengarkan suara Taeyeon saat ini adalah hal yang tidak ingin Tiffany lewati.

Gadis itu tidak pernah mengalihkan pandangannya pada Bos barunya. Dia benar-benar tidak tau mengapa waktu mampu membuat Taeyeon yang polos dan lucu menjadi seorang sosok yang mempesona, dan terlihat jauh lebih dewasa. Tiffany menyukai bagaimana Taeyeon akan menarik sudut bibirnya untuk tersenyum, itu seolah-olah menarik semua perhatiannya untuk terus berlama-lama mengamati senyum menawan yang dia punya.

“Tiffany?”

“Fany?”

“Tiffany Hwang.”Nickhun yang sedari tadi tidak menyadari, bahwa kekasihnya tidak mendengarkan sedikitpun perkatannya. Jadi dia mulai meninggikan suaranya untuk merebut pandangan gadis itu,

“Oh? Apa yang baru kau katakan tadi?”

Pria itu menarik napasnya dalam,

“Kau tidak mendengarkanku dari tadi? Aku bertanya apa kau bisa menemaniku besok pagi, mencari kemeja dan dasi baru yang akan aku pakai di rapat selanjutnya.”

Lagi-lagi Tiffany tidak bisa memikirkan ini dengan jernih, yang ia tau besok Taeyeon akan datang berkunjung di rumah sakit. Tapi ia tidak tau jelas kapan waktunya. Bagaimanapun juga, ia telah memantapkan hati untuk tetap datang dan melihatnya.

“Mian, Nickie. Aku ada rapat dengan komite rumah sakit pada pagi hari.”

Pria itu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, ia mulai merasa bahwa kekasihnya akhir-akhir ini begitu sulit untuk di temui atau sekedar di ajak keluar bersama. Dia begitu dekat, tetapi juga jauh di waktu yang bersamaan.

“Baiklah, aku akan memesan minum sebentar.”Lalu pria itu beranjak dari duduknya, Tiffany bisa melihat rasa kecewa di balik lukisan wajah kekasihnya itu.

Ini aneh untuk di katakan. Tetapi dia kini sedang membandingkan, bagaimana bisa wanita yang tengah duduk di seberang sana, jauh lebih menarik untuk di perhatikan dengan hati-hati daripada memikirkan bagaimana rasa bersalah yang kini juga tengah menyelimutinya.

Tring!

Bunyi telfon genggamnya menandakan bahwa ada pesan yang baru saja masuk.

10.47

To : Tiffany si babi pink.

Yya!! Aku tau siapa orang yang berhasil memenangkan hati bos kita yang imut dan sexy dan dengan keajaiban Tuhan pernah menjadi kekasih-tak-di-anggapmu itu dulu!”

10.48

To : Si Hitam Kwon Yuri.

Aku sudah tau. Jadi diamlah. Dan berhenti mengatakan sesuatu yang membuatku kesal!

10.49

To : Tiffany si babi Pink.

Jjinja!? Yah. Terserahlah. Jika hanya kau ingin tau, dia benar-benar cantik dan dia adalah seorang putri dari keluarga kaya raya!

Tiffany benar-benar jengah akan pesan singkat yang di terimanya. Kadang ia mulai heran dengan hal, di pihak mana sebenarnya sahabatnya itu berdiri, di pihaknya, atau orang lain?

10.50

To : Si Hitam Kwon Yuri.

Arra! Diamlah! Aku sedang sibuk!

10.50

To : Tiffany si babi pink

Sibuk apanya! Kau kan sedang di cafe! Yah. Lain kali kalau mau berbohong, pintar sedikit. Ini jam istirahatmu, bodoh. Cepat kembali dan ambil shift mu lagi. Ugd kedatangan banyak ‘tamu.’

Baru saja ia ingin mengetik balasannya lagi,

“Selamat siang,”Lalu Tiffany mendongak. Matanya membulat mengetahui siapa yang kini sedang berdiri di hadapannya. Buru-buru dia menyimpan kembali selulernya dan bangkit dari duduknya. Tiffany membungkuk pelan untuk menyambut sapaanya.

“Selamat siang, Presdir.”

Ia sempat bingung harua bereaksi apa. Tetapi kewarasannya muncul begitu saja, bagaimana pun juga. Wanita ini yang begitu mempesona dan mengalihkan perhatian, juga mendebarkan jantung di waktu yang bersamaan. Tetap atasannya.

Ingin rasanya menyapa wanita ini dengan bebas seperti dulu, tetapi statusnya kini telah berbeda. Terlebih sosok Nickhun yang kini juga ada di samping wanita itu.

Saya hampir lupa, dia juga dokter di rumah sakit Daejung, Presdir.”sambar Nickhun cepat,

“Saya tau, Nickhun-ssi. Uhm dan bisakah kalian tidak memanggilku itu jika kita sedang di luar? Itu agak aneh dan aku terdengar seperti orang tua.”

Pernyataannya justru mengundang tawa kecil dari Nickhun. Sementara Tiffany tidak lebih baik,

Degeum. Degeum. Degeum.

Ia merasa seperti bom yang siap meledak kapan saja.

“Tapi kenyataanya kau kelihatan sangat muda dan cantik, Presdir.”Diam-diam Tiffany sangat menyetujui kata-kata kekasihnya sendiri sekarang. Dia merasa bodoh karna sependapat dengan kekasihnya yang sedang memuji kecantikan wanita lain.

“Ey, kau berlebihan.”Katanya lalu tertawa renyah,

Sementara Tiffany hanya bisa terdiam mendengarkan keduanya. Dia merasa ini bukan tempatnya dan entah kenapa atmosfir yang mengelilingi mereka sekarang sangat aneh. Ia merasa senang karna akhirnya bisa melihat lagi Taeyeon dari jarak sangat dekat, tetapi sebagian dirinya menolak untuk terus berada di sekitarnya.

Karna baginya saat ini, hanya Taeyeon lah yang mungkin mampu menjungkir balikkan keadaan hatinya. Bahkan tanpa dia berkata atau berbuat apapun.

“Baiklah, jadi.. Taeyeon-ssi?”

Taeyeon mengangguk cepat, “Itu terdengar jauh lebih baik.”

“Baiklah, Taeyeon-ssi. Ini kekasih ku, Tiffany. Kami sudah bersama selama lima tahun.”

Taeyeon lalu menatap Tiffany teduh, sebelum akhirnya menyunggingkan senyum tulusnya. Membut gadis yang lebih muda sekali lagi merasakan lututnya yang lemas.

Tiffany tenggelam akan pikirannya sekarang. Kira-kira bagaimana Taeyeon akan bereaksi?

Mungkin, hanya mungkin. Taeyeon akan merasakan sedikit cemburu? Atau sebaliknya? Tiffany benar-benar berdoa untuk surga agar perasaan gadis itu terhadapnya masih tersisa. Walaupun hanya sedikit dari sekian banyak yang ia dapatkan dulu. Ia akan sangat merasa bersyukur.

Namun nampaknya ruang hati wanita itu sudah benar-benar tertutup untuknya.

“Itu waktu yang lumayan lama, Nickhun-ssi. Apa kalian tidak akan meresmikannya?”

Untuk kesekian kalinya Tiffany merasakan situasi hatinya yang drastis berubah. Dia benar-benar tidak tau jika Taeyeon masih mempunyai efek yang besar padanya. Dia merasa seperti orang bodoh karna merasa kecewa akan apa yang di katakan Taeyeon barusan.

Sepertinya kau benar-benar sudah menghapusku, Taeyeon-ah..

“Tentu saja, aku sudah merencanakannya, Taeyeon-ssi.”Katanya dengan nada bangga. Membuat Taeyeon lalu mengangguk pelan,

Sementara Nickhun mengharapkan wajah tersipu malu dari kekasihnya atas pernyataanya. Dia hanya mendapatkan Tiffany dengan tatapan kosong ke bawah. Ia seperti bingung dan tersesat di pembicaraan mereka sendiri.

Untuk ke sejuta kalinya, dia terus bertanya. Apa yang sedang mengganggu pikiran kekasihnya akhir-akhir ini.

“Taengoo!”Ketiganya lalu mengalihkan pandangan mereka pada gadis brunette itu,

Memang, sebelum Taeyeon dan Nickhun tak sengaja bertemu, gadis itu sedang memesan minumnya di meja bar. Dan saat itulah Nickhun hendak memperkenalkan kekasihnya pada atasan barunya. Mungkin dengan begitu, Nikchun merasa hubungan antaranya dengan Taeyeon akan sedikit lebih mengenal.

“Kau meninggalkanku, lagi.”Katanya lalu mengerucutkan bibir merah mudany. Membuat Taeyeon tak bisa menahan senyum gelinya,

“Mian, mian. Aku hanya bertemu dengan salah satu pekerjaku.”Balasnya lalu mengacak pelan pucuk kepala gadis brunette.

Lalu dia menatap Nickhun sebentar sebelum akhirnya memutar kedua bola matanya. Dia benar-benar bingung mengapa Taeyeon sangat mudah akrab dengan orang yang baru di temuinya, sampai-sampai dia harus meninggalkan meja makan mereka sendiri.

Tidak hanya disitu, Jessica lalu membulatkan kedua matanya saat menangkap sosok seorang yang tidak asing baginya.

“Tif..fany?”Katanya ragu-ragu,

Sementara Tiffany hanya bisa menggigit bibir bagian bawahnya untuk mengurangi rasa takutnya. Bagaimanapun juga dia adalah orang penyebab merenggangnya hubungan Taeyeon dan Jessica. Dulu.

“Kau Tiffany, kan?”

“Dia Tiffany, Sica-ah.”Sambar Taeyeon. Dia takut bahwa mungkin Jessica akan bertindak gegabah dan dia tidak menginginkan itu terjadi.

“Apa kabar, Jessica?”Sapa Tiffany dengan nada tidak yakinnya. Takut-takut orang itu mengatakan sesuatu yang akan memperkeruh suasana sekarang.

“Well, yeah. Im good.”Jawab Jessica enteng lalu melipatkan tangan di dadanya,

“Bagaimana denganmu?”

Tiffany hanya tersenyum simpul, “Im good, too.”

“Perkenalkan, Aku Nickhun, Jessica-ssi. Kau pasti adalah orang yang di bicarakan sedang bersama Presdir kami, kan?”

Jessica kemudian baru menyadari bahwa ada pria ini yang sedari tadi menganggu penglihatannya. Dalam satu tebak saja, dia bisa mengetahui bahwa orang ini adalah kekasih atau bahkan tunangan dari Tiffany.

“Well, aku tidak penasaran siapa yang mengatakan itu. Tapi Presdirmu ini sepertinya memang terjebak bersamaku.”Jawabnya dengan nada angkuh, entah mengapa ia tidak menyukai pria ini dalam sekali pandang.

Sementara Taeyeon hanya bisa terkekeh pelan, tidak ada yang mengetahui bagaimana keadaan hatinya sekarang.

Mendengar pernyataan Jessica barusan yang mengeklaim bahwa Taeyeon kekasihnya membuat Tiffany merasakan sesuatu yang menggebu di dalam sana. Kobaran api cemburu membakar tepat di bagian hatinya.


Wanita itu berusaha menahan semua air matanya untuk terjatuh begitu saja. Berkali-kali dia menghapus setiap butirannya yang terlanjur melintasi kedua pipinya. Menarik nafas dalam-dalam nafas dalam-dalam berharap akan segera meredakan tangisannya sebelum orang lain tiba di kamar kecil umum ini.

Tapi rasanya percuma, tidak peduli bagaimana kerasnya ia mencoba, isak tangisnya justru semakin keras terdengar. Dia bahkan merasakan hatinya yang begitu perih sekarang, terasa panas dan sakit. Mencengkram bagian hatinya yang terbalut dress biru yang menawan. Berharap rasa sakit ini bisa segera pergi, karna ia tidak bisa menahannya lagi.

Untuk makan siang di Cafe ini, dia merasa sangat-sangat menyesal. Jika saja dia tidak datang ke tempat ini awalnya, mungkin dia tidak akan bertemu dengan seseorang yang dulu sangat berarti baginya, bahkan sampi saat ini. Mungkin dia tidak akan merasa seperti ini.

Mungkin dia tidak harus menghadapi orang itu lagi di jarak yang sangat dekat. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak berhadapn langsung dengan wanita itu, bahkan ketika dia mengunjungi rumah sakit yang ia pimpin setiap minggunya.

Berada dalam jarak yang dekat dengan wanita itu membut ketegaran hatinya yang kuat menjadi goyah. Ia tidak mau jatuh dalam lubang yang sama, ketika dirinya sudah mulai bisa melanjutkan hidupnya dengan baik.

Memperhatikan wanita itu di baluti jas putih sembari menangani pasien yang baru saja tiba di Ugd tiap harinya sudah lebih dari cukup. Dia hanya bisa melihat wanita itu dari jarak jauh. Dan itu sudah cukup.

Taeyeon tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika dia benar-benar merindukan sosok Tiffany.

Dia sempat berpikir bahwa mungkin. Hanya mungkin, dia sudah terbebas dari jeratan cinta nya yang sangat dalam untuk Tiffany. Tapi pertemuan mereka, membuat Taeyeon mulai mempertanyakan perasaanya sendiri. Ia begitu bahagia namun juga sedih di waktu yang bersamaan. Bagaimana perasaan yang telah ia coba untuk kubur dalam-dalam selama bertahun-tahun mulai memaksa untuk menyeruak keluar hanya dengan satu kali pertemuan.

Taeyeon berpikir bahwa dirinya cukup gila untuk jatuh terlalu dalam hanya untuk satu orang yang bahkan tidak mau melihat kehadirannya dulu.

Pertemuannya barusan, tidak membuatnya lebih baik. Dengan kehadiran kekasih wanita itu, justru adalah mimpi buruknya. Tidak pernah terbayangkan di benaknya jika dia akan menjadi orang yang meminta mereka untuk meresmikannya begitu saja. Taeyeon tak berhenti mengutuk dirinya untuk mengatakan itu.

Di sisi lain, dia juga bahagia mengetahui bahwa Tiffany berada dalam genggaman seseseorang yang baik dan hidup dengan tenang. Tapi Taeyeon juga menyadari bahwa dia kehilangan satu bagian besar dari kepingan hidupnya karna itu.

Ini begitu sulit untuk di mengerti, ia benar-benar bingung akan dirinya sendiri. Dia merasa begitu bodoh, dan sangat tersesat.

Taeyeon melihat ke arah cermin, tak ada siapapun yang ia dapat selain pancaran dirinya yang terlihat begitu lemah dan menjijikan baginya. Sesekali dia mengeluarkan suara isakan tangisnya karna tak mampu menahan itu,

Kali ini, aku benar-benar akan kehilanganmu kan, Fany-ah?

Aku benar-benar bodoh, kan?

Taeyeon lalu memejamkan matanya ketika seseorang menarik cepat tubuhnya untuk di dekap. Semerbak aroma parfum yang menenangkannya barhasil masuk ke indra penciumannya.

Orang itu meletakan dagunya di bahu Taeyeon, sembari ikut memejamkan matanya. Sesekali dia menepuk-nepuk kecil punggung belakang wanita yang sedang menangis itu. Berharap bahwa tindakan kecilnya mampu memberi ketenangan walaupun hanya sebagian kecil.

Merasakan ketulusan disana, Taeyeon mampu mengeluarkan semua isakannya sengan keras di bahu wanita itu. Benar-benar keras sampai dia bisa merasakan napasnya yang mulai tersenggal.

Gadis brunette merasakan kain baju bagian bahunya yang kini benar-benar basah. Ia sama sekali tidak peduli dengan itu, karna baginya, Wanita inilah yang selalu menjadi poin kelemahannya. Ingin sekali rasanya merasakan sakit yang sekarang tengah melandanya, tetapi nampaknya surga justru mengirimkannya hanya untuk ada di saat wanita ini merasakan kekosongan yang perih.

Taeyeon mencengkram keras kain pakaian Jessica. Menariknya untuk lebih dekat, dan ia bisa merasakan wanita itu memeluknya lebih erat juga. Jessica ingin sekali Taeyeon tau, bahwa dia masih mempunyai dirinya untuk bersandar. Ada atau tidak ada status apa-apa antara mereka berdua.

Mereka.. Hanya memiliki, ikatan yang kuat sangat satu sama lainnya.

Tangisnya lama kelamaan berubah menjadi sendu, Jessica bisa merasakan Taeyeon yang mulai sulit untuk bernafas akibat menangis terlalu keras. Dia mengerti. Dia sangat mengerti bagaimana kondisi wanita ini. bukan perkara yang mudah memang ketika di pertemukan kembali dengan orang yang selama bertahun-tahun berusaha di hapusnya. Apa lagi dengan keadaan yang semakin membuatnya terpuruk, yaitu mengetahui bahwa mungkin saja dia akan kehilangan sosok itu untuk hal yang nyata. Dia akan segera resmi menjadi milik orang lain.

“Senang bertemu dengan lagi, Taeyeon. Sudah lama, ya.”Dengan itu Taeyeon menatap Tiffany teduh, tidak pernah terbayangkan sebelumnya karna bisa melihat kedua bola mata pekat indah itu lagi di jarak yang sangat dekat. Dia benar-benar lupa bagaimana rasanya bisa menjadi salah satu hal yang tergambar di penglihatan itu.

Dan yang ia rasakan sekarang, adalah tersesat. Untuk sesaat dia akan merasakan bahagia karna bisa menemukan wanita ini yang dulu sangat berpengaruh dalam hidupnya. Namun dia juga merasakan luka yang membaik, kini seperti menyeruak kembali keluar. Dia mungkin tidak menyimpan dendam apapun. Tetapi, mengingat bagaimana keadaannya di masa lalu, Taeyeon tidak bisa menahan rasa amarah di dalam ruang hatinya.

Dia pun tidak mengerti kenapa kakinya kembali dan mau mengetuk pintu itu yang sudah tertera jelas nama dari seseorang yang telah menyakitinya berulang kali.

Mungkin perasaan rindunya akan wanita ini begitu besar, sampai-sampai dia terus kembali ke tempat yang sama. Dia bisa mendengar kebisingan di kepalanya yang menyuruhnya untuk cepat pergi dari sini, namun ada juga yang berseru bahwa dia harus tetap disini dan membawa kembali semuanya.

Taeyeon sempat terdiam dan dia merasa dunianya kini benar-benar ribut. Dia tidak tau apa yang dia lakukan sekarang mungkin saja bisa dengan sengaja membawa perasaan yang terkubur itu kembali merangkak keluar. Namun tiba-tiba semua memori dimana dirinya berjuang sendirian untuk melawan penyakitnya, atau ketika dia berdiri sendiri di tepi meja ruang rapat dengan segala hasil kerja kerasnya selama ini dalam rangka mengejar ketinggalan karirnya karna penyakit yang sudah bertahun-tahun di deritanya. Dia ingat bagaimana sakitnya ketika dia mendengar kata-kata yang menyuruhnya untuk pergi, dan pergi. Dia ingat bagaimana semua pengorbanannya di abaikan begitu saja.

Bahkan gambaran dirinya yang selalu saja menangis dan rela terjatuh untuknya berkali-kali masih terekam jelas di memorinya. Dia tau bahwa itu semua memang tidak akan pernah bisa di singkirkan.

Begitu juga cintanya.

Dia terlalu mencintai Tiffany untuk membencinya, dia terlalu mencintai Tiffany untuk menghapus semua kenangan yang mereka buat bersama. Dia terlalu mencintai Tiffany untuk melihat semua sisi cacatnya. Dia terlalu mencintai Tiffany untuk jatuh di depannya berulang kali. Cintanya terlalu besar sampai-sampai sebagian dari dirinya tidak lagi mengerti arti sebuah sakit.

