Nightlights CHAPTER TWO BY JAZZ


“Oppa.. apa dia akan baik-baik saja?”Tanya Tiffany pada kakak laki-lakinya yang kini  berdiri tak jauh dari tempat tidur itu yang kini terbaring Kim Taeyeon. Siwon bisa mendengar nada khawatir di perkataan adiknya.

“Dia akan baik-baik saja, Fany.”Jawabnya meyakinkan adiknya. Tiffany hanya mengangguk pelan lalu kembali melemparkan pandangannya lagi.

“Ini pasti sungguh menyakitkan baginya.”Ujarnya pelan, Siwon hanya bisa terdiam mendengar itu.

“Dan ini membuatku benar-benar merasa kasihan lebih lagi. Mengetahui bahwa tak ada figur yang berada disampingnya sekarang, Oppa. Bahkan disaat kondisinya yang seperti ini.”Tambah Tiffany lagi tak menarik pandangannya dari sosok itu.

“Aku tau… dia mungkin akan terbangun dengan tidak ada siapapun disini.”

Adiknya menoleh, “Kira-kira, kapan dia akan terbangun?”

“Mungkin ini akan memakan waktu dua hari untuknya pulih dan kembali membuka matanya. Dia mengalami kelelahan dan stres yang berlebih.”

Adiknya terdiam, dia kini memikirkan seuatu yang tadinya sama sekali tak pernah terlintas di benaknya. “Oppa… karena mungkin aku yang telah menolongnya tadi. Aku berpikir untuk berada disini, sebelum dia bangun. Bagiamana menurutmu?”

Siwon hanya bisa menyunggingkan senyumnya ketika mendengar itu dari adiknya. Dia mengangguk pelan namun pasti. “Tentu, Fany-ah..”


Dan memang benar, Tiffany menjaga janjinya pada kakaknya untuk terus berada di ruangan ini. Tepatnya selalu memperhatikan sosok itu yang masih terpejam. Dia sendiri merasa gila kenapa dia bisa melakukan hal semacam ini. Heck, dia bahkan sama sekali tak mengenalnya. Namun, rasanya membayangkan bahwa tak akan ada siapapun di samping gadis ini ketika bangun, mampu membuat semua rasa gengsinya itu runtuh dengan seketika.

Ini sudah hampir tengah malam, dan hujan masih saja turun dengan lebat. Dia bahkan bisa mendengar petir yang sesekali menggelegar.

Dia sudah menitipkan pesan untuk sarah pada kakaknya yang lebih dulu pulang. Bagaimanapun, dia harus bermalam disini sesuatu janjinya tadi.

Gadis itu lalu duduk di bangku yang terletak di salah satu sisi kasur pasien.

Dia terdiam untuk sementara, sebelum memperhatikan sosok ini dengan seksama. Dia bahkan tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari paparan wajah yang halus yang kini terlelap itu. Pahatannya sangat sempurna. Hidung, mata, hingga bibirnya terlihat sangat menawan.

Tiffany lalu berpikir, mungkin si Ji-eun-Ji-eun bodoh itu terlalu buta untuk menyadari malaikan yang ada di depannya.

Aish. Apa yang baru aku katakan tadi?

Tiffany memutuskan untuk tidur di sofa itu malam ini. Dia benar-benar berharap gadis itu akan segera bangun sebelum di mulai menutup kedua kelopak matanya untuk tidur.


Paginya, Tiffany menemukan dirinya yang terbangun sendiri. Di penyanyi masih memejamkan matanya. Dia menghembuskan napasnya pelan, merasakan kepalanya yang sedikit pusing akibat terguyur hujan.

Tapi dia tak membuang waktunya untuk segera membersihkan dirinya dan meminum beberapa pil penurun demamnya. Dia secepatnya kembali ke ruangan si penyanyi yang kini sudah ada dua orang pria berjas dalam pintunya. Tiffany mengatakan pada mereka, bahwa dia adalah temannya.

Betapa ini begitu menghimpit rongga dadanya untuk melihat ruangan yang terasa hampa tanpa kehadiran siapapun. Gadis itu benar-benar membutuhkan seseorang, kenapa tidak ada yang mengunjunginya?

Kemana kerabat atau sahabatnya?

Itu semakin membuatnya bertanya-tanya.

Dia berjalan mendekat ke arah  tempat tidur gadis itu berbaring. Tiffany kembali memperhatikan setiap lekukan wajahnya. Dia harus tersenyum, ketika mendapati paras itu yang kini terlihat sangat, menawan. Karena sinar matahari yang juga ikut menghiasinya.

Dunia ini, mungkin akan terasa lebih sulit ketika kau membuka mata. Tapi, percayalah bahwa tanpa kau sadari, aku dari sekian banyak orang mengharapkanmu bisa menghadapinya.


Tiffany membanting kasar pintu kamar si penyanyi sembari merasakan pandangan yang mulai kabur di pelupuk matanya. Dia berlari dengan cepat. Dia benar-benar merasa bodoh.

“Kau bukan siapa-siapa. Kenapa bertingkah seolah-olah kita sudah mengenal lama?”

“Aku tidak memerlukan rasa kasihanmu.”

“Kau bisa pergi.”


“Malah sebenarnya, dia sudah bermalam untuk menjagamu, Taeyeon.”

“Dia tidak pernah pergi.”

Taeyeon tidak bisa melewatkan yang satu itu pergi dari kepalanya. Kata-kata manajernya terus terngiang dan itu sungguh mengganggunya. Dia mempunyai sesuatu yang menghimpit rongga dadanya untuk beberapa hari ini.

Dalam hatinya, dia sungguh ingin bertemu gadis itu lagi. Mungkin, dia ingin meminta maaf padanya karena telah berlaku kasar. Dialah yang menolong juga menjaganya, setelah semuanya. Seharusnya dia tidak seperti itu.

Dia merasa buruk sekarang, Taeyeon bukanlah orang yang seperti itu. Pikirnya. Dia mungkin sedikit banyak telah melukai gadis itu karena sikapnya kemarin.Dan ini adalah konsekuensi yang harus di tanggungnya, karna dia sama sekali tak bisa menyingkirkan gadis itu dari pikirannya.

Dan lagi, dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika paras itu memang tak pernah mau beranjak dari bayangannya. Dia berkali-kali mengutuk waktu yang memang tak pernah berpihak padanya.

Untuk yang kesekian kalinya, Taeyeon bisa merasakan beban fikirannya yang semakin berat. Dia mendengar semua berita tentang kepergian keluarganya dan kekasihnya. Itu memang cukup membuatnya terpuruk. Dan, bahkan ia tidak bisa merasakan sebagian dari dirinya hidup kembali.

Dia merasa menyedihkan, gila, terluka, dan kecewa. Tetapi, Taeyeon tau, bahwa dia harus tetap melanjutkan hidupnya. Ini akan membutuhkan waktu yang lama dan menyakitkan, tapi dia yakin bahwa dia akan bertahan.

Perjalanan yang sulit, memang terkadang akan membawamu ke tempat tujuan yang indah.

Setidaknya, itu yang ada di pikiran Taeyeon saat ini.

Ia benar-benar marah akan berita yang kini terus di tampilkan di layar kaca. Itu membuatnya kembali mengingat kesedihan yang baginya tak akan ada ujungnya sampai kapapun. ia tau, pasti banyak orang di luar sana yang menertawakannya. Atau bahkan menjadikan masalah pribadinya bahan obrolan yang menyenangkan bagi publik umum

Namun kemudian Taeyeon tau, bahwa balas dendam yang sebenarnya adalah untuk terus melaju kedepan tanpa melihat ke belakang. Ia tidak mau memberi kepuasan terhadap siapapun yang menjadikan deritanya sebagai tontonan.

Appa, Umma… Hayeon-ah… apa kalian fikir… aku bisa melewati ini?

Satu lagi butir air mata itu kini berhasil lolos dari pelupuk matanya.


Tiffany terus menggelengkan kepalanya seiring ia terus memajukan langkahnya. Ia sungguh tidak percaya itu hingga sekarang. Tetapi, dia juga tidak pernah bisa menyingkirkan nama itu ada pikirannya belakangan ini, dan dia mengutuk dirinya sendiri karena itu.

Bagaimana bisa, hanya karna omongan seseorang yang asing, yang baru saja melangkah masuk dengan random kedalam hidupnya mampu membuat hidupnya sedikit banyak mulai terpengaruh.

Ha… jjinja! Ini bukan waktunya untuk memikirkan itu, Tiffany! Sadarlah!

Taeyeon bersyukur, bahwa hari ini dirinya sudah di perkenankan untuk kembali. Dia sendiri, juga tidak ingin berlama-lama waktu istirahatnya di habiskan di rumah sakit ini. Ini hanya menambah bebannha untuk terus teringat rasa pahit rasanya di tinggalkan sendiri di dunia ini.

Dan dia hanya tidak mau, membiarkan itu semua kembali menghantuinya.

“Baiklah, ayo kita kembali!”Kata manajernya sembari mengangkat beberapa tasnya.

Sementara artisnya hanya mengangguk lemah,

Han Woo tidak heran akan balasan itu dari Taeyeon. Dia habis terguncang hebat. Jadi itu wajar bagi setiap orang untuk bersikap berbeda dari biasanya.

Taeyeon baru saja mulai melangkahkan kakinya di koridor, saat kedua bola matanya menangkap sosok yang kemarin ia perlakukan dengan tidak sopan.
Bahkan ia sedikit membentaknya, padahal gadis itulah yang telah menolong dan menjaganya selama di rumah sakit.

Taeyeon tidak mau melewatkan ini. Dia tidak bisa rasa bersalah juga ikut menghantuinya.

Jadi, saat sosok itu mendongak untuk juga menatapnya. Dia sempat berbalik dan berniat untuk berlari kecil, sebelum Taeyeon lebih dulu berlari mengejarnya.

Dia menarik satu pergelangan tangannya membuat gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik,

“Tunggu…”Ujar pelan Taeyeon, napasnya agak tersengal.

Taeyeon tidak bisa berbicara untuk beberapa saat, ketika wajah itu bisa di lihatnya dengan sangat jelas dari dekat. Dia berpikir, gadis ini benar-benar mempunyai paras yang cantik. Sama seperti yang ia lihat di taman tempo hari.

“Kenapa? Bukankah kau tidak ingin melihat wajahku?”

“Aku… minta maaf untuk itu. Aku tidak bermaksud ingin mengusirmu.”


Dan sekarang, disinilah mereka. Duduk di salah satu bangku taman yang ada di rumah sakit. Taeyeon meminta mereka untuk berada di tempat yang lebih layak untuk sedikit berbincang.

“Boleh aku tau, namamu?”

Tiffany sempat menoleh dengan tatapan agak tak percaya. “Aku kira kau tidak akan pernah bertanya.”Katanya agak dingin. Taeyeon hanya mengedikkan bahunya.

“Tiffany. Tiffany Hwang.”

“Ah… are you, by any chance, Siwon Hwang’s sister?”

“You know my brother?”

Taeyeon mengangguk cepat sembari tersenyum tipis, dan Tiffany bisa menyadari bahwa senyum itu terlihat sangat cantik, karna ini pertama kalinya dia melihat itu.

“He took a good care of me and my family.”

Gadis itu hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. Dia masih merasakan sesuatu yang ikut menghimpit rongga dadanya ketika Taeyeon kembali menyebutkan keluarganya yang baru saja meninggalkannya.

Karna tidak mau menyinggung apapun tentang kehidupan pribadi si artis, Tiffany hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

“I’m so sorry for yesterday…”Ujar pelan Taeyeon berhasil membuat Tiffany kembali menoleh. Dia, dengan seluruh kesadarannya. Bisa melihat tatapan tulus dari gadis yang lebih tua. Terlihat sungguh-sungguh dan tidak di buat-buat. Gadis ini bertanya-tanya, jika sikap dingin kemarin mungkin adalah salah satu efek akibat stresnya yang berlebih.

“It’s okay.”

“No, “mm really sorry, Tiffany.”Katanya lagi. Tiffany bersumpah bahwa dia bisa saja mati di tempat dengan segera karena tatapan itu.

“Taeyeon, it’s okay.”Balas Tiffany meyakinkan. Sementara gadis itu hanya menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Untuk beberapa saat, Ini benar-benar terasa berbeda ketika gadis yang ada di depannya mulai menyebutkan namanya.

“Aku bukan seseorang yang pendendam, anyway.“Tambah gadis itu sembari mengalihkan pandangannya kedepan. Ia hanya tidak bisa berlama-lama berhadapan langsung dengan bola mata coklat madu itu. atau dia merasa akan mati. kapan saja.

“Apa alasanmu untuk itu?”

“Uh?”

“Alasanmu untuk tetap menjagaku ketika aku dirawat kemarin.”Kata Taeyeon memperjelas masih tidak mau menarik pandangannya dari gadis yang kini menatap lurus kedepan. “Dan juga, kenapa kau menghampiriku di atap? kau bisa saja meninggalkan orang gila ini. Kau tau?”

“Apa itu penting?”Jawab Tiffany ketus,

“Selalu ada alasan untuk suatu hal. Dan ini, penting bagiku, Tiffany.”Kata Taeyeon sekali lagi meyakinkannya.

“Baiklah.”

“Pertama, tolong jangan anggap bahwa aku merasa kasihan padamu. Bukan itu.”

Taeyeon mengangguk seiring Tiffany memberikan jawabannya, “Aku pikir, kau mungkin akan jatuh sakit jika terus berada di bawah hujan. Situasimu sedang buruk, dan aku tidak bisa memikirkan yang lain lagi.”

Taeyeon merasa bahwa mungkin, hanya mungkin. Dia sudah berprasangka buruk jika dia berpikir bahwa Tiffanya adalah orang yang kurang perhatian pada orang-orang di sekitarnya. Dia merasa sedikit bodoh karena telah memikirkan itu sendiri.

“Lalu, untuk yang selanjutnya…”Kini, Tiffany menoleh untuk membalas tatapan Taeyeon yang melembut padanya.

“Aku hanya tidak ingin, kau bangun mengetahui bahwa tidak ada siapapun di sampingmu. It will hurts a lot, i guess?”

Taeyeon kali ini tidak bisa membohongi perasaan campuran yang kini berada di ruang hatinya. Ini gila, untuk mengakui jawaban itu mampu membuatnya melewatkan aliran darahnya yang berdesir. Waktu yang berjalan di sekitarnya seakan berhenti.

Untuk pertama kalinya, dia bisa merasakan jantungnya yang berpacu agak cepat untuk orang asing seperti gadis yang kini ada di sampingnya.

“Kenapa kau peduli? Aku hanya orang asing bagimu.”Kini Taeyeon berusaha mencari jawaban yang lain,

“Just because we’re strangers, doesn’t mean that I don’t care about people around me. You’re hurt too much.”

“I’m so sorry for your lost.”

Taeyeon kini tidak menemukan sosok dingin Tiffany beberapa saat yang lalu. Yang ada di depannya hanya seorang gadis dengan kalimatnya yang entah bagaimana dapat menenangkan keadaan hatinya yang sedang kacau. Yang entah bagaimana, terasa seperi sinat matahari yang hangat untuk situasinya yang kini membeku bagai es.

Si artis lalu tertawa kecil. Namun, Tiffany bisa melihat bahwa kini, satu butir air mata lolos dari matanya. Jatuh mengalir menuruni pipi halusnya.

“Ini lucu untuk mengetahui bahwa orang asing, peduli padamu terlalu banyak. Sedangkan, orang yang kau percaya tidak akan meninggalkanmu. Dia pergi di saat kau paling membutuhkannya saat ini.”

Mendengar itu, Tiffany merasa hatinya kembali seperti terhimpit. Dia mengerti betul apa yang di maksud gadis yang ada di sampingnya. Dia mungkin sedang membicarakan tentang kekasihnya yang  baru beranjak pergi dari sisinya.

“Taeyeon, apa kau tau?”Katanya, lalu gadis itu menoleh padanya dan berusaha menahan air matanya yang lain untuk jatuh.

“Beberapa orang memang akan pergi, tetapi itu bukanlah akhir dari ceritamu. Itu hanyalah akhir dari bagian mereka di jalan cerita hidupmu.”


Tiffany  bersumpah, jika ia ingin membunuh si Kim Taeyeon itu karena tidak mau beranjak dari kepalanya sejak kemarin. Ini benar-benar memalukan untuk terus mengingat paras itu setiap kali dia melakukan sesuatu. Kena[a juga dia harus terbayang sosok yang sama sekali tak di kenalnya?

Apa karena aku merasa sedikit kasihan karenanya?

Aish! sebaiknya kau cepat pergi dari kepalaku, Kim!

Di saat seperti ini, adiknya sama sekali tak membantu karena manyalakan televisi dan wajah itu kembali muncul di layar. Bukan hanya di bayangannya.Dia menggeram kesal berusaha mencengkram beberapa bagian rambutnya.

“Sarah-ya! bisakah kau mengganti channelnya? Aku sungguh tidak ingin melihat wajah idolamu itu.”

Adiknya hanya memautkan bibirnya lucu menatap jengah kepada kakak perempuannya

“Waaae?”

“Dia benar-benar cantik! Tidak sepertimu!”

“YAH!”

“Argh! aku bisa gila!”Katanya lalu bangkit dari sofa nya dan meninggalkan adiknya yang kini terkekeh. Dia mengeluarkan telfon genggamnya, mengirimi sahabatnya pesan.

Tiffany : Jess! What are you doing!?

Jessica : Yah! Bisakah kau berbicara dengan intonasi yang lebih lembut!?

Tiffany : Sorry, aku benar-benar kesal sekarang.

Jessica : Jjinja? Wae?

Tiffany : I don’t know! How about coffee?

Jessica : Sure! Let’s! See you baby!

Tiffany :Oh, please…


“Yah! kau membawa si jangkung ini juga!?”Tanya Tiffany sembari menghampiri kedua sahabatnya yang kini berdiri tak jauh dari pintu masuk cafe dimana tempat mereka berkumpul bersama di selang pelajaran kosong kuliah.

“Omo! Apa itu cara yang baik untuk menyapa sahabatmu, Tiffany-ssi!?”Jawab Sooyoung sedikit jengah akan perkataan langsung sahabatnya.

“Hehe. Mian”Kata gadis itu lalu mendapatkan jitakan pelan dari gadis yang lebih tinggi.

“Sudahlah, disini mulai dingin. Kita harus masuk!”Kata Jessica sembari menarik kedua sahabatnya untuk masuk ke cafe.

“Aku tidak menyangka musim akan berganti begitu cepat.”Ujar Jessica pelan sembari menatap kearah jendela luar.

“Benar..”Tanggapan Sooyoung sembari menyesap macchiatonya.

Tiffany yang baru saja meminum Americano yang  baru saja di pesannya,

“UHUK!!!”dia lalu berpaling karah televisi yang tergantung di langit-langit cafe ini.

“Yah. Pelan-pelan!”Ujar Jessica cepat melihat sahabatnya tersedak minumannya sendiri. DIa menggeleng pelan sembari membantu memberikannya beberapa tissue.

Sial… kenapa dia ada dimana-mana? Tiffany mengutuk dirinya sendiri karena selalu menemukan sosok itu dimanapun dia berada. Jangan lupakan tentang wajah gadis itu yang tertempel di bus, atau di stasiun bawah tanah yang sebelumnya. Atau bahkan di papan iklan di setiap sudut jalan. Ini benar-benar membuatnya frustasi. Dia berniat untuk keluar karena berusaha menