You, Again. CHAPTER ELEVEN BY JAZZ.

“Oh ya, Sunbae-nim. Aku dengar ada murid pindahan dari Australia di kelasmu.”Kata Lisa pada seniornya yang kini terlihat sedang menyuapi kekasihnya makan siang.
Sementara Taeyeon tidak mengalihkan perhatiannya dari buku pelajarannya. Sembari membiarkan Tiffany melakukan kebiasaanya yang ia suka. Sebenarnya ia mendengar apa yang baru di katakan barusan. Tetapi, dia lebih memilih untuk tidak ikut membicarakan itu.

“Ya. Mana dia…”Jawab Tiffany sembari mengedarkan pandangannya.

“Itu dia.”Sambar Sooyoung sembari menyeruput minumnya. Tiffany mengikuti arah pandangan sahabatnya.

“Oh ya, itu dia bersama Wendy. Kan?”

“Ah dia… ternyata cantik seperti yang orang-orang katakan.”Komentar Jisoo setelah melihat sendiri paras gadis itu.

“Aku penasaran, jika dia bisa ikut masuk ke dalam team kita.”Sambar Jennie dengan nadanya yang semangat.

“UHUK!!!”Dengan itu, justru membuat Taeyeon tersedak makanannya sendiri. Tiffany dengan tanggap menyerahkannya air mineral.

“PTae…”Katanya sembari menepuk kecil punggung kekasihnya.

“Aku rasa, team kalian sudah sempurna dengan formasi ini. Lebih baik untuk tidak membuka audisi untuk sementara.”

“Ah… begitukah? Alright, baby…”Jawab Tiffany lalu mengecup satu pipi kekasihnya.


 

“Ketua cheerleaders. Huh, Taeyeon?”
Gadis berambut hitam yang tengah membaca buku di perpustakaan ini lalu menoleh. Menemukan Irene yang kini tersenyum hangat padanya. Dia lalu duduk di salah satu bangku yang tak jauh darinya.

Taeyeon sempat terdiam. Ia bingung harus merespon apa. Ini sangat bukan dirinya. Irene memang pernah menjadi salah satu hal yang pernah ia miliki sebelumnya. Itulah alasan di balik ketegangannya sekarang.

“Pesonamu masih berperanguh sangat banyak untuk orang-orang, kan? Aku dengar, dia benar benar jatuh cinta untukmu.”

“Irene-ah, apa maksudmu?”Kini Taeyeon menjawabnya sembari menutup lembaran buku tebal itu.

“Kau tau? Ini benar-benar tidak adil. Aku selalu menunggumu, tetapi pada akhirnya kau bahkan bukan milikku, Taeyeon-ah.”

Taeyeon mulai mengerti arah pembicaraan mantan kekasihnya. Namun tidak bisa di pungkiri bahwa perkataan itu mampu membuatmya merasakan sesuatu yang mengganggu di dalam rongga dadanya.

“Hentikan itu, Irene-ah.”
Gadis itu justru bangkit dari duduknya. Dia mulai berjalan ke arah Taeyeon. Dia terus saja memojokkan gadis itu hingga punggungnya mulai menyentuh rak buku yang ada di sudut ruangan ini. Wajah mereka begitu dekat, Irene masih bisa merasakan kupu-kupiu itu di perutnya setiap kali dia menatap dua bola mata coklat madu yang memabukkan ini.

Taeyeon tidak lebih baik, ini aneh karena dia merasakan jantungnya yang berpacu sangat cepat dari biasanya. Dia tidak seharusnya merasakan ini. Taeyeon tidak pernah tau, jika kembalinya Irene masih mempunyai effect yang luar biasa baginya.

Wajah mereka begitu dekat, hingga Irene bisa merasakan nafas Taeyeon yang tersengal. Tetapi ia tau, ia pasti telah membuat gadis yang ada di depannya merasa tidak nyaman.
Jadi dia mulai menjauhkan lagi wajahnya.

“Sial, ini benar-benar membuatku marah mengetahui bahwa kau sekarang milik orang lain.”

img_0012

“Irene-ah…”

“Can i hug you?”Tanya gadis itu tiba-tiba. Dan lagi, Taeyeon sendiri bingung dengan jawaban apa yang harus di berikannya. Dia hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya membiarkan gadis di depannya memeluknya erat. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk lehernya, “Aku harap, aku bisa menghentikan waktu, Taeyeon.”

“Lagipula, tidak ada yang bisa aku lakukan. Kau sudah si pacar ketua cheerleaders.”Kata Irene lalu terkekeh pelan, memperlihatkan senyuman manisnya pada Taeyeon. Dan gadis itu tak pernah menghitung berapa kali ia telah jatuh untuk senyum itu.

“Jika saja aku datang lebih cepat.”Tambahnya lagi.

“Berhenti berkata seperti itu, Irene-ah. Kau masih memiliki aku sebagai sahabatmu.”
Dia tertawa renyah, “Sahabat tak akan pernah cukup bagiku, Taeyeon.”

Lagi-lagi jawabannya kali ini mampu membuat Taeyeon kembali terdiam.
Kini mereka berdua tengah berada di atap sekolah. Tempat biasa dimana Taeyeon dan Tiffany menghabiskan waktu mereka berdua.

Taeyeon baru saja ingin membalas pernyataan Irene sebelum telfon genggamnya berdering.

“Aku sedang berada di atap, Tiffany.”

“Tidak. Kau tidak perlu kesini. Aku yang akan menyusulmu.”

“Tentu. I’ll see you in a bit. Okay?”

“I love you, too.”Taeyeon bisa menyadari pandangan Irene yang kini tengah memperhatikannya seraya dia berbicara pada kekasihnya di seberang sana.

“Panggilan darurat, Huh?”Nada Irene kini agak menggodanya.

Taeyeon hanya bisa terdiam sembari tersenyum tipis. “Bagaimana dia?”

Taeyeon manautkan satu alisnya heran, “Tiffany. Seperti apa dia?”

“Ayolah, kau bisa ceritakan ini padaku. Ini tidak akan lama, aku janji.”Tambahnya lagi sembari menepuk tempat duduk di sampingnya. Mengisyaratkan Taeyeon untuk duduk bersamanya.

“Dia sangat manja.”Jawab Taeyeon cepat, “Namun mempunyai sifat yang mengagumkan. Dia tidak seperti yang orang lain bicarakan, Irene-ah.”

“Benarkah? Aku mendengar banyak tentangnya.”

“Percayalah, dia seseorang yang bisa kau jadikan sahabatmu.”
Dengan itu, Irene terkekeh pelan. “Aku tidak bisa berteman dengan kekasih orang yang masih sangat ku cintai.”

Taeyeon yang merasakan atmosfir mulai menghangat tadi. Kembali bisa merasakan dinginnya udara tepat setelah Irene mengatakan itu.

“Sebaiknya aku cepat pergi.”Kata Taeyeon yang kini tak mau lagi mendengar perkataan semacam itu dari mantan kekasihnya. Dia hanya tidak bisa mengontrol perasaanya tiap kali Irene menyatakan perasaanya secara bluntly.

“Tentu. Dia pasti menunggumu.”Taeyeon hanya tersenyum, “Taeyeon!”

Dia menoleh, “Can i get your phone number?”

“Of course.”


 

“Kenapa lama sekali?”Tanya Tiffany pada kekasihnya yang kini berjalan ke arahnya.

“Maaf…”Balas Taeyeon lalu mengecup sekilas kening gadis itu.

“Kau sedang ambil break?”Tiffany hanya mengangguk sembari menengguk air mineralnya. Taeyeon lalu tersenyum dan menghapus titik keringat yang berjatuhan di paparan wajah kekasihnya.

Tiffany membalas senyumnya, dia lalu mengecup bibir Taeyeon cepat.

“Yah. Kau sedang berkeringat!”Komentar Taeyeon, lalu kekasihnya malah tertawa. Dia berencana untuk mengerjai kekasihnya lebih lagi dengan menjatuhkan kecupannya berulang-ulang di bibir Taeyeon. Membuat gadis itu kewalahan untuk menahan kekasihnya dengan mendorongnya.

“Yah!!!”

“Hahaha.”Tawa mereka berdua kini terdengar di hamparan lapangan yang luas.

“Apa kau bersama seseorang di atap tadi?”

Taeyeon terkekeh, “Memangnya siapa yang mau kesana selain kita?”

“Entahlah. Tetapi, aku sempat melihat seseorang kemarin sebelum aku mengambil pot tanamanku.”

“Siapa?”

“Dia membelakangiku. Aku tidak bisa melihat wajah gadis itu.”

“Benarkah? Kalau begitu kita harus mencari tempat untuk berdua yang lain, kan?”Jawab Taeyeon sembari tertawa renyah. Padahal, dalam hatinya dia berdoa jika Tiffany benar-benar tidak melihat wajah gadis itu. Karena ia tau, itu pasti adalah Irene.

“Sneaky, Kim…”Balas Tiffany sembari memeluk kekasihnya dan menghujani gadis itu dengan kecupannya di bahu hingga leher dan dagunya. Sementara Taeyeon hanya terdiam sembari membiarkan kekasihnya menjahilinya. Dia merasa seperti pengecut sekarang karna tidak bisa mengatakan apapun mengenai Irene.

“You always smells so good.”Komentar Tiffany lalu menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang kekasih.

“Hmm.”Taeyeon hanya berdeham. “Thanks.”

“Sebaiknya kita kedalam, udara disini cukup dingin. Kau sedang memakai baju yang tipis.”Ajak Taeyeon sembari bangkit dari duduknya dan menarik satu tangan kekasihnya.