 

Dia sangat mencintai gadis itu, dan dia tidak tau bagaimana cara menghentikannya..

Kedua bola mata mereka bertemu kembali untuk yang ke sekian kalinya. Terkadang memang, perang antara indra penglihatan mampu menggambarkan situasi yang ada sekarang.

Dan keduanya tau, itu adalah tatapan rindu.

Taeyeon bisa melihat sesuatu yang berbeda di bawah pengawasan Tiffany. Dia tahu jelas jika mungkin saja, bukan hanya dirinya yang merasakan ini. Taeyeon tau, mungkin jika dia berlama-lama disini, dia tidak akan bisa menahan semuanya. Tak terkecuali rasa ingin kembali mendekap tubuh itu. Dia benar-benar lupa bagaimana rasanya saat Tiffany ada di genggamannya.

Semua itu terasa seperti tidak mungkin lagi baginya, tidak terkecuali hanya untuk memeluk tubuhnya sekali saja. Dia benar-benar merasakan rindu yang sangat menyiksa sekarang.

Aku benar-benar merindukanmu, Fany-ah..

“Aku mohon kerja samanya demi kelancaran rumah sakit ini, Tiffany.”Taeyeon lalu membungkukan sedikit badannya.

“Selamat siang,”Dia lalu bergegas melangkah kearah pintu dengan air mata yang tak bisa terbendung. Ia sangat berharap jika Tiffany tidak sempat melihat air matanya yang jatuh begitu saja. Dia tidak menyangka bahwa benteng pertahanannya selama ini roboh hanya dengan sosok Tiffany yang begitu dekat dengannya. Dia tidak menyangka bahwa wankta ini masih dapat menyebabkan efek yang besar terhadap dirinya.

Dia meninggalkan Tiffany yang hanya menatap punggungnya menjauh. Dia Terdiam dan tak mampu membalas salam perpisahanannya begitu saja.

Saat itu juga Tiffany akhirnya menitihkan air matanya yang sedari tadi ia tahan. Hanya ada rasa penyesalan yang begitu besar yang mengelilinginya sekarang.

Dia mengutuk dirinya sendiri karna tidak mampu mengungkapkan kata-kata yang lebih baik untuk orang itu. Orang yang selalu di rindukannya setiap waktu selama empat tahun terakhir. Lebih parah, yang telah ia sakiti untuk berulang kali sebelum akhirnya orang itu menyerah, dan lebih memilih untuk meninggalkan dirinya. Dia sangat merasa bodoh karna tidak bisa mengatakan itu, dan dia membenci dirinya sendiri saat ini.

Taeyeon-ah, aku begitu pengecut.. Maafkan aku..

Sementara, ketika pintu berhasil di tutupnya. Semua air mata Taeyeon akhirnya sukses meluncur ke permukaan mukanya, mengalir deras layaknya perasaan rindu yang ia rasakan sekarang. Taeyeon menyandarkan tubuhnya pada pintu, dia memejamkan matanya. Menggigit bibir bawahnya, berharap dia tidak menghasilkan suara akan tangisannya kini.

Fany-ah…


­Pertemuan mereka yang telah usai kemarin entah mengapa membut Tiffany terjaga semalaman. Dia terus memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi setelahnya. Mengetahui fakta baru yang tidak lain adalah Taeyeon yang sudah menjadi milik orang lain, menjadi poin utama yang mengganggu pikirannya.

Ia tidak menyukai itu, perasaan aneh yang terus dia rasakan ketika orang lain menyebut Taeyeon adalah milik mereka. Tapi sekali lagi, dia tidak bisa menyangkal kenyataan yang ada di hadapannya sekarang. Wanita itu benar-benar bukan dalam genggamannya lagi, atau setidaknya. Pernah menjadi seseorang yang bisa ia klaim sebagai miliknya.

Tiffany tau, ini tidak sehat untuknya untuk berlama-lama seperti ini. Tetapi ia tidak bisa menghentikan ini semua dengan segera, dia bahkan tidak pernah menyangka bahwa ternyata ia mempunyai perasaan yang begitu besar pada Taeyeon. Ia juga merutuki dirinya sendiri karna menemukan perasaan itu, jauh setelah Taeyeon memilih untuk melepasnya lebih dulu.

Dan kini ia merasa kosong, walaupun Taeyeon kini ada di dekatnya. Kepergiannya selama empat tahun memang mampu membuat semua perasaannya yang terkubur, kembali tumbuh.

Jarak dan waktu dapat merubah segalanya.

Tiffany menarik napasnya dalam, lalu membungkuk untuk mengikat tali sepatu sneakersnya.

Dia sudah siap dengan sweatshirt, shorts dan sepatu larinya. Baginya, untuk meredakan pikirannya yang berantakan, berolahraga adalah salah satu cara yang ampun. Jadi Tiffany tidak menyia-nyiakan waktu liburnya pada minggu sorenya ini.

Di dekat perumahannya memang terdapat taman yang rindang di tepi danau untuk sekedar berolahraga bahkan bermain bagi anak-anak kecil. Tidak jarang, jika hari menjelang sore, banyak keluarga yang memutuskan untuk piknik disini.

Tiffany lalu mulai berlari dalam kecepatan sedang mengelilingi taman, sesekali menarik senyumnya melihat orang-orang di sekitarnya yang sedang beraktifitas. Atau bahkan tertawa melihat tingkah lucu anak-anak kecil yang sedang sibuk di taman bermain.

Setelah beberapa mil berlari, Tiffany akhirnya memutuskan untuk duduk si bawah pohon teduh sembari mengatur nafasnya. Benar saja, ini benar-benar seperti merefreshing kembali lajur otaknya.

Namun, baru beberapa saat dia duduk disana, penglihatannya menangkap punggung wanita berambut panjang yang terlihat sedang memesan ice cream di corner tepi danau yang menghadang di depannya.

Tiffany merasa sangat aneh karna dia merasakan sesuatu yang tidak asing akan punggung itu.

Dia benar-benar berdoa agar pemikirannya benar,

Dan sepertinya surga lebih memilih untuk mengabulkan doanya.

Saat gadis itu berbalik, Tiffany reflek menutup permukaan wajahnya dengan telapak tangan. Di satu sisi ia senang bisa mengetahui siapa pemik punggung itu. Namun di sisi lainnya, dia benar-benar merasa takut sekarang.

Taeyeon. Dia terlihat sangat cantik dan simple dengan memakai kaus v putih, lengkap dengan jeans hitam juga sepatu sneakersnya. Perpaduan yang simple namun tampak sangat cocok juga menawan di mata Tiffany

Melihatnya tanpa balutan dress, atau suit, adalah salah satu momen yang mungkin bisa ia syukuri saat ini.

Seperti ada yang menariknya untuk terus duduk disini tanpa ada niatan untuk pergi. Tiffany memarik sudut bibirnya ketika wanita itu mulai melahap ice cream yang baru di belinya. Kelihatan sekali jika dia memang sangat menyukainya. Tiffany tau, bahwa mungkin ice cream adalah salah satu hal yang paling di sukainya, ia tidak pernah melupakan itu.

Ia ingat betul, ketika dirinya harus bersusah payah menyelundupkan makanan itu ke dalam kamarnya tanpa sepengetahuan siapa-siapa agar Taeyeon bisa memakannya.

Mengingat itu, Tiffany hanya bisa menarik napasnya pelan, dia sangat merindukan momen itu. Dia benar-benar berdoa jika saja dia bisa kembali pada masa-masa itu.

Ia berniat untuk memperbaiki semuanya.

Tapi apa daya, itu semua sudah jauh berlalu dan dia terlanjur mengambil jalan yang salah.

Baginya saat ini, ia tidak butuh pemandangan apapun. Rasanya penglihatannya sudah terlanjur merekat pada wanita itu yang kini masih sibuk dengan ‘hal nya’

Tiffany lalu tertawa kecil, melihat bagaimana lucunya Taeyeon jika di lihat dari sini. Dia seperti anak kecil, dan dirinya mungkin sudah menyadari. Bahwa itu adalah salah satu faktor yang membuatnya dengan mudah untuk jatuh kepadanya dahulu. Atau mungkin sekarang.

Entah ada keberanian darimana yang menghampirinya, Tiffany juga tidak tau. Tetapi yang ia sadari, bahwa kini kakinya melangkah mendekat pada wanita itu.

Ada perasaan berdebar disana. Gugup, bahagia, takut di aduk dalam satu wadah suasana hatinya.

Sampai akhirnya,

“Kau benar-benar menyukainya, apa aku benar Presdir?”

Taeyeon lalu merasakan sesuatu yang menganggu tenggorokannya ketika ia baru saja melahap lagi makanannya. Dia berbalik dan menemukan sosok Tiffany yang sedang tersenyum padanya

Gila saja! Dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu wanita ini disini. Apa lagi dengan situasi yang tidak menguntungkannya. Ia hanya ingin menuntaskan hasrat nya untuk makanan ini yang paling jadi favoritnya.

Tetapi dia mengutuk keputusannya dalam memilih waktu. Tentu saja sore ini akan ada banyak orang yang beraktifitas di taman, tak terkecuali..

Tiffany.

“Uhuk!”

“Maafkan aku, apa aku mengganggumu?”Tiffany yang tadinya berniat untuk menepuk pelan punggungnya, mengurungkan niatnya.

Ia menyadari, dimana tempatnya sedang berdiri. Dia tidak bisa melakukan itu, dia bukan siapa-siapa.

Sementara Taeyeon sangat di landa kesah. Baru saja beberapa jam lalu dia dia kembali menangis di kamarnya mengingat wanita ini akan segera di pinang oleh seseorang. Siapa yang tau jika surga malah memberinya kejutan dengan pertemuan ‘lagi’ yang tiba-tiba ini.

Ia bahkan bingung tentang apa yang harus di rasakannya sekarang. Apa dia harus bahagia? Atau sebaliknya? Karna dia tidak akan pernah tau jawabannya.

“Aniyo, aku hanya sedikit terkejut.”Balas Taeyeon lalu membersihkan sekitar mulutnya dengan tissue.

“Benarkah? Maaf jika aku membuatmu terkejut, Presdir.”

Taeyeon merasa kecewa dengan panggilan Tiffany yang di dengarnya sekarang. Ia sudah mempertegas bahwa dia tidak ingin di panggil dengan nama jabatannya jika di luar lingkungan pekerjaannya.

Apa kini namaku juga sudah berubah bagimu, Fany-ah?

Apa aku hanya orang asing sekarang?

Dia tidak bisa menyalahkan gadis itu, bagaimanapun juga mereka sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa. Itu sudah berakhir lama, dan dia bahkan memilih untuk meninggalkan gadis itu selama empat tahun lamanya.

“Jangan memanggilku dengan jabatan itu jika kita sedang berada di luar, Tiffany.”Ucap Taeyeon lalu memalingkan wajahnya, dia tidak bisa menatap paras itu berlama-lama.

“Maafkan aku, Taeyeon. Aku tidak akan mengulanginya lagi..”

Jawaban Tiffany dengan nada yang lucu itu membuatnya harus menarik bibirnya untuk tersenyum. Itu terdengar seperti permintaan maaf manja yang dulu sering di dengarnya.

Taeyeon kambeli berpaling padanya, kini dengan tawa pelan yang menghiasi bibirnya.

“Kenapa kau tertawa?”Tanya Tiffany mengerucutkan bibirnya,

“Aniyo, ulang sekali lagi.”

“Apa?”

“Permintaan maafmu, itu terdengar lucu.”Tiffany lalu terkekeh sebelum akhirnya menyikut wanita itu pelan, membuat mereka berdua terlarut dalam candaan kecil tanpa sengaja itu.

“Yokshi.. kau masih sangat setia dengan ice cream..”

Taeyeon kembali tertawa mendengar itu, “Kau tau mereka sangat lezat, kan?”

Keduanya tidak menyangka jika atmosfir canggung seperti tadi bisa menghilang secepat ini. diam-diam keduanya bersyukur atas pilihan mereka untuk sekedar berada di taman yang sama.

Pembicaraan tentang ice cream berlangsung cukup lama hingga mereka sesekali merasakan malu ketika membahas hal-hal yang terjadi dulu hanya karna makanan itu,

“Aku benar-benar hebat kan, dalam menyelundupkan itu!”Ungkap Tiffany dengan tawanya dan senyum matanya yang melengkung, membuat Taeyeon merasakan sesuatu yang hangat di ulu hatinya.

Dia mengangguk, “Kau hebat dalam hal itu, Dokter.”Pujinya, lalu mereka berdua kembali tertawa.

Mereka berdua lalu menyandarkan tubuh mereka pada pagar danau. Memandang ke depan menghadapi hamparan luas dan juga indahnya matahari sore. Angin sendu membuat mereka lagi-lagi merasakan sesuatu yang aneh di dalam ruang hati mereka. Keduanya tidak menyangka jika mereka mendapatkan kesempatan seperti ini.

Maksudnya, disinilah mereka dengan keajaiban bisa mengobrol dan bercanda berdua, di tengah taman yang damai di bawah langit jingga yang hampir tak tampak cahayanya.

“Taeyeon-ah..”’

Panggilan itu…

Taeyeon lalu berpaling, mendengar panggilan tersebut dia merasakan sesuatu yang membuncah di dalam hatinya.

“Aku.. tidak percaya jika kau sekarang disini bersamaku.”Menyadari perkataanya Tiffany tersipu malu lalu menundukkan kepalanya. Apa lagi ia tau Taeyeon sedang memperhatikannya sekarang,

“Aku tidak pernah menyangka bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara denganmu lagi seperti ini, aku pikir kita sudah menjadi orang asing. Tetapi aku salah, kau tetap Taeyeon, si pasien lucu yang masih menyukai ice cream.”

“Aku tidak merasakan ada yang berbeda terkecuali keadaan kita sekarang. Aku tetap melihat Taeyeon yang dulu, dan aku bersyukur karna itu.”

Taeyeon mengukir senyum di parasnya mendengar setiap perkataan Tiffany.

“Taeyeon -ah..”Tiffany masih menunduk dan tidak yakin akan apa yang akan di katakannya sekarang. Tetapi inilah saat nya, dia berpikir mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa berbincang empat mata dengan wanita yang kini sangat sulit di temuinya.

Sekarang atau tidak, Tiffany.

“Aku merindukanmu. Aku benar-benar merindukanmu.”

Taeyeon merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya, darahnya seperti berhenti untuk berdesir dan dia hanya bisa menyalahkan Tiffany untuk semua keributan yang ada di dalam hatinya sekarang.

“Aku  tau, sungguh tidak pantas untuk merindukanmu seperti ini, Taeyeon-ah. Jika di pikirkan lagi, aku tidak mempunyai hak untuk merasakan ini. Tapi aku tidak pernah bisa melupakan namamu bahkan untuk sehari. Aku benar-benar egois, aku yang membuatmu pergi dulu, tapi disinilah aku. Menjadi satu-satunya orang yang menunggumu untuk pulang.”

“Bahkan perlakuan ku dulu, benar-benar menjijikan. Aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana jahatnya, seorang Tiffany. Kau dengan segala kesempurnaanmu, aku tidak pernah melihatnya Taeyeon-ah. Maafkan aku. Aku begitu buta akan gambaran masa depanku, dan tak bisa melihat apa yang sebenarnya aku inginkan.”

“Itu terlalu nyata dan aku tidak bisa memberikanmu kesempatan. Seseorang dengan sifatnya yang lucu, senyum yang indah, tawa yang hangat juga tatapan yang teduh. Kim Taeyeon. Dan aku dengan segala kebodohanku yang tidak bisa mendengar juga melihat perjuanganmu. Maafkan aku, Taeyeon-ah..”

Tiffany sudah terisak sangat keras sekarang, sesekali punggung tangannya menghapus air mata yang berjatuhan dan Taeyeon hanya bisa terdiam mendengarkannya sekarang. Ia tersesat akan pikirannya sendiri, dan berusaha untuk mencerna apa yang sedari tadi masuk ke gendang telinganya. Ia bahkan tidak menyangka jika pertemuan sederhana ini akan berubah dengan waktu yang terbilang cepat.

“Aku benar-benar jahat, kan? Tetapi disinilah aku. Masih bisa berdiri di dekatmu yang bahkan jika di pikirkan, sudah tidak pantas untuk berbicara denganmu lagi seperti ini.”

Sungguh, Taeyeon ingin menghentikannya sekarang. Dia berpikir, bahwa Tiffany tidak seharusnya meminta maaf seperti ini. sebagian dari dirinya benar-benar merasa bahagia mendengarkan pengakuan Tiffany bahwa dia merindukannya. Karna tidak bisa di pungkiri bahwa dia juga sangat merindukan sosok ini. Rasanya ingin sekali menariknya untuk kembali ke dekapannya seperti dulu. Tapi Taeyeon menyadari posisinya sekarang. Dia bukan siapa-siapa terlepas dari statusnya sebagai atasan dokter ini. dia tidak yakin apa dia bisa menahan air matanya yang akan jatuh sekarang. Dia benar-benar terkejut sampai lidahnya kelu untuk bebricara.

“Aku menyesal Taeyeon-ah.. Maafkan aku..”

Tiffany lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia benar-benar tidak mempunyai keberanian untuk menatap wanita yang ada di sampingnya sekarang. Tetapi terlepas dari itu, dia merasakan beban yang sudah bertahun-tahun lamanya ia rasakan, sekarang hilang perlahan.

Tiffany lalu merasakan genggaman tangan yang menarik punggung tangannya dari parasnya. Dengan sangat perlahan. Lalu dia memberanikan dirinya untik kembali membuka kelopak matanya.  Di dapatinya Taeyeon sedang tersenyum ke arahnya, mungkin Tiffany sedang kacau sekarang. Tetapi yakin, bahwa ia juga melihat air mata yang jatuh di permukaan kulit wajah wanita itu. yang kini menatapnya hangat,

“Kenapa kau meminta maaf, Fany-ah? Kau tau aku baik-baik saja.  Aku bahkan bisa menjadi atasanmu, kan?”Ujarnya tertawa pelan, masih dengan wajah yang basah sama seperti Tiffany akibat menangis.

“Memang sulit untuk melewati hari tanpa adanya dokterku dulu yang suka menyelundupkan ice creamku, dokter yang mempunyai caranya sendiri untuk merawat pasien. Dokter yang ketika tersenyum, akan membuat dia melengkungkan matanya yang sangat indah. atau  bahkan seorang chef yang memasak topokki terlalu pedas. Tetapi, terlepas dari semua itu.. adalah seorang wanita yang mempunyai sifat yang menyenangkan, tawa yang hangat juga penuh dengan cerita itu. seorang wanita yang menjadi inspirasiku untuk menjadi seperti ini. dia adalah salah satu orang yang mengisi masa laluku dengan hal-hal yang indah.”

“Fany-ah..”

Kini giliran Tiffany yang hanya bisa tenganga mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari bibir Taeyeon. Ia tidak menyangka jika Taeyeon akan mengatakan hal seperti itu.

Taeyeon-ah..

“Aku tidak pernah menyalahkanmu atas semua air mata yang aku jatuhkan dulu. Justru aku berterima kasih karna membuat hari-hariku dulu menjadi lebih hidup, berhentilah berfikir bahwa kau membawa pengaruh yang buruk bagiku. Itu semua tidak benar dan kau tau itu, Fany-ah..”

Baru saja Taeyeon ingin mengatakan sesuatu lagi, namun deringan telfon genggamnya justru membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk berbicara. Dan Tiffany benar-benar menyesal akan ini, dia meraihnya dan melihat nama yang tertera di sana.

Siapa lagi jika bukan, kekasihnya. Dia melihat Taeyeon sekali lagi dengan tatapan menyesal, sementara Taeyeon hanya mengangguk perlahan dan tersenyum. Menandakan bahwa dia menyetujuinya untuk mengangkat telfon itu,

“Tiffany. Kau dimana? Aku akan menjemputmu untuk makan malam.”

Tiffany masih menatap Taeyeon dengan ekspresi yang sama. Sementara Taeyeon hanya terdiam sembari memperhatikan tangannya di bawah yang masih menggenggam punggung tangan Tiffany dengan erat. Dia bisa mendengar apa yang di katakan kekasih wanita ini di seberang sana. Dan dia merasa benar-benar jatuh. Dia tidak pernah tau jika Tiffany masih mempunyai alih besar dalam keadaan suasana hatinya sekarang.

“Aku di taman.”

“Benarkah? Dengan siapa? Apa aku perlu menjemputmu?”

Sementara Tiffany berperang keras dengan fikirannya sekarang. Ia tidak ingin menyembunyikan nama Taeyeon lagi dari siapapun. Dia tidak mau kejadian dahulu terulang lagi, terlebih ketika dia sudah mendapatkan kesempatan seperti ini. dia tidak mau menyakiti perasaan wanita ini lagi, dan ia tidak pernah merasa lebih yakin dalam hidupnya.

“Taeyeon. Kim Taeyeon. Aku bersamanya.”

Taeyeon benar-benar terkejut akan jawaban yang baru saja di berikan Tiffany pada kekasihnya. Dia menggelengkan kepalanya pelan tanda tidak setuju dengan itu. Baru saja Taeyeon ingin melepaskan genggamannya, Tiffany justru mengeratkan genggaman mereka.

Oh? Kenapa kau bersamanya disana? Apa kalian tidak sengaja bertemu?”

“Aku akan kesana sekarang.”

Sementara Taeyeon memaksa untuk melepaskan tangannya sekarang ketika mendengar itu. ia tidak mau kekasih wanita ini bisa melihatnya disini. Itu bukan ide yang bagus dan dia tidak mau menganggu mereka berdua. Tetapi tetap saja, masih ada satu hal yang belum berhasil ia sampaikan tadi,

Jadi setelah berhasil melepaskan genggaman mereka, Taeyeon menatap Tiffany yang masih dengan telfon seluler di telinganya. Wanita itu menatapnya nanar, ia merasa sedikit kecewa karna Taeyeon melepaskannya begitu saja.

Namun Tiffany kemudian melihat gerakan bibir Taeyeon yang mengatakan sesuatu,

Aku merindukanmu.”

Tiffany yakin bahwa tidak ada yang salah dengan pendengaran juga penglihatannya. Walaupun taeyeon mengatakannya dengan sangat pelan, ia tetap bisa mendengarnya. Ia tidak pernah merasa lebih bahagia dari ini selama bertahun-tahun lamanya.

Namun, Justru gerakan Taeyeon selanjutnya, membuatnya kembali sedih. Karna wanita itu hanya tersenyum masih dengan air mata, lalu berbalik hendak melangkah pergi meninggalkannya.

Tiffany masih bisa mendengar suara yang memanggilnya di seberang sana,

Tiffany?”

Tiffany bisa melihat Taeyeon yang mulai melangkah menjauh dari tempatnya berdiri.

“Tiffany?”

“Maafkan aku, Nickie.”

Aku tidak bisa melepaskannya, lagi..

Lalu dia berlari dengan sangat cepat dan menarik tangan Taeyeon untuk berbalik, lalu di pelukmya tubuh itu dengan sangat erat. Tangisnya kembali tumpah dan Tiffany memilih untuk memejamkan matanya kali ini.

Dia ingin berada di dekapan ini untuk selamanya.


Semoga kalian suka sama update-an nya ya! 🙂

Oh ya, yang semalem ga bisa ikut nonton phantasia semoga lanjutan ini bikin gagalau-galau banget ya hehe.

yang semalam dateng, gimana? udah puas? kita pribadi sih puas banget yaa semoga mereka bakal kesini lagi yaa Amiin. galau tjuyyy mereka udah balik 😦 tapi masih ga nyangka banget bisa ketemu langsung dan jaraknya deket banget. Kita di notice loh sama Tiffany karna bawa-bawa tulisan Taeny sama headband yang kita pakai. Jazz pake Taeyeon Atta pakai Tiffany huhuhu.

jangan lupa komennya yaa tentang cerita ini.. kalian suka/ engga, kritik, komen semuanya deh! biar semangat lanjut heheee -jazz-

@jazzatta1

 

 

74 thoughts on “MISTAKES (CHAPTER SIX) BY JAZZ

  1. “Aku tidak akan melepaskannya lagi” Kyaaaaaaaa!!! Kereenn!!. sangat suka sama chap ini , dari awal baca nyesek bgt gk tega sama perasaan mereka masing” sampe nangis baca nya ane thor! Huhuhu tp pas bagian akhir nya itu bahagia bgt. akhir nya fanny bisa terbuka ke tae kalo dia menyesal + rindu bgt sama tae dan bagian si fanny peluk taee huaaaa penasaraann addoohh cepet” deh dia bedua jadian lagi trs putusin aj tuh si khunti fanny ah -.-” , di tunggu yaak thor kelanjutan nya kalo bisa jangan lama udh terlanjur penasaran akutt kekeke~ , btw ane suka sama cara menulis cerita mu thor entah kenapa serasa baca novel. Okelah cepat di lanjut yak thor and tetap semangat! Dan terus lah berimajinasi kekeke

    Like

  2. aaaaaaaaa…aq kesel nih..ko gantung sih…pngen cpet bava lanjutannya thor..
    fany gak mau sia siain kesempatan itu..aq dkung fany balik lagi sm tae..kasian bnget mreka berdua..

    Like

  3. Yeye update nya d tgg2 thor..

    Sedih,terharu,bahagia semua perasaan campur aduk,,
    Merindukan satu sama laen pii tidk bisa mengungkap kn perasaan karena keadaan n pikiran yg blum tau kepastian nya.,

    Akhir Nya D pertemukan Dengan keadaan yg sama2 sendiri n waktu n tempat yg tepat.,smua kerinduan N perasaan Yg pengen d ungkap kan akhir nya d ungkap kan…akhir nya fany membuat keputusan yg tidk akn melepaskan tae lgi..smg taeny bersatu..

    Like

  4. Uwahh thorr
    Baper nih pada ngomongin phantasia semua 😂😂
    Tapi nggak papa lah, udah merasa dekat karena mereka berpijak di negara yang sama sama gue 😄😄😄😂😂😂
    Huaa, ternyata dibalik sikapnya taeng yang tenang itu cuma topeng belaka?? Astagaa taeng, engkau telah terlalu tersiksaa 😂😂
    Wahhh akhirnya pany ke pelukannya taengg
    Ndakk sabarr bangett thorr baca selanjutnya
    La trus gimana nih sama sica thor??? Sica juga kasihan 😂😂

    Like

  5. Whoaaww.. Akhirnya apdet juga nih cerita setelah 1 bulan lebih ga apdet bikin aku lumutannnn 😭😭😭

    Well yeah,coretan mu itu menurut ku udah no coment macam² lagi lah.. Dari awal nih fp berdiri juga aku udah jatuh cinta sama coretan kalian 😍😍😍
    Selalu ngena gitu feelnya
    Yaa walaupun terkadang ada sedikit kesalahan penulisan a.k.a typi 😂 tapi gpp, di maklumin kok.. Karena ga ada yg sempurna selain Tuhan kan 😊😊 *eeeaaaakk* tumben bener ngomongnya wkwkwk 😂😂😂

    Oh kenarin jazzatta nonton konser?? tau gitu kita meet up 😆
    Soalnya aku juga nonton 😅
    Okelah mungkin belum saatnya kita bertemu, nanti pasti ada waktunya kita bisa meet up 😁 *ngarep* 😂

    Okelah sip ditunggu next chapt dan apdetan cerita lainnya 😙
    Semangat jazzatta!!! 😆😆😆
    See yaaa~
    😘😘😘
    *bow*

    Like

  6. Mana suaranya LS 😁😁😁👏👏👏 astaga penuh kucuran aer mata aja.. emang cinta penuh misteri n keberuntungan di pihak tiffany.. sgla sesuatu yg menyakitkan bagi tae yg dilakukan pany di masa lalu,. Gak sekali pun ngefek ke tae ^^ beruntung lah pany yg di cintai sedemikian lama nya n menjadi inspirasi ke lanjutan hidup tae^^.. gomawo thor

    Like

  7. Mana suaranya LS hahahha😁😁 syukurlah di pantasia kmren itu ngebuat sy terharu.. scra yul inget jessi ketika mrk ngebawain lagu CMIYC.. dan sy harap mrk sllu bercaouple bersama wlpun jessi sudah kga yg terpenting mrk tetep kel buat para SONE^^
    Oia lanjut ke ff I ini.. ternyata sudah terbit iaw*terharu euy..
    Awalnya cerita ini sllu buat maqy ngenes.. baru baca sudah termehek mehek 😧 tp apa pun itu mrk berdua sudah lebih mateng.. liat saja tae yg disakiti pany.. tp kesakitannya buat inspirasi menjalani hidup tae n akhirnya pany pun lah yg meminta maaf.. misteri TAENY tak akan pernah lekang oleh waktu^^ n real loh😊
    GOMAWO thor*bungkuk 90derajat ^^

    Like

  8. yaaaass!!!!hoho ini merupakn chapter favorite gue !! benar fany jgn lepasin taeyeon lgi…apapun lanjut!! smgat ya buat lanjutin..gue akan setia menunggu..choi..hahaha

    Like

  9. Finally update juga kau author 😭 gila chap nih giliran tiffany yg ngenes.. tapi akhirnya mereka bedua ketemu juga haduuh bahagia dan sedih diwaktu yg bersamaan ):(

    Like

  10. HuuHuuhh😭😭 merasa ngenes nya dgn galau ria taeny ini,ikut merasakan derita nya menahan rindu itu bener” menyiksa 😓.tp thor keputusan tiffany tu bagus jgn lepas taeyeon lagii.
    Moment taeny di taman itu emg makin buat gue trbawa emosional nya thor,pa lg dgn kata” taeyeon tuangkan dr semua rindu yg jg di pendam,#tisu mana tisu ..Taeny jgn terpisahkan lagii

    Chap ni author jazz atta berhasil porak porandakan hati gue,dr kesedihan yg terlalu taeny hadapi vy thanks jg thor lo buat moments canda saling rindu tuk mereka

    Gue dh bingung mw koment pa lg,ini cerita special daebak 😃 fighting author JazzAtta ☺😆

    Like

  11. awal gue empet pas baca yang tae nyuruh si gajah resmiin si emak , dia yg sok²an ngedukung eh pas diwc si bapak malah nangis kejer:’V untung ada tante sica,akhir gue seneng liat emak ga ngelepasin babe tae lagi ,gue suka sama pilihan emak,tapi kasian juga sama sitante,kalo entar taeny udh jadian pasangin tante sama sape kek gtu thor,kasian sica harus makan pil pahit mulu gara²emak wkwk ditnggu kelanjutannya😁

    Like

  12. Nah gitu dong fany kalo suka ya bilang jangan main lepasin tae aja gw kan jadi geregetan, si khunyuk mah biarin ajalah udah gede ini kkkkk….

    Like

  13. Ne fany-ah jangan melepaskannya lagi kalau kau benar benar mencintai taeyeon dengan tulus tidak seperti dulu yang hanya kekasih-tak-dianggap #ikutanyuridikit😂😂
    Fighting fany-ah… ayo buatlah taetaemu semakin jatuh hati padamu hahaha, chapter yang ini mah bikin greget wkwkwkwk

    Like

  14. Ok sekarang gua galau hahaha jadi gua harus rekom taeng ke pany / sica kalau udh begini 😂 tapi lebih banyak ke sica sih karna dia setia sama taeng dari dulu (blm ada pacar dan masih mengharapkan taeng)

    Like

  15. Akhirnya fany bisa mengungkapkan pnyeslannya…
    Mdah2an ja fany emng bner2 memilih taeyeon kli ni..gak php lgi…

    Dan taeyeon juga bisa nerima fany kmbali…
    Biar jessi ma yul ja…hahahah

    Like

  16. Menyadari seseorang sangat berarti bagi kita disaat orang itu jauh dari kita,,,yaa fany jangN menyianyiakan kesempatan,,,

    Like

  17. Seneng…
    Agak mendingan,…
    Sekoga bertanda baekk sich kedepannya unt mereka…
    Haishhh. …
    Aq ajahh menutup mata unt egonya tiffany…
    Lha piyee…?? Klw memang itu kebahagiaan ne tae-taee…
    😅😅🤣🤣🤭🤭🤗

    Like

Ayo kasih komentar!