COMPLETE CHAPTER THREE BY JAZZATTA

Jangan lupa komen yaa ceritanya gimana 🙂

Enjoyyy!💕

jazzatta


Tiffany tidak bisa memikirkan hal yang lebih buruk dari ini. Dirinya merasa sedikit kurang sehat pagi ini, mungkin karena air hujan semalam yang sempat membut tubuhnya basah ketika tiba di rumah.

Sekarang dia berdiri di depan pintu ruangan seseorang yang dari kemarin menginap di pikirannya, dan tidak pernah beranjak dari sama. Tiffany berdoa agar seseorang mau menggantikan posisinya sekarang, untuk menyerahkan laporan yang di buatnya. Dia hanya tidak bisa berhadapan langsung dengan wanita itu, dia hanya tidak menginginkan itu terjadi.

Mungkin dia pernah membayangkan bahwa cepat atau lambat mereka akan kembali berhadapan satu sama lain, tapi dia tak menyangka jika waktu itu telahtiba seperti sekarang ini.

Tapi dia tau, dia tidak bisa terus seperti ini. Dia disini untuk bekerja, mendapatkan pengalaman juga hasil dari kerja kerasnya. Dia tidak bisa melibatkan cerita pribadi hidupnya terlibat dalam perjalanan karirnya. Walaupun hatinya kekeuh untuk tidak bisa melihat wanita itu, pikirannya mengatakan bahwa dia harus masuk ke dalam. Dan melakukn pekerjaan yang seharusnya.

Dia bisa merasakan laju jantungnya yang berdegup lebih cepat.

“Tok tok.”

Ketukan pertama tak ada jawaban, jadi Tiffany memutuskan untuk mengulangnya. Jari jarinya mencengkram pelan map yang di peluknya.

“Tok tok.”

Ada keheningan sebentar yang menyergapnya,

“Masuk.”

Suara itu, Tiffany sangat merindukannya. Suara yang lembut namun dalam, ia merasa bisa mendengarkan itu untuk seharian untuk menemani hari-harinya agar lebih baik.

Sungguh.

Dia menarik gagang pintu nya, sebelum akhirnya mengumpulkan semua keyakinan juga keberaniannya.

Saat pintu terbuka, dia bisa melihat wankta itu yang masih sibuk dengan kertas-ketas yang berserakan di mejanya. Tiffany sempat tertegus melihat bagaimana menariknya paras itu ketika serius. Bagaimana berkarisma nya dia ketika berkutat dengan pekerjaan. Lalu kewarasannya kembali,

“Selamat pagi.”

Wanita itu sempat menghentikan aktifitaanya ketika mendengar sapaanya, sebelum akhirnya mendongak.

Lagi-lagi itu adalah tatapan tak berekspresi yang Tiffany juga dapatkan kemarin.

“Maaf menggangu, saya hanya akan memberikan laporan ini. Manajer.”

Wanita itu masih terdiam menatapnya, Tiffany hanya tidak tau harus merasakan apa sekarang. Dirinya benar-benae tidak suka atmosfir ini. Berdiri di hadapannya saja sudah membuat lutut lemas, apa lagi tatapan dalam yang di berikan wanita itu sekarang. Dia ingin jatuh pingsan rasanya.

“Aku akan menaruhnya di meja Anda, Manajer.”

Tiffany benar-benar tidak menyukainya situasinya sekarang. Mungkin dia bahagia karena akhirnya kembali mendapapatkan tatapan itu, tetapi ia tidak bisa bertahan lama-lama untuk ini.

Ketika dia meletakannya, wanita itu masih memeperhatikan setiap geraknya,

Tiffany bisa merasakan pengawasan yang begitu ketat disana, itulah penyebabnya darahnya terasa berhenti berdesir.

Baru saja dia membungkukkan sedikit badannya, “Selamat menikmati hari anda, Manejer.”

Baru saja dia berbalik untuk melenggang keluar dari ruangan ini,

“Tiffany-sshi.”

Tiffany benar-benar minta untuk waktu yang berjalannya di berhentikan ketika dia mendengar itu. siapa saja tolong bunuh dia sekarang. Itulah harapannya.

Tidak mau menjadi bawahan yang tidak bertatakrama, Tiffany kembali berbalik. Namun kini dia menatap lantai di bawahnya, menghindari tatapan mematikan itu yang sewaktu-waktu dapat membuatnya jatuh.

“Kau butuh sesuatu, Manajer?”

Wanita itu menarik napasnya pelan, lalu memainkan pulpen yang ada di genggamannya.

“Bisakah kau ikut aku sebentar?”

Tiffany yakin pendengerannya masih berfungsi dengan normal, namun dia tidak yakin akan apa yang baru saja menebus gendang telinganya barusan.

“Uh? Kemana, Manajer?”

“Aku masih mempunyai beberapa pekerjaan lagi.”

Wanita itu justru bangkit dari duduknya, melangkah mendekat pada Tiffany yang kini mematung namun masih menunduk. Sungguh, bunyi dentuman sepatu haknya yang semakin dekat dengan tempatnya berdiri, mampu membuatnya membeku.

“Ini tidak akan memakan waktu lama,”

Gerakan selanjutnya membuat Tiffany begitu terkejut, karena wanita itu sudah sukses menggenggam satu pergelangan tangannya. Tiffany tidak bisa memungkiri bahwa dia benar-benar merindukan sentuhan ini. tetapi tetap saja, ia merasa sangat tidak nyaman ketika wanita itu menariknya agak seidkit kasar untuk keluar dari ruangannya,


Tiffany lagi lagi hanya bisa menunduk menatap lantai atap gedung yang sangat tinggi ini. di hadapannya ada hamparan luas kota Seoul pagi hari yang begitu cerah. Namun di depannya juga, berdiri wanita yang kini membelakanginya sembari menatap pemandangan itu. angit yang menerpanya, membuat rambut hitam panjangnya terlihat begitu indah.

Jika saja, Tiffany bisa menghentikan waktu yang berjalan di sekitarnya sekarang. Dia ingin tetap seperti ini untuk waktu yang sedikit lama,

Namun suara selanjutnya mampu menyadarkannya dari lamunan indahnya,

“Kenapa kau disini?”

Dia benar-benar tidak mengira pertanyaan itu akan keluar di saat seperti ini. dia juga merasakan kebingungan yang hebat di dalam sana, karena pertanyaan tiba-tiba itu.

“Apa maksud anda, Manajer?”

“Tiffany. berhenti berpura-pura. Jawablah.”

“Aku benar-benar tidak mengerti maksud anda, Manajer.”

“Fany-ah!”

Wanita itu lalu berbalik menghadapnya. Bertapa terkejutnya Tiffany ketika mendengar nama yang biasa di sebutnya dulu, kembali keluar dari bibir itu. dia tau, bahwa dirinya tidak bisa berpura-pura bodoh lagi. wanita itu menginginkan jawabannya, dan dia tau dia harus menjawab itu dengan segala keteguhan hatinya,

“Manajer, maksudku, Taeyeon. Aku hanya ingin bekerja disini.”

“Oh? Benarkah?”Tiffany bisa melihat raut wajah itu yang memandangnya tajam sembari tersenyum ragu,

“Kau yakin untuk itu? atau kau disini berencana untuk menghancurkan hidupku lagi?”

Dengan itu, Tiffany benar-benar merasakan sesuatu yang langsung menyergap ruang hatinya. Dia tidak percaya Taeyeon akan mengatakan hal semacam itu di depannya. Dia sangat merasa buruk sekarang. Perkataan wanita itu seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah orang yang sangat jahat, yang sudah membuat hidup orang lain berantakan.

“Taeyeon-ah..”

“Kau tau, butuh waktu lama untukku menyembuhkan luka yang kau buat. Aku harus melewati banyak hal untuk itu. lalu baru aku bisa bebas terjerat dari rasa bodoh itu sekarang.”

“Dan tiba-tiba, kau datang lagi dihidupku. Hidupku ini bukan sebuah mainan, Fany-ah. Kau tidak bisa keluar masuk begitu saja, dan membuat hati seseorang yang telah kembali tertata. Kembali menjadi berantakan.””

Tiffany bisa merasakan hatinya yang teriris untuk itu. bukan hanya karena mengetahui bahwa Taeyeon sudah bisa melupakannya, namun dia juga merasa buruk karena telah memberikat efek menyakitkan terhadap hati malaikat itu. dia tau Taeyeon begitu terluka, dan dia bisa kembali merasakan itu kembali menyerang padanya.

Dari perkataan yang barusan di dengarnya, dia bisa dengan jelas mengerti kenapa Taeyeon tidak menyukai dirinya sekarang. Dia tidak bodoh untuk mengetahui alasannya. Dia sudah melukai wanita itu ke titik yang paling dalam, dia bisa mengerti kenapa Taeyeon mengatakan itu. dia juga, merasakan semua sakit yang di rasakannya dulu.

Hanya perbedaanya, dia masih sangat mencintai Taeyeon tanpa berkurang sedikitpun. Dan itu sedikit menyakitinya, mengetahui bahwa wanita itu telah sukses menghapus namanya.

Namun Tiffany tau, bukan hal itulah yang seharusnya ia fikirkan sekarang. Bagaimanapun, Taeyeon benar. dia tidak harusnya berada disini. Dia tidak seharusnya kembali memasuki hidup seseorang yang sudah tenang tanpa kehadiran dirinya. Dia sungguh merasa menyesal karena membuat wanita yang lebih tua, bisa melihat dirinya lagi. dengan segala kesalahan yang ia pernah buat dahulu.

“Kau mungkin tidak akan mengerti ini, tetapi aku mampu pulih dari lukaku, Fany-ah. Kau tidak bisa melakukan ini padaku lagi..”

Bukan hanyakau yang terluka karena perpisahan kita, Taeyeon-ah..

“Aku harus melawan semua rasa sakit untuk melupakan semuanya,”

Aku juga, berusaha untuk itu. Taeyeon-ah, tapi aku tidak pernah berhasil dalam mengangani perasaanku yang sudah tercipta begitu dalam untukmu..

“Aku berhasil memulai suatu hal yang baru dalam hidupku, kau tidak bisa seperti ini.”

Tetapi aku masih belum bisa melupakanmu, Taeyeon. Dan tidak akan pernah.

“Aku tidak pernah merasa lebih buruk, karena harus berada di dalam luka lubang yang sama untuk waktu yang hanya Tuhan dan akulah yang tau untuk berapa lama.”

Maafkan aku, Taeyeon-ah..

“Aku juga tidak pernah merasa sebebas itu, ketika tau, bahwa aku sudah bisa melupakan rasaku, semua memori buruk yang ada. Aku bisa menyingkirkannya..”

Taeyeon sudah menitihkan air matanya yang sedari tadi berusaha ia tahan, dari awal melihat sosok Tiffany berdiri di hadapannya.

Kau tidak boleh menangis, itu menyakitiku.

“Sekarang, aku berharap bahwa kehadiranmu ini, tidak akan berpengaruh pada semua usahaku kemarin. Jadi aku mohon, kau tidak bisa melakukan hal yang sama, padaku lagi.”

Apa  sesulit itu, Taeyeon-ah? Apa kau merasakan sakit sekeras itu?

Maafkan aku.

“Tetap berdiri di batasmu, dan kau tidak boleh melewatinya lagi,”

Tiffany juga, sudah mersakan pipinya yang basah akibat ikut menjatuhkan air matanya. Kata-kata yang keluar begitu saja dari bibir orang yang di cintainya, mampu membuat hatinya yang sudah hancur. Kembali di pecah ke beberapa bagian kecil,

“Baiklah, jika itu akan membuatmu merasa lebih baik, Taeyeon-ah, aku akan membuat hari-harimu kedepannya seperti tidak ada aku di dalamnya…”


Tiffany menepati janjinya, dia tidak pernah melupakan bagaimana sorotan mata itu memohonnya agar tidak memasuki hidupnya lagi. dan dia sudah membuat perjanjian pada dirinya sendiri, untuk mengusahakan kebahagiaan orang itu lagi, bagaimanapun caranya. Sekalipun, dia harus menjadi figuran yang ada di jalan cerita hidupnya.

Dia tidak masalah dengan itu, asalkan Taeyeon tidak terbebani akan kehadirannya.

Dia hanya tidak ingin mempersulit keadaan yang sudah kembali membaik, dia hanya tidak ingin menghancurkan sesuatu yang telah wanita itu bangun selama ini. Tiffany sama sekali tidak mengharapkan ada luka baru lagi yang akan timbul akibat dirinya.