“Okay.”Balas Tiffany. Namun dirinya sempat mengedarkan pandangannya sebentar. Dia memincingkan matanya ketika mendapatkan seorang gadis berambut hitam kecoklatan di bangku bagian penonton sedang berdiri memperhatikan mereka.

Tiffany jelas mengenali sosok itu, karena dia merupakan gadis pindahan Australia yang kini ada di kelasnya. Namun dia memilih untuk mengabaikan tatapan gadis itu dan mengikuti arah Taeyeon menariknya.

Ada yang dia lakukan disana?

Apa dia memperhatikan kita sejak tadi?


 

“Sebelum penemuan tentang atom Medeleev, seorang ahli kimia dari Rusia. Pada tahun 1896 telah berhasil menyusun data unsur-unsur yang boleh di katakan sama dengan tabel periodik unsur Modern. Namun demikian, Medeelev tak berhasil menjelaskan sifat-sifat untuk tersebut. Jadi, setelah pengetahuan tentang struktur atom selesai. Kita dapat menjelaskannya.”

Tiffany tidak repot-repot untuk sekedar mendengarkan penjelasan gurunya.

Dia bahkan kini tengah menguap hebat di buatnya. Menghasilkan guru itu kini tengah menaruh perhatian padanya.

“Aku yakin, kau telah mendapatkan waktu tidur yang cukup. Ms. Hwang.”Lalu seisi kelas ini tertawa sembari menoleh kearah Tiffany.

“Darimana kau yakin? Kau bahkan tidak tinggal di kamarku, Mam.”Jawab Tiffany balik sehingga tawa kelas ini lebih keras dari sebelumnya.
Sementara gurunya hanya bisa mengabaikan jawaban murid yang memang terkenal nakal itu.

“Lalu tugas selanjutnya kalian akan kuberikan kelompok. Kerjakanlan bersama di rumah.”

“Membuat tabel periodik unsur.”

“Itu banyak manfaatnya dalam mempelajari sifat-sifat unsur. Pahami hukum-hukum dasar dan penerapannya.”

“Diskusi atau pembahasan sesuai L.K.S 2.”

Tiffany benar-benar muak akan tugas-tugas yang ada. Ini sangat menyita waktunya dan teman-temannya untuk berlatih. Padahal kompetisi cheerleaders nasional tinggal sebentar lagi. Tepat setelah acara prom mereka.

“Jessica Jung dengan Choi Sooyoung.”Lalu keduanya tos dengan gembira. Sementara Tiffany hanya memutar kedua bola matanya.

“Joy dengan Wendy.”

“Siwon dengan Donghae.”

“Tiffany Hwang… kau bersama Irene.”

Gadis itu menghembuskan napasnya kasar. Oh, ini bagus. Tugas penting seperti ini justru dia di pasangkan dengan orang asing.

Lalu guru mereka membacakan nama hingga pasangan terakhir.

“Tugas ini di kumpulkan lusa. Jadi usahakan, kalian mulai mengerjakannya pulang nanti.”

“Hei, i’m Tiffany.”Katanya dengan logat amerikanya. Dia mengulurkan tangannya untuk di jabat gadis itu yang masih terduduk.

Irene tersenyum “I’m Irene.”Balasnya lalubangkit dari duduknya.

“Jadi, seperti yang kau tau. Guru yang menyebalkan itu mau kita sekelompok, kan. Aku berpikir, bagaimana kita mengerjakannya di rumah ku saja?”

“Tentu. Kau bisa memberitahuku, dimana alamatmu.”

“Uh… jika kau tak buru-buru. Kita bisa berangkat bersama kerumahku sepulang sekolah nanti.”

“Begitukah?”

“Yeah. Mungkin nanti kekasihku yang akan menyetiri kita nanti.”

Irene sempat terdiam, “Kau tinggal bersama kekasihmu?”

“Oh… bukan begitu. Dia memang sedang tinggal sementara. Tetapi tidak benar-benar pindah. Orangtuanya sedang berlibur.”

Irene hanya mengangguk pelan. Seingatnya, orang tua Taeyeon memang jarang untuk sekedar berada di rumah. Apalagi ibunya yang selalu  ada di luar kota untuk memenuhi panggilan pekerjaan.

Irene sungguh terkejut ketika dia di pasangkan dengan Tiffany. Apa yang akan di katakan Taeyeon nanti? Dia hanya tidakmau membuat mantan kekasihnya merasa tak nyaman. Apalagi, yang lebih membuatnya khawatir. Mereka akan berada dalam mobil yang sama seperti yang Tiffany katakan.

Ia sungguh tidak mempersiapkan dirinya untuk ini. Kehilangan Taeyeon, seperti sesuatu kesedihan yang tak pernah beranjak dari kepalanya. Apalagi, jika menyaksikan orang yang paling di kasihinya bersama orang lain seperti ini.

“Sebentar, biar aku hubungi dia dulu.”

Lalu Tiffany merogoh sakunya untuk memanggil kekasihnya. “Oh, Taeyeon-ah.”

“Tidak, aku hanya ingin bertanya. Apa kita akan pulang bersama, nanti?”

“Ah… baiklah kalau begitu. Tentu. Aku membawa kuncinya yang lain.”

“Tentu, sayang.”

“I love you, too.”

Bahkan mereka akan selalu menyatakan cinta mereka di setiap akhir pembicaraan.

Tiffany tampak seperti gadis yang baik seperti penjelasanmu, Taeyeon-ah.

Aku tidak mengerti tentang apa yang harus aku rasakan untukmu. Bahagia, namun kekecewaaan rasanya telah berhasil untuk menggambarkan perasaanku yang sebenarnya.

“Oh, sepertinya kita tidak akan pulang bersama. Dia sedang berada di In Won, bersama teamnya untuk menghadiri pertemuan ketua osis sedaerah Seoul.”

Lalu Irene tersenyum, “Kau pasti bangga menjadi kekasihnya.”

Kali ini Tiffany terkekeh pelan sembari membalas senyuman Irene dengan hangat. Dan gadis itu kini bisa mengerti bagaimana Taeyeon akan jatuh cinta untuk senyum yang sangat menawan itu. Baginya, Tiffany adalah gadis yang sangat cantik, dan memang berbeda dengan yang orang katakan. Tak heran, jika mantan kekasihnya mudah untuk jatuh hati terhadapnya.

“Uhm, yeah. I’m really proud of her.”

Lalu keduanya memang benar-benar melakukan pekerjaan mereka di rumah Tiffany. Sembari sesekali berbicara tentang kehidupan masing-masing. Tiffany kini mengetahui bahwa gadis yang ada di depannya sekarang baru berada di Australia selama dua tahun, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali.

Dia sempat bertanya apa alasan gadis itu tak menyelesaikan sekolahnya disana. Irene hanya menjawab, bahwa dia ingin menemui seseorang. Tiffany sempat berpikir, bahwa mungkin orang itu benar-benar berarti baginya, sampai rela untuk meninggalkan studinya disana.

Sebelumnya, Irene juga sempat bertemu dengan ibunda Tiffany yang memang tengah bersiap untuk pergi. Merka sempat berkenalan sebelum akhirnya Irene mendengar, bahwa Nyonya Hwang juga menanyakan kemana perginya Taeyeon, dan putrinya lalu menjelaskan. Dia sempat berkata bahwa di bangga pada Taeyeon dengan candaan calon menantunya.

Disitu, Irene sekali lagi bisa mengetahui bahwa Taeyeon telah di akui di keluarga ini. Berbanding terbalik dengan Taeyeon di lingkungan keluarganya. Bahkan ibundanya sendiri tidak menyetujui hubungan mereka dahulu. Ini sangat wajar jika Taeyeon menyukai dirinya yang tiap kali berada di samping Tiffany.

Mereka tengah sibuk mengerjakan hingga larut. Sebelum akhirnya seseorang mengetuk pintu kamar Tiffany.

“Fany-ah?”

Irene mengenali persis. Siapa pemilik suara yang lembut namun dalam itu.

“Oh, masuk saja.”Jawab Tiffany agak mengeraskan suaranya. Lalu pintu terbuka. Irene bisa melihat jelas siapa yang kini mulai memasuki ruangan. Bisa di lihatnya ekspresi sedikit terkejut di wajah Taeyeon saat mendapati dirinya.

Namun, dia terus berjalan untuk menghampiri kekasihnya.

“You’re home!”Tukas Tiffany sembari memeluknya sebentar dan mengecup bibirnya sekilas.

Lagi, Irene bisa merasakan luka itu yang kini terus meluas di hatinya untuk menyaksikan kebersamaan mereka.

“Taeyeon, this is Irene. You knew her, right? Kita di pasangkan di tugas kimia selanjutnya.”

Taeyeon hanya mengangguk pelan.

“Hey, what’s wrong?”Tanya Tiffany setelah melihat ekspresi kekasihnya. Taeyeon hanya menggeleng pelan. Namun, Irene bisa melihat situasi ini. Dia benar-benar tak mau membuat Taeyeon merasa tak nyaman akan kehadirannya sekarang.

“Uh, Tiffany. Ini sudah sangat larut, sebaiknya aku segera kembali.”Sambar Irene sembari mulai mengemas barang-barangnya.

“Oh, okay. Aku akan mengantarmu kebawah.”

“Fany-ah, sebaiknya kau istirahat. Biar aku yang mengantarnya.”Saran Taeyeon sembari menarik satu tangan kekasihnya. Dia mengecup keningnya sebentar,

“Begitukah? Baiklah…”Jawab Tiffany lalu tersenyum.

“Uhm, alright. See you tomorrow, Tiffany.”Pamit Irene pada Tiffany. “See you.”
Sebelum akhirnya kekasih juga teman sekelasnya itu menghilang di balik pintu.

“Uh, maaf jika aku tak mengabarimu lebih dulu.”Katanya pada Taeyeon yang kini berdiri di ambang pintu.

“It’s alright. Aku hanya sedikit terkejut,”Balas Taeyeon singkat, Irene lalu tersenyum.

“Tiffany is a good person.”Puji Irene, “Yes, she is.”

“Ini sudah sangat larut, apa mungkin kau mau ku antar?”Tanya Taeyeon penuh dengan nada khawatir, membuat Irene merasa bersalah jika ia masih bisa merasakan kupu-kupu yang berterbangan.

You’re still the same Taeyeon that i knew. You’re calm and gentle. Im so sorry, Tiffany. That i still have a feelings for her.

“It’s okay. Aku bisa memanggil taksi.”Jawab Irene meyakinkan Taeyeon.

“Really? I’m worry about your safety.”

Just stop it, Taeyeon… i can’t stand my feelings.

“Yes. Don’t worry much, okay?”Sekali lagi Irene berusaha meyakinkan mantan kekasihnya itu.

“Okay, if you say so.”

Ini benar-benar membuat Irene terkejut, ketika Taeyeon menarik tubuhnya untuk di dekap. Sungguh, ia bisa merasakan jantungnya yang kini seperti ingin hilanh dari tempatnya. Dia bisa mencium aroma Taeyeon yang tak pernah berubah. Selalu menenangkan. Ia bahkan kini bisa merasakan Taeyeon yang mengeratkan pelukannya.

“Please, be home safely.”

Irene lalu kembali tersenyum tipis mendengar kata-kata itu.

“Will do…”


 

“Tiff?”

“Oh, Tae… aku baru saja ingin mengambil minum.”Balas Tiffany sembari menuruni anak tangga. Taeyeon merasa beruntung, karna Kekasihnya turun di saat yang tepat. Disaat Irene telah kembali.

“Fany-ah, soal kerja kelompokmu. Bisakah kau mengganti pasangan?”

Tiffany tersenyum heran, dia berjalan mendekati kekasihnya.

“Apa maksudnya?”

“Ya, kau. Mengganti pasangan. Bisakah? Pasti masih ada orang lain selain dia yang bisa kau ajak bekerja sama.”

“Taeyeon-ah, ada apa dengan Irene? Kau tidak biasanya seperti ini.”

Ini semua karena aku tidak bisa mengontrol perasaanku jika aku terus bertemu dengannya, Fany-ah...

“Uh, lupakan apa yang barusan ku bilang.”

“Hey, ada apa? Kau bisa katakan padaku.”

“I can’t”Jawab Taeyeon cepat berusaha berbalik, namun Tiffany lebih dulu menahannya.

“Why?”

“I just can’t!”Kata Taeyeon agak meninggikan suaranya membuat Tiffany terkesiap. Ini pertama kalinya Taeyeon menggunakan suara tinggi padanya.

“Kenapa? Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku”

“We used to be together!!!”Kini nada Taeyeon seperti membentak kekasihnya sendidi.
Dan itu mampu membuat Tiffany untuk terdiam seribu bahasa. Selain karna, ini pertama kalinya Taeyeon membentaknya. Dia memang merasakan sakit, tapi ini justru lebih menyakitkan mengetahui bahwa Taeyeon tak pernah berbicara apa-apa padanya tentang Taeyeon.

“What…”

“I’m sorry….”Ucap Taeyeon sembari berusaha meraih wajah kekasihnya untuk meminta maaf atas perkataanya. Namun, Tiffany memundurkan langkahnya lebih dulu. Dia kini bisa merasakan butiran air hangat di kedua pipinya.

“Kita sudah melihatnya untuk beberapa hari. Dan apa? Kau baru mengatakannya sekarang?”Kata Tiffany kini terisak.

“WHAT WERE YOU THINKING, TAEYEON!?”Kini giliran dia yang meninggikan suaranya. Mampu membuat Taeyeon terdiam. Dirinya bahkan tak mampu melihat wajah kekasihnya yang kini sungguh kecewa karnanya.

“Why are you doing this to me, Taeyeon?”

“It hurts…”

“You promised, to open up about everything…”

Taeyeon kini ikut terisak, “I’m so sorry…”

“I can’t believe it.”Lalu Tiffany berlari menaiki anak tangga. Bisa di dengar dengan jelas bahwa dia baru saja membanting pintunya untuk tertutup.

Sementara, Taeyeon menyesali sikapnya barusan. Ia seharusnya bisa jujur pada kekasihya dari awal. Ia harusnya terbuka padanya. Dia sudah berjanji untuk itu, dan dia bahkan mengingkarinya sendiri.

Karna Taeyeon merasa tidak pantas untuk terus berada disini. Dia mulai mengambil langkahnya untuk keluar dari rumah ini. Tujuannya sekarang, hanyalah rumah Bibinya. Ia benar-benar berharap bahwa Bibinya bisa mengizinkannya untuk bermalam disana. Seperti yang ia biasa lakukan dulu, sebelum ia pindah sekolah.

Namun, betapa terkejutnya dia ketika menemukan Irene yang masih menunggu mobilnya di bawah lampu jalan.

“Oh, Taeyeon-ah…”

“Jadi, begitu…”

“Maaf karna telah membuat kalian berdua bertengkar.”

“Ini bukan salahmu, Irene-ah. Kau tak perlu meminta maaf.”Balas Taeyeon pelan, namun

beberapa detik kemudian, dia bisa merasakan satu tangannya yang kini di genggam juga oleh Irene.

“I’m sorry, i’ll leave you two.”

“No, don’t do that.”Kini keduanya hanya saling berlomba menatap.
Taeyeon sangat yakin jika dia benar-benar mencintai kekasihnya. Dia bahkan rela untuk melakukan apapun deminya. Namun, tidak bisa di bohongi bahwa pengawasan tenang yang ada di kedua bola mata milik Irene, dapat membuatnya masih bisa merasakan itu semua. Perasaan lama yang sempat hilang untuk beberapa saat.

Aku tidak seharusnya seperti ini…

Di saat wajahnya mereka berdekatan, Taeyeon mulai bisa merasakan nafas Irene yang tenang. Dia tau, bahwa ini benar-benar salah. Taeyeon tau, bahwa ini sama saja membunuh perasaan cinta Tiffany untuknya. Dia hanya tidak bisa berfikir dengan jernih sekarang. Jika, ia bisa memilih. Ia hanya ingin berada di samping gadis itu yang sangat di cintainya. Yang baru saja ia sakiti karena perkataanya.

Lalu, dia teringat. Semua bayangannya bersama sang kekasih. Bagaimana Tiffany telah berkorban banyak untuknya, bagaiamana gadis itu telah menepati janjinya untuk tak pernah beranjak dari sisinya. Bagaimana Tiffany begitu mencintainya, memberikan segalanya yang ia butuhkan. Ia selalu ada disana, di penghujung harinya yang mungkin tidak berjalan dengan baik. Menyambutnya, seperti membuat semua hal yang salah, menjadi sedikit lebih indah di mata Taeyeon.

Terbayang senyum Tiffany di benaknya, yang selalu mampu untuk membuatnya jatuh cinta di setiap detiknya. Dan dia, baru saja akan membuat semua perjuangan mereka dalam hubungan ini, menjadi sia-sia.

Tidak, sampai Taeyeon kembali menarik wajahnya menjauh. Dia menoleh kearah lain, tanpa berani menatap Irene yang kini tersenyum sedih.
Irene berpikir, bahwa dirinya kini benar-benar bodoh. Dia tidak seharusnya kembali lagi ke hidup Taeyeon dari awal. Dia seharusnya mundur ketika tau bahwa dia telah menjadi milik orang lain. Dia seharusnya tau dimana tempatnya dia berdiri. Taeyeon sangat mencintai Tiffany, dia tidak buta untuk melihat bagaimana kuat tali hubungan mereka. Ia tidak seharusnya merusak itu. Hubungan yang mereka bangun bagaikan bunga yang tak pernah lupa untuk di rawat. Dia hanya tidak bisa menjadi ulat untuk menghancurkannya.

Dan menjadi kupu-kupu indah di balik rusaknya bunga orang lain.

“Aku akan membantumu, Taeyeon-ah. Kalian berdua tidak bisa berlama-lama seperti ini.”


“Oh, Tiffany. Apa semalam Taeyeon tidak pulang?”Putrinya yang baru saja duduk terkesiap,

“Dia tidak kembali!?”

“Loh, Mom kira kau tau dimana dia.”

“Apa dia tidak ada di kamarnya?”

“Tidak. Makanya, Mom fikir dia mungkin sudah pulang kerumahnya.”
Ibundanya justru menemukan mimik khawatir yang ada pada putrinya.

“What is wrong, Baby?”

“Mom, apa kau tau, cinta segitiga yang terburuk?”

“Huh? Apa tang kau bicarakan sekarang….”

“Jika gadis itu ada di hadapanku. Dan aku menyadarinya, aku bisa melawannya. Aku bisa membuat diriku lebih baik darinya dan bersaing secara sehat. Tapi, bagaimana jika orang itu terkunci di memorinya? Bagaimana cara kita bersaing?”

Seakan menjadi ibunda yang sangat mengerti putrinya. Nyonya Hwang langsung mengerti keadaan yang kini di hadapi putrinya.

“Kau tidak bisa menyerah begitu saja untuk seseorang, hanya karena situasi yang tidak mendukung, sayang. Hubungan yang sempurna bukan karena mereka tidak mempunyai masalah. Mereka menjadi sangat kuat, karna satu sama lain peduli dan berusaha untuk tetap mempertahankan hubungan mereka. Apapun yang harus di hadapi.”


 

Tiffany sedaritadi mencoba untuk menghubungi kekasihnya. Walaupun ia selalu di alihkan ke pesan suara. Ia sama sekali belum bertemu Taeyeon hari ini. Dia mencoba untuk mendatangi kelasnya, ruang osis dan beberapa tempat biasa dimana Taeyeon datangi. Tetapi, hasilnya tetap nihil. Ia tidak menemukannya dimanapun.

Tiffany hanya ingin meminta maaf atas perlakuannya semalam. Seharusnya, ia bisa lebih mengerti situasi Taeyeon lebih baik. Seharusnya ia tau, bahaa tidak mudah memang untuk terbuka akan hal semacam itu. Terlebih lagi jika itu sudah mengengai hal cinta pertamamu. Yang kedua, dia menyesalinya karna Taeyeon harus keluar sendiri di larut malam. Dia khawatir akan sosok itu. Tiffany bisa merasakan dirinya yang tenggelam akan bayangan yang mungkin terjadi.

“Yah, Tiffany. Aku dengar Taeyeon tidak masuk hari ini.”

“REALLY!?”Tiffany terkesiap akan pernyataan Jessica barusan.

“Bukankah seharusnya kau tau itu, Sunbae-nim. Mengingat bahwa dia sedang tinggal dirumahmu.”Sambar Lisa sembari menyeruput jus jeruknya.

“Kita… bertengkar kecil semalam. Lalu dia pergi, dan aku tidak bisa menghubunginya.”

“Wow. Daebak! Kalian bisa ribut juga!”Kini Sooyoung bersuara sembari terus menyuapkan daging asap kedalam mulutnya.

“YAH!!”

“Aish, memangnya apa yang kalian ributkan?”Kini Jessica bertanya pada sahabatnya yang terlihat khawatir dan kebingungan.

“Uh, sesuatu…”

“Well, apapun itu. Semoga kalian cepat menyelesaikannya, Sunbae-nim…”Kata Jisoo turun sedih akan pertengakaran kecil pasangan favorite nya itu.

“Thankyou…”

Sebelum akhirnya Tiffany bisa menangkap Irene bersama teman-temannya yang kini tengah bergurau sembari mengantri untuk mengambil makan siang.

“Sica-yah. Lebih cantik mana, aku atau dia?”Tanga Tiffany tiba-tiba sembari menunjuk cepat Irene yang di sudut lain ruangan.

Jessica terkekeh, “Irene? ya dia lah… apa kau tidak lihat, badannya ramping seperti itu?”

“YAH!!!”

“Kau temanku, apa temannya!? Aish, jjinja!”Kata Tiffany sembari bangkit dari duduknya dengan kesal dan meninggalkan temannya yang lain.

“Yah, apa aku mengatakan hal yang salah?”

Selama kelas berlangsung, Tiffany tak hentinya memperhatikan sosok itu yang merupakan cinta pertama dari kekasihnya.

Yah. Dia mempunyai kulit yang sangat bagus.

Di salon mana dia merawat kulitnya? Sial…

Tiffany benar-benar tidak bisa memikirkan apapun sekarang. Dia bahkan langsung berlari untuk keluar gerbang sekolah dan memacu mobilnya begitu cepat kerumah. Walaupun kemungkinan bahwa ia akan bertemu Taeyeon disana sangat minim.

Benar saja, ia tidak bisa menemukan sosokitu dimanapun disudut rumahnya.

Tiffany lalu merogoh sakunya untuk menemukan telfon genggamnya. Dia mencari kontak kekasihnya dan kembali mencoba menghubunginya walaupun hasilnya tetap nihil.

Jadi, dia lebih memilih untuk mengirimi kekasihnya pesan. Entah jika ini akan dibacanya atau tidak nanti.

[Tiffany 15.47pm] Taeyeon? Kau kemana? Apa kau sakit? I miss you. Aku minta maaf atas perlakuanku malam itu. Aku hanya sedikit kecewa. Tapi, aku sudah lebih baik sekarang. Maaf, Taeyeon-ah. Just please, call me back.. im so worried

[Tiffany 15.52pm] Kau menunjukanku hal yang tidak pernah orang lain berhasil tunjukan padaku. Bukan karna aku cantik, bukan karna aku pintar atapun lucu. Bukan dari semua itu. Kau menunjukanku hal yang jauh lebih penting daripada itu. Kau menunjukanku bahwa aku benar-benar berharga, dan layak untuk orang lain cintai. Termasuk kau. Kau yang membuatku disini. Kaulah yang menciptakan ilusi, dimana dunia ini marasa beruntung, karna memilikiku juga. Dan aku tidak tau, jika kedepannya akan ada yang bisa membuatku merasa se spesial itu, persis seperti yang kau kakukan.

[Tiffany 15.54pm] I love you so much, i’m sorry. Maaf untuk meragukanmu, Taeyeon-ah.

Keesokan harinya, Tiffany semakin memantapkan dirinya untuk bertemu Taeyeon. Ia hanya tidak bisa menahannya. Tidak bisa di lungkiri jika dia sekarang benar benar merindukannya. Hanya saja, situasinya kini berbeda. Ia tidak dapat mengetahui kabar gadis itu dari kemarin. Dan itu cukup membuatnya khawatir.

Dan gadis itu yakin, pasti kekasihnya hari ini akan masuk sekolah. Jadi, sedari pagi tadi dia berusaha membuatkan kekasihnya makan siang tidak lupa di bantu oleh ibundanya.

“Oh, Tiff.  Aku melihat Taeyeon tadi sekilas dia melewati perpustakaan.”

Dengan itu, Tiffany semakin yakin dengan tempat yang kini di tujunya. Memang, jika melewati perpustakaan sudah pasti sosok itu akan berada di atap. Tempat dimana mereka sering menghabiskan waktu bersama ketika pelajaran kosong.

Langkahnya begitu yakin, senyumnya begitu mengembang.

Namun, tidak sampai penglihatannya kini menangkap sosok kekasihnya sedang bergurau bersama seseorang yang di kenalnya baru-baru ini. Taeyeon bahkan tak membalas pesannya satu pun.

Bahkan, bisa di lihat jelas bahwa Taeyeon kini tengah menyuapi gadis yang lainnya makanan yang ada di pangkuannya.

Tiffany bahkan bisa menyadari sebucket bunga yang tak jauh dari tempat kekasihnya dan gadis itu duduk. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyaksikan seseorang yang sangat di kasihinya bersama orang lain yang kelihatannya dapat membuatnya lebih bahagia.

Dia merasa kalah sekarang. Benar kata orang, tak ada yang bisa menandingi bagaimana sempurnanya cinta pertana. Tidak dengan dia, sekalipun.

“Taeyeon-ah…”

“Tiffany?”Sosok itu lalu bangkit dari duduknya. Dia bisa melihat butiran hangat itu mulai menjatuhi paras cantik kekasihnya.

“Tiffany, aku–“

“Berhenti, jangan mendekat.”Kata Tiffany lebih dulu, mampu membuat Taeyeon menghentikan langkahnya.

“I love you so much, Tae. But it hurts as hell.”

“Kurasa, ada baiknya jika kita mengakhiri ini.”

“I’m sorry..”

Katanya lalu pergi tanpa mendengar satu patah katapun penjelasan dari kekasihnya.

jazz

jgn nyalah2in teyon. org gue yg bikin alur. bye. hehe

114 thoughts on “You, Again. CHAPTER ELEVEN BY JAZZ.

  1. 😭😭😭 author kenapa nko lakukan itu padaku 😢😢😢 jangan pisah kan taeny tapi aku juga suka sama irene tapi lebih suka taeny ❤❤❤

    Like

  2. hmm beneran dah jadinya pany tau
    ish greget sm tae knp dia ga ngasih tau aja sih. jujur jujur gt
    sampe2 skrg jd ngambek2an ckckckck
    nah lho kepergok pany lg beduaan 😐 gmn tuh ?
    mana pany blg mau putus ckckckckc 😦

    Like

  3. Hhhh komenmu lucu jazz iy y sutradrany kn kmu, q sk d sisi komediny plgi krakter soo yg bkin ngekek, trimksih ff ny sehat bhagia sukses sll 😀

    Like

  4. kamu kemana aja taeng gx pernah bales pesan pany, hatinya pany pasti sakit banget pas melihat sang kekasih dekat ama mantan

    Like

  5. Palingan juga salah paham, plg taeyeon ilang bentar buat nenangin diri, dan pasti punya alesan sendiri yakan, yalah, ribet amat bahasa gw:3
    Dan putus masaa?! Wtf-_-

    Like

  6. Woww woww wowww…
    Baru buka.. udah ketinggalan jauh juga..
    Bahkan ini cerita udah ada final nya..
    Dan kenape disuguhin ama taeny yg break..
    Nonono…
    Lanjut duluuuuuuuuiu

    Like

  7. Ini yang kudu disalahin si Jazz. Karna dia yang bikin alur TaeNy marahan😂
    Putus lagi😭
    Sebel mah sama Taetae. Kagak konsisten.
    Sebel sama Fany, main kabur-kabur saja tanpa penjelasan😂

    Like

Ayo kasih komentar!