Jadi, ketika dia sedang berada di kantornya, ia akan semaksimal mungkin untuk tidak berada di dekat Taeyeon. Dia pasti akan selalu menjadi satu-satunya yang tak pernah mau untuk sekedar berdiri di dekatnya. Tiffany akan lebih memilih untuk memperhatikan sosok itu, yang selalu di rindukannya dari jarak jauh. Ia akan tersenyum memperhatikan bagaimana wanita itu akan tertawa pada candaan orang lain, dia akan menemukan dirinya begitu tertarik untuk terus memandang wajah seriusnya.

Tiffany juga sangat suka untuk mendengarkan suara lembutnya, walaupun sangat samar untuk di dengar karena hambatan jarah. Tapi ia sama sekali tidak masalah dengan itu, baginya bisa berada di dekat orang itu juga sudah merupakan suatu sumber kebahagiaanya saat ini. walaupun ada beberapa saat, ketika dia harus berhadapan langsung dengan wanita yang lebih tua, Tiffany akan berbicara tanpa pernah mau menatap matanya.

Dia akan menjadi orang yang mengenali batas-batasnya, bahkan Tiffany akan bersikap seperti mereka memang tidak pernah mempunyai memori apa-apa. dirinya akan memanggil sosok itu dengan jabatannya, menyapanya dengan sopan. Juga pergi sebagai bawahan dari Taeyeon. Bukan yang lain.

Namun, walaupun begitu, Tiffany tidak pernah menuntut apa-apa, karena dia tau, dia sudah cukup membebankan wanita itu karena kedatangannya disini. Jadi, baginya untuk menebus itu, hanyalah dengan berpura-pura seperti semua yang telah lalu, tidak pernah ada. Itu mungkin sangat menyakitinya baginya.

Tapi Tiffany tau, dia tidak berhak merasakan kecemburan ketika figure itu berada di genggaman orang lain, dia tidak bisa merasakan amarah ketika orang lain bisa dengan leluasa dekat dengannya. Mendengar orang lain dapat membuatnya tersenyu, bahkan tertawa pada candaan mereka, membuatnya merasa sangat buruk.

dia hanya tidak mampu menahan tangisnya tiap kali dia memikirkan bahwa Taeyeon akan menjadi milik orang lain seutuhnya.

Dia hanya tidak bisa..

 


“Tiffany-sshi, bisakah kau pergi ke toko buku yang baru buka di depan kantor kita sebentar?”

“Tiffany-sshi, aku butuh print-an copy dari ini dua lembar ya!”

“Tiffany-sshi, bisakah kau membuatkan kami kopi? Jangan memakai gula!”

“Bisakah kau menyelesaikan bab ini, Tiffany-sshi? Aku harus mengurus urusan lain dan pergi keluar.”

Tiffany sangat kewalahan untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sedari tadi dirinya naik-turun lift untuk menyelesaikan banyak perkerjaan yang baru saja di berikannya. Ini sudah minggu kedua dia disini, namun dia masih bertanya-tanya kenapa dirinya masih di perlakukan seperti ini. bukan dia tidak suka untuk membantu para seniornya, namun dia juga merasa masih mempunyai pekerjaannya sendiri masih tertinggal.

Dia tidak bisa mengerjakan semua itu, jika dirinya terus mendapatkan perintah. Tiffany tau, posisinya sebagai karyawan magang disini, memang harus menerima dan menjalani semua permintaan seniornya. Namun tidak bisa di pungkiri, bahwa dia begitu merasa lelah sekarang.

Perutnya yang belum terisi sedari pagi, terasa sangat mengganggu. Dia tidak bisa berfikirkan dengan jernih. Pandangannya justru kini sedikit kabur, dia merasa dunia seperti bergoyang di sekitarnya. Namun Tiffany berusaha menahan itu semua, bagaimanapun dia masih harus menyelesaikan ini semua.

Dia terlihat kesulitan ketika menghampiri meja-meja seniornya untuk memberikan minuman pesanan mereka,

“Ini Americano, mu. Selamat menikmati.”

“Gomawo, Tiffany-sshi.”

“Dan ini Latte mu, selamat menikmati.”

“Khamsaeyo, Tiffany!”

“Ini pesanan teh mu, sunbae-nim.”

“Uh. Gomawoyo.”


Sementara dari kejauhan seorang wanita tidak menarik pandangannya dari gadis itu yang kini terlihat sangat kerepotan. Dia berusaha untuk melanjutkan langkahnya, namun dia menemukan dirinya justru terdiam menyaksikan ini semua. Dia mungkin tidak sadar, jika dia sudah mengepalkan tangannya setiap dia melihat gadis itu menghapus keringatnya, dan berusaha untuk tetap berdiri dengan tegap.

Wanita itu, memejamkan matanya sebentar, sebelum akhirnya kembali membuka dan menemukan gadis itu sudah berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya dengan menyandarkan satu tangannya pada counter. Dia terlihat begitu kelelahan. Taeyeon merasakan sesuatu yang mendorong dirinya untuk pergi menghampiri gadis itu yang mungkin saja sebentar lagi akan pingsan.

Dia bingung akan perasaan seperti sekarang ini, dia sangat tidak suka untuk melihat gadis itu dalam kondisi seperti ini. tetapi, dia juga merasa tidak berhak untuk ikut campur dalam hidupnya lagi.

Pada akhirnya, Taeyeon lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya ke dalam ruangannya lagi. bagaimanapun, dia sudah memantapkan hatinya untuk situasi seperti ini. dia hanya tidak bisa pergi kesana, dan kembali membiarkan perasaan yang sudah terkubur dalam-dalam. Perlahan akan kembali kepermukaan.

Tapi tidak bisa di pungkiri jika dia kini merasa sangat iba, ada bagian kecil dari hatinya yang merasa tidak terima karena Tiffany di perlakukan keterlaluan di awal pekerjaannya. Dia merasa buruk karena sebagai atasan gadis itu, kini hanya bisa berdiam saja. Takut akan perasaan yang sewaktu-waktu akan menyergapnya.

Dia telah membiarkan keegoisan perasaanya, mengalahkan tanggung jawab yang ada.

Dan dia merasa buruk untuk itu.


Taeyeon meletakan bungkusan plastic yang di dalamnya berisi macam-macam vitamin dan obat-obatan yang mungkin saja di butuhkan gadis itu saat ini. ia bersyukur karna ruangan ini sedang sepi, mungkin karna sekarang adalah jam makan siang. Saat selesai dirinya meletakan itu, kedua matanya tak sengaja menangkap bingkai foto yang ada di meja ini.

Tangannya menyentuh perlahan lapisan kacanya, disana terdapat foto gadis ini bersama ibunya yang terlihat sangat bahagia. Taeyeon mungkin tidak menyadari, bahwa senyuman tipis kini sudah terlukis di bibirnya. Gadis ini dan ibundanya mempunyai senyuman itu, senyuman indah dan damai yang selalu bisa melelehkan hatinya dulu.

Wajah teduh itu seperti menyihir Taeyeon untuk tidak menarik pandangannya.


“Bora-yah,”

“Huh?”

Tiffany meraih bingkisan plastic yang ada di mejanya, lalu memperlihatkan pada temannya di meja yang lain.

“Apa isinya?”

Tiffany sembari mengedikkan bahunya, lalu mulai membuka bingkisan itu. “Aku rasa ini adalah obat dan vitamin.”

“Siapa orang yang memberi itu? kau memang sedang membutuhkannya, Tiffany.”

Gadis itu hanya bisa terdiam memandangi plastic itu untuk sebentar. Dia juga, sedang bertanya-tanya siapa yang mungkin memberinya sesuatu seperti ini. Maksudnya, siapa yang mengerti keadaan sulitnya sekarang? dia benar-benar membutuhkan ini, untuk menjaga kesehatan tubuhnya.

Siapapun itu, Tiffany benar-benar merasa berterima kasih. Dia berpikir, orang itu mungkin adalah seseorang yang di kenalnya, dan dia tidak bisa merasa lebih bersyukur untuk ini.

Gomawo..


“Tiffany, kau tidak pulang?”

Gadis itu mendongak untuk menemukan Bora yang sudah merapikan barang-barangnya, untuk segera pergi dari kantor ini. Tiffany melihat arah jaram jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Lalu kembali menatap temannya,

“Aku rasa aku akan lembur malam ini. Aku mempunyai kuliah besok pagi, jadi tidak akan sempat aku selesaikan jika hanya besok.”

Bora lalu menggelengkan pelan kepalanya, dalam hati dia benar-benar kagum akan sosok gadis muda ini. bagaimanapun, dia juga masih menomor satukan pendidikannya. Dia juga heran bagaimana bisa seseorang yang begitu muda bisa menanggung banyak tanggung jawab seperti pekerjaannya. Apa lagi, dia tidak pernah setengah-setengah ketika mengerjakan sesuatu.

Dia juga mengagumi bagaimana gadis ini akan selalu menunjukan sisi semangatnya di awal hari. Bora juga mempelajari bahwa Tiffany adalah pribadi yang ceria juga selalu berpikiran positif. Dia juga seseorang yang akan membuat orang yang ada di sekitarnya menjadi merasa nyaman dengan waktu yang singkat karna semua sifatnya yang menyenangkan.

Tiffany adalah orang yang benar-benar pekerja keras, pikirnya. Aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa menangani semua ini.

“Baiklah, kalau begitu aku akan pulang duluan.”Bora melemparkan senyumnya pada gadis muda itu, lalu dib alas oleh lambaian tangan juga senyum yang indah.

“Oh. Berhati-hatilah di jalan,”
“Tentu.”

“Hwaiting, Tiffany!”

Gadis itu tertawa lembut, “Hwaiting!”

Tiffany lalu kembali menaruh penglihatannya pada layar datar yang ada di hadapannya. Dia sempat terdiam ketika pandangannyanya jatuh pada kotak yang ada di sisi mejanya yang lain. Dia lalu meraihnya dengan satu tangan, memandangi bagaimana cantiknya kotak itu. karena usahanya sendiri untuk mendekornya,

Aku tidak bisa memikirkan cara untuk memberikanmu ini, maafkan aku.

Saengil Chukkae, Taeyeon-ah.

Memang, Tiffany tidak pernah melupakan kapan wanita itu akan merayakan ulang tahunnya. Bahkan selama dua tahun, dirinya akan selalu mengingat setiap tanggalnya. Dan memanjatkan doa untuk orang yang di maksud. Bahkan meniup lilin yang ia nyalakan sendiri, untuk ikut merasakan kebahagiaan orang itu.

Untuk ikut berdoa untuk mimpi-mimpi yang belum terwujud, untuk bisa merasakan kehadirannya di hari spesialnya.

Namun kali ini, walaupun dia dekat dengan sosok itu. Tiffany tau, dia tidak akan pernah bisa lagi untuk merayakan hari kebahagiaan ini bersama. Di mengetahui batas-batasnya, walaupun di dalam hati dia sangat ingin, bisa mengucapkan semua doa dan ucapan selamatnya pada orang itu. dia ingin sekali Taeyeon tau bahwa dirinya tidak pernah melupakan hal ini. dia selalu berharap yang terbaik untuknya, terutama dalam hal kebahagiaan. Dia ingin figure itu tau, bahwa setiap doanya benar-benar tulus, dan dia menginginkan Taeyeon selalu di selimuti oleh memori indah juga kebahagiaan yang tak akan ada habisnya.

Setelah dia kembali mengungkapkan doanya di dalam hati, lalu memejamkan matanya sebentar untuk itu. Tiffany kembali meletakan kotak itu yang ia tau, tidak akan pernah sampai di tangan wanita yang lebih tua.

Hatinya terasa sangat bersyukur sekarang, tetapi juga sakit di saat yang bersamaan. Tergambar sudah di benaknya jika wanita itu sedang merayakan hari ulang tahun bersama kekasihnya. Mungkin saja mereka sedang makan malam di restaurant berbintang yang di hiasi oleh lilin-lilin yang indah. Juga malam yang penuh dengan rasa hikmat dan tawa kebahagiaan.

Memikirkannya, membuat Tiffany bisa merasakan luka yang semakin luas di dalam hatinya. Dia merasa buruk karena tidak mampu memberikan kebahagiaan yang berarti bagi orang itu dahulu, saat Taeyeon masih menjadi miliknya. Melainkan hanya beban yang terus ia tawarkan untuk malaikat itu.

Namun, suara kebisingan yang berasal dari hak seseorang di luar membuat Tiffany tersadar dari lamunanya. Karna penasaran, gadis itu memutuskan untuk bangkit dari duduknya. Dia bertanya-tanya siapa yang masih ada disini, malam malam begini. Selain penjaga keamaan yang ada. Dia menyusuri lorong kantornya yang gelap,

Namun betapa terkejutnya dia ketika mendapati seseorang tengah terdiam. Menunggu pintu lift untuk terbuka,

Walaupun ia hanya bisa melihat punggungnya, dari postur tubuh juga rambutnya. Dia bisa mengetahui siapa itu sebenarnya.

Seseorang yang baru saja melintasi pikirannya, dan ini adalah hari spesial bagi orang itu.

Taeyeon.

Bukan karena Tiffany terkejut akan sosok itu yang kini masih berdiri disana. Tetapi dia bertanya-tanya kenapa orang itu disini, dan bukannya pergi untuk merayakan hari kelahirannya. Padahal, sudah banyak sekali bayangan yang sudah tergambar di benark Tiffany.

Di satu sisi, dia merasa lega karena mengetahui bahwa Taeyeon tidak menghabisi malam ulang tahunnya bersama sang kekasih. Tiffany merasa buruk karena bersyukur atas hal itu,

“Manajer?”Tiffany sebenarnya agak ragu untuk memanggil figure itu, namun dirasanya sungguh tak sopan jika dia kembali tanpa harus menyapa sang atasan.

Wanita itu lalu berbalik, dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi sedikit terkejutnya karena mendapati Tiffany yang kini berdiri tepat di belakangnya,

“Apa yang kau lakukan disini?”Tanya Tiffany setelah tidak mendapatkan jawaban,

Wanita itu sempat tertegun sebentar, lalu berusaha melihat kearah lain, daripada harus memandang wajah Tiffany sekarang.

“Ehem.”

“Aku akan melanjutkan pekerjaanku,”

Balasan yang sungguh singkat itu membuat Tiffany merasa sangat tidak nyaman, dan berpikir bahwa ide untuk menyapanya adalah ide yang salah.

“Baiklah, selamat bekerja, Manajer.”Baru saja dia ingin berbalik, namun suara itu sudah lebih dulu menyapanya lagi.

“Lalu apa yang kau lakukan disini? Bukannya kembali ke rumah?”

Tiffany kembali berbalik untuk menemukan Taeyeon yang kini mau menatap wajahnya,

“Aku harus menyelesaikan pekerjaanku malam ini, Manajer. Aku tidak akan bisa menyelesaikannya besok, karena aku masih mempunyai kelas pagi.”

Taeyeon hanya mengangguk pelan atas jawaban itu,

“Baiklah.”Lalu pintu lift terbuka dan wanita itu langsung melangkah masuk,

Saat itu juga, sembari menunggu pintu kembali tertutup. Keduanya mengadu pandangan mereka. Tenggelam akan atomosfir yang kini berjalan di sekitar mereka, keduanya tau. Itu adalah tatapan yang penuh dengan sejuta arti, yang hanya mereka bedua lah yang mengetahuinya.

Lalu Tiffany tersenyum pada mantan kekasihnya itu.

tepat sebelum pintu tertutup,

Saengil Chukkae, Taeyeon-ah..”Lalu pintu lift akhirnya kembali menyatu dan meninggalkan Taeyeon yang terdiam dengan ekspresi terkejutnya. Bahkan ketika lift mulai bergerak ke atas, dia masih tersesat di dalam diamnya.

Dia yakin pendengarannya masih berfungsi dengan baik, dan dia dengan jelas mendengar bahwa gadis itu memberinya selamat akan hari ulang tahunnya.

Dia benar-benar tidak menyangka bahwa gadis itu masih mengingatnya.  Taeyeon bisa merasakan kehangatan  yang seketika mengelilingi ruang hatinya yang dingin.

Dia menarik sudut bibirnya untuk tersenyum,

Gomawo Fany-ah..

 


Tiffany masih dengan baju casualnya. Dengan parka hitam, scarf, celana jeans hitam dengan sepatu sneakersnya berlari dengan gerakan cepat memasuki gedung kantornya. Dia sungguh terlambar untuk mengantarkan beberapa barang kebutuhan para seniornya. Bahkan dirinya tidak sempat untuk mengganti baju yang lebih sopan karena dia baru saja tiba dari kuliahnya,

Mempunyai dua kewajiban yang waktunya bersamaan memang sangat melelahkan.

Tiffany masih melangkahkan kakinya lebar sembari memeluk kotak  besar berisikan macam-macam barang yang di perlukan orang-orang yang merupakan senior menyebalkan baginya. Walaupun dia merasa sangat malu karena kostumnya yang merebut perhatian orang-orang yang berlalu, dia juga bersyukur karena sepatu juga pakaiannya mampu membuatnya leluasa bergerak dan mengangkat kotak ini dengan nyaman.

Saat ia tiba di depan pintu lift, Tiffany lalu mengentikan langkahnya dengan nafas yang memburu. Menunggu pintu untuk terbuka, Tiffany berusaha mengatur saluran pernapasannya agar kembali normal. Dia bisa merasakan sesak yang sedikit sakit, sekarang.

Namun, ketika pintu kembali terbuka, dan kotaknya di turunkan agar bisa melihat siapa yang ada di dalam. Tiffany membulatkan matanya untuk sebentar, mengetahui siapa itu.

Aish! Kenapa di waktu seperti ini!

Eottokhae!?

Dia sempat memukul pelan kepalanya dengan satu tangannya sembari mengutuk dirinya sendiri. seharusnya dia tidak memakai lift yang ini. atau mungkin dia bisa datang sedikit terlambat untuk tidak berhadapan dengan atasan sekaligus mantan kekasihnya ini.

Sementara wanita yang lebih tua itu hanya terdiam menatapnya, lagi-lagi Tiffany sungguh tak berani membalas sorotan itu. dengan berat hati, dia memajukan langkahnya untuk masuk. Dia merasakan beban kotak ini semakin berat ketika dia berada tepat di samping Taeyeon sekarang.

Dia bisa dengan jela smengetahui laju degupan jantungnya yang kini berdendang sangat cepat. Dengan pintu lift tertutup, sama sekali tidak membuat suasana menjadi lebih baik. Lebih buruk, mereka kini hanya berdua di dalam lift yang akan naik dalam waktu yang lumayan lama ini.

Walaupun darahnya seperti berhenti berdesir, Tiffany hanya  tidak bisa menghentikan keringatnya untuk jatuh saat ini.

Yah. Kapan kita akan sampai. Ini benar-benar membunuhku.

Keduanya hanya terdiam tak berkata apapun.

Taeyeon yang juga mematung hanya memperhatikan pintu di depannya agar cepat terbuka, namun dia tidak sengaja membuang pandangannya pada kotak yang kelihatan berat yang sedang berada dalam pelukan Tiffany. dari pandanganya, dia bisa langsung mengetahui ini, gadis ini pasti sedang mengantarkan barang-barang keperluan seniornya di bagian divisinya.

Dia merasa begitu kasihan, ketika melihat keringan di wajah Tiffany mulai berjatuhan. Apa lagi lengannya yang terlihat berusaha sangat keras untuk menahan beban yang ada. Dia sangat ingin membantu gadis ini, namun ada suatu rasa kecil di hatinya yang tak memperbolehkan itu.

Jadi Taeyeon kembali mengedarkan pandangannya. Lalu jatuh pada satu titik yang ada di bawah wanita itu,

Tali sepatu sneakers yang di pakainya terlepas. Tanpa berpikir lagi, Taeyeon lalu melangkah berdiri di depan mantan kekasihnya, membuat gadis itu sekali lagi membelalakan matanya ketika Taeyeon mulai berjongkok di depannya dan mulai mengikat tali sepatunya,.

Dan itu berhasil membuat Tiffany ingin pingsan saja rasanya ketika menyaksikan bagaimana gentle dan tenang wanita itu ketika mengikat tali sepatunya. Ingin rasanya dia menolak ini, karena posisi mereka yang sangat tidak memungkinkan. Namun apa daya, ketika lidahnya  yang selalu kelu dan kehabisan kata-kata ketika berhadapan dengan wanita ini seorang.

“Kau tau sewaktu-waktu kau bisa saja terjatuh jika seperti ini, kan?”Kata wanita itu sembari masih sibuk dengan kegiatannya,

“Aku hanya tidak ingin itu terjadi, dan merusak semua barang yang di perlukan ini.”Intonasinya terdengar sangat mengintimidasi, tetapi Tiffany hanya tidak bisa membuka bibirnya  untuk berbicara.

Dia merasa begitu senang juga bahagia di saat bersamaan, namun dia juga merasa sedikit kesal karena nada bicara yang di berikan padanya.

Saat Taeyeon kembali berdiri, dia kembali menatap gadis yang ada di hadapannya dan bergeleng pelan sembari berdecak,

Ckckck. Kau memang ceroboh.”Lalu pintu lift terbuka dan dia langsung berbalik dan mengambil langkah keluar.

Meninggalkan Tiffany yang terdiam namun menarik sudut bibirnya untuk tersenyum lebar,

Dia tidak masalah untuk mendapatkan kata-kata cuek itu, namun dia begitu merasakan hatinya yang berbunga-bunga sekarang.

Dia mendapatkan sorotan itu lagi, yang lebih baiknya. Dia mendapatkan kata-kata yang cuek namun penuh dengan arti kekhawatiran itu.


Yah! Tiffany! Sadarlah! Dia itu sudah mempunyai orang lain, kau tidak bisa seperti ini..”

Arra! Aku hanya memberi tahumu.. jangan buat aku mengingat itu lagi.”

“Aku hanya mengatakan kebenaran! Kau tidak boleh menaruh harapan yang jelas-jelas sudah musnah lama, Tiffany..’”

“Aku mengerti, Jess.. aku hanya sedikit senang mengetahui dia masih mempunyai rasa perhtatian atau aku menyebutnya khawatir dalam konteks yang berbeda. Maksudku, hanya antara atasan dan bawahan.”

“itu bagus, jika kau masih mengetahui batas-batasmu.”


Tidak ada hal yang lebih menyebalkan di bandingkan seorang Direktur yang seenaknya saja mengatur jadwal dadakan, bahkan di tengah-tengah waktu istirahat makan siang seperti ini.

Tiffany bahkan baru saja memasukkan sesuap daging asap, ketika dia mendengar pengumuman dan harus terpaksa menangkat kembali bokongnya untuk menghadiri rapat dadakan itu.

Dan sekarang disinilah dia, duduk di salah satu kursi yang ada sembari terus mendengarkan baik-baik apa yang atasannya sedang bicarakan. Dia memang sangat mahir memakai topeng, walaupun paras wajahnya kini terlihat tenang, padahal di dalam hatinya sedang mengadakan konser ketika  mengetahui Taeyeon kini tidak berada jauh dari tempatnya duduk.

Dia akan sesekali mencuri pandangannya akan wanita itu sembari tersenyum geli. Dia merasa sangat buruk karena ini, karena dirinya yang tampaknya tidak pernah merasa cukup akan sosok itu.

“Nah, business trip kali ini, perusahaan akan Jeju untuk destinasi selanjutnya.”

“Jelaskan apa yang terjadi di acara tersebut dengan detail atau jangan lupakan tujuan kalian untuk pergi kesana..”

“Yang terpilih akan menjalni berbagai rangkaian acara untuk menghadiri pertemuan, pameran, hingga pesta lainnya yang di adakan oleh perusahan-perusahaan lain yang bekerja sama dalam bidang perdagangan dengan kita.”

“Misalnya, jika kalian pergi ke sebuah pameran dagang dan tidak mampu memenuhi setiap klien baru yang menjanjikan, kalian mungkin telah dipadatkan hubungan dengan pelanggan lama dan belajar informasi baru tentang pesaing, yang dapat menyebabkan bisnis lebih cemerlang atau menghasilkan ide-ide produk yang lebih baik”

“Berikan contoh-contoh spesifik dari peristiwa yang relevan dengan tujuan agar kalian dapat memprediksi hal-hal apa yang mungkin menguntungkan bagi perusahan. membahas berbagai  keuntungan yang akan membantu perusahaan – misalnya dengan mengurangi kebutuhan perusahaan untuk menyewa vendor luar sekarang, tunjukan bahwa kalian memiliki keterampilan ini.”

Tiffany mulai merasakan bosan yang seketika melandanya, apalagi rasa kantuknya yang semakin terasa kini. Dia bahkan sudah menutup mulutnya beberapa kali untuk menyembunyikan ekspresinya ketika menguap.

Namun, dengan kembali memperhatikan Taeyeon yang kini tengah serius mendengarkan, Tiffany merasa waktu yang berjalan di sekitarnya melambat begitu saja. Dia mengistirahatkan dagunya di telapak tangan yang ia sandarkan pada meja, tanpa menarik pandangannya dari wanita itu.

Dia selalu mengagumi bagaimana sempurna garis wajah itu ketika di dapatinya dari sisi lain,

“Akhir kata, saya akan memilih dua orang pekerja untuk tahun ini.”

“Yang pertama, General Manajer dari divisi marketing, Kim Taeyeon.”

Saat orang-orang bersorak dan bertepuk tangan, Tiffany masih tersesat akan sosok itu, tidak menyadari bahwa kini adalah bagian akhir dari rapat ini. Atau bisa disebut, pengumuman siapa yang akan di berangkatkan tahun ini untuk bekerja sama,

“Selanjutnya, adalah pegawai magang, yang sudahcukup  menunjukkan kemampuannya dalam bidang ini. Hwang Tiffany.”

Mendengar namanya, lamunannya seketika buyar. Tiffany segera berpaling menatap kembali Direkturnya dengan tatapan tidak percaya.

Lalu dia menoleh kearah sebelumnya dia terpaku,

Kedua bola mata mereka kembali bertemu untuk menatap satu sama lain. Dengan tatapan terkejut yang sangat tidak bisa tergambarkan. Jika ini adalah cobaan lagi baginya, Tiffany meminta pada surga untuk segera menarik keputusannya.

Karena dia tidak tau bagaimana kelanjutan hidupnya, jika harus berdua saja dengan sosok itu. untuk waktu yang lumayan lama. Faktanya, perjalanan bisnis yang ada mungkin akan menjadi berantakan jika figure itulah yang akan selalu di sampingnya siang dan malam.

Ini benar-benar bukan ide yang bagus baginya…

 


 

Nah jadi… ya kira kira beneran dua chapter lagi deh biar pas.😔

aku ga mau ngasih jarak waktu yang lama sama post-an terakhir makanya agak pendek dari biasanya, dan chapter berakibatkan jadi makin panjang wkwk.😋😂

kalo ada typo ya tolong di maklumin ya hihi.

jangan lupa komen yaa kasih saran dan kasih tau kesan2 kalian pas baca heheee.

❤️❤️❤️

96 thoughts on “COMPLETE CHAPTER THREE BY JAZZATTA

  1. gomawo thor update nya lbh cpt..
    mau jaga jarak kyk gmn jg ttp aja jodoh gak akan kmn hehehe…
    seneng lht pany mkin dewasa.. next chap kyk nya clbk nih.. lanjutt thor bkn moment taeny so sweetan gt deh.. ^_^

    Like

  2. taeny mau destinasi ke jeju … berduaan lg …
    ciyeeeee ….😁😁

    part tiga ini bikin senyum2 sendiri waktu ada taeny moment … walupun moment nya cuman sebentar2 … tapi udah bisa bikin LS akut kaya aku senyum2 gaje … haha 😂

    Like

  3. Hahaha… ada scene DOTS and TaeNy version tentunya…
    Sempet nyesek pas bagian taeny ngomong 4 mata, sedikit thor sedikit mata gua hampir mau keluar air mata… T^T
    Hahhh.. taeny memang bisa bikin gua baper :v
    Nah lohhhh….
    bakal berduaan lu pada :v semoga kabar baik bwt Taeny dan reader ^^
    Hwaiting….

    Like

  4. Thor bikin makin drama dong misalkan kasih pihak ke-3 buat taeyeon biar tiffany bener2 nyadar bgt klo ud mutusin taeyeon.

    Like

  5. hy thor! gw nepatin janji kan? 😀 betewe makin kesini ceritanya makin seru aja nih..and thor bikin happy ending y buat taeny thor soalnya rada kagak rela kalo sad ending :’v and makasih thor karena updatenya cepet (y) authornim hwaiting!!!

    Like

  6. Mudahmurah pas di jeju hubungan taeng sama fany membaik terus bisa celebek lagi deh haha
    ditunggu next chap nya thor.. fighthing

    Like

  7. Mau nolak beberapa kali jga, kalo uddh jodoh mh pasti selalu d pertmukan meskipun dgn cara yg unik sekalipun 😁😁
    Gue senyam senyum gila.. pas bca scene si Fany di benerin tali sepatu nya ama Tae 😍😍
    Okeh. Thanks thor buat update nya
    Semangat terus ^_^

    Like

  8. Owh..captain kim benerin tali sepatu fany, biar kecil tp sweet taeny mah yah

    Btw thanks thor updatenya soalnya msh nunggu update cerita lainnya…hehehehe

    Like

  9. Nguhuhu sebagai readers yg baik gue seneng lanjutannya cepet gini :’v isinya juga gangejleb,awal sih lumayan ngejleb pas makin bawah etcie cie :’V pokoknya gue suka bgt lah:’V tatang ama mimi mau trip ber 2 an etcie cie , semoga beni”cinta si tatang kembali lagi wkwkwk #ditunggukelanjutannya

    Like

  10. ^^cinta pertama memang sulit di lupakan .. Minat saya di part ini ternyata di publish jg kira hanya khyalan saja ternyata terbit jg kata kata menyakitkan 2 hati tetep memepertahankan ke egoan masing masing ^^ sukses lah thor ngebuat saya bertanya .. Mengapa taeny berakhir Dan dipertemukan kembali disaat yg laen melanjutkan hidupnya untuk hal yg baru?! Cobaan kah buat taeny.. Klo pun jwbnnya sama yg ada dipikiran saya pas di part selanjutnya.. Aq rasa itu nyata sperti kisah saya😄😃 .. Gomawo

    Like

  11. Gue cuma berharap akhir ceritanya happy ending,udah itu aja..
    Klo soal ffnya gk usah ditanya lagi,,selalu dan semakin keren 👍👍 daebakk..

    Like

  12. Hwahhh…
    Makin ribet aja ni hubungan…
    Si tae yg kaya nya udah benar2 berusaha buat nglupain pany….
    Tapi…
    Eh malah di pertemukan ama yg namanya job bersama…
    Berdua lagi…
    Haduh…
    Penasarannnnnnn….
    Lanjutin thor…

    ~FIGHTING~

    Like

  13. ahaha mau seberapa bnyak menghindar jg klw jodoh mah gak bkal kmana 😁 taeny ke jeju mngkin buat bisnis, tpi kita gak bkal tau mreka bkalan sperti apa disana, bisa aja mreka malah kek org honeymoon mngkin😂

    Like

  14. Duhh baper gue pas taeny ngobrol bedua sambil netes2😢😅
    Sama2 sakit tapii…ah sudahlah mungkin takdir punya kata lain😂

    Duh kasihan bingit fany disuruh2 terus sama senior2nya smpe kelelhanan gtuh, dan taeyeon kau takbisa menampik perasaanmu bebehh

    Waahh goodjob
    Mereka akan bussiness trip bareng, ke pulau jeju ahhaiii
    Semoga benih2 cinta menguat yaa wkwk
    Taeny fighting!!

    Like

  15. Taetae jgn dingin gt dong ma Fany
    kasihan Fany gu2p campur aduk gt
    mdh2an next part Taeyeon lbh lunak sikapnya ke Fany

    Like

  16. Asikkk udah update lagi ini ^^,
    Tiffany hebat ya bisa bertahan di tempat kerja yang sama dengan Taeyeon. Kagumnya sama jazzatta tuh bisa bikin orang yang baca jadi ikut masuk kedalam suasana di cerita tersebut, soalnya sulit bikin suatu cerita dengan alur yang detail tentang perasaan masing masing tokoh.
    Tapi pengen lihat dari sudut pandang Taeyeon juga dong, bukan pov tapi hehehe,
    Semoga aja di tripbusiness mereka, mereka bakalan baikan dan jadi temen dan mudah mudahan bisa menimbulkan percik percik cinta lagi hahahha Amin.
    Semangat ya buat lanjutin ff nya Jazzatta 😘. Bye ^^

    Like

  17. Yaampun taeyeon udah melupakan fany, tapi gak percaya siih dia aja msh merhatiin dari jauh hahaha
    Dan fany merasakan apa yg dulu taeyeon rasakan yaa. Kasian juga sih sama fany dapet perlakuan yg beda dari taeyeon 😢

    Like

  18. Kan, bener kan. Pasti ada apa apa di Jeju, mereka jadi berasa kayak nostalgia gitu, tapi tae munafik, gue yakin perasaan nya masih buat fany. Ya pokoknya taeny cepet balik lah 😌

    Like

  19. Ampun tae sebenci itu sama fany sampe ngmng gt,, nyesek tau dengernya masalahnya tae juga gak tau gmn menderitanya fany
    Selalu yahh klo pegawai magang disuruh ini itu wlwpun gak berhubungan sama kerjaan,, kasian ppany,,
    Tae..tae.. Mau nunjukin sedingin apapun diluar tp dlm hati tetep khawatir khan sampe kasih vit,,
    Hahaha senyum2 bahagia denger taeny bakalan dinas ke jeju berdua pula,, semoga terjadi hal2 yg di inginkan 😅😅😅😅

    Like

  20. Aiisshshhhh….ini berita baik…..

    Hahahaha

    Sepinter pinternya taeyeon mengelak….tetep dia gak bisa menolak buat tetep kasih perhatian ke ppany >_<

    Ke jeju berdua ini bakal jadi babak baru…hihihihhi

    Mau nambah berchap chap juga gak papa thooorrrr *emot lope lope

    Like

  21. Wahh thorr, baca pas taeng ma pany di atap gedung bicara tentang mereka trus taeng bilang itu ke pany bikin baper thor 😂😂 rasanya mau nangiss
    Adegan yg bikin terharu yg pas pany bilang sangeil chukke ke taeng pas di lift thor 😊😊
    Kayak nya kisahnya bakal dimulai lagi nih thor gara” trip di jeju 😁😁

    Like

  22. Astaagaaa ketinggalan nih ane wkwkkwwk. Btw makin greget aj yaakk si tae cuek cuek tp dalem hati masih sering khawatir sama si fanny. Omeji adegan tali sepatu 😍😍😍 aahhh sukses yaa attajazz bikin senyum” sendiri dehh 😍😍 okelah ane next chapter yaaww😘😘

    Like

  23. Huhuhu 😭 update”n mu daebak bget complit rasa sakit,rindu,egois masing masing pihak disini,taeny berbicara dgn bertatap muka nya nyesek bget dgn ucapan taeyeon,gue tau taeyeon tu pemakai topeng yg baik dlm kendalikan perasaannya,dia itu cool dan cuek di saat bersamaan,senang bget gue thor,taeny moments di lif tu cute,kata” taeyeon itu tu thor bkn cuek berlebihan tp da rasa khawatir jg di ucapannya yg mengatakan tiffany “ckckck..kau memang ceroboh” _😂 tiffany itu perhatian yg manis 😄
    Dan part akhir” nya pun keren thor,keadaan yg menginginkan beri kesempatan mereka bersama ciyee nihh moments rapat yg keren thor bukan mereka yg inginkan tp takdir berpihak taeny itu bisa bersama,gue harap deh taeny bs mendekatkan diri lagi☺😊 ku bahagia …thanks thor ☺fighting

    Like

  24. Akhhh greget, kejeju berduaan sma mantan tersayang mah bakal khilaf, hahahaa
    Sebenernya 22nya masih saling sayang, cuman keadaannya aja yg masih blom pas buat balikan:3
    Ternyata taeyeon masih perhatian diem2 sma fany, dan fany yg masih inget bahkan doain taeyeon dihari ulangtahun taeyeon, itu hal2 kecil yg sangat manisss.. Diabetes dah nihhh:3

    Like

  25. Kayaknya emang mereka berdua ditakdirkan bersama, ada2 aja kejadian buat mereka bersama lg, hahaha ke jeju nih ceritanya

    Like

  26. Huhuhuh ngeselin banget tuh senior”nya.. 😡
    Se enak jidat banget nyuruh” mommy…
    Tiffany ini, tiffany itu… Belum makan golok kan? Sini aing timpuk… Aishh kesel jg pngen navok 😣😤
    Daddy cuek” perhatian, ini nih yg aing syukak…
    Daddy udh mulai menerima kehdiran mommy lagi, emg y klo cinta. Biarpn udh d skiti ttep aj kasihan ketika melihat mantan yg kt sayangi sdng susah.. Wkwkwk kok aing yg jd baver? #abaikan
    .
    Wuiiihihih daddy dan mommy aing mau ke jeju untk pejalanan bisnis…
    Aing hrap mereka bersatu dsna 😆
    Lalalaa Cintaku bersemi kembali di pulau jeju.. Huhuh so suit kan?? Wkwkwkw

    Like

  27. Fany kmu sungguh luar biasa ,,,,yaa ampun fany akan pergi bersama tae ,takdir memang sungguh sulit ditebak ,mungkin gara” cinta mereka terlalu besar dan tulus,,

    Like

  28. Kata-katanya Taetae begitu tajam.
    Gw yang bacanya saja sakit hati😂
    Gimana perasaannya Fany?
    Karma maybe buat Fany karna sudah nyakitin Tae dimasa lalu.

    Ewwww yang ditugasin ber2🙄

    Like

  29. Udahhh dechhh thorrr manuttt kamuhh ajahhh…
    Udah mendingan koqq…
    G berat2 amat langkah quhh…

    Wkwkwkwk…
    Apa se…?? 😅😅🤣🤣🤭

    Like

Ayo kasih komentar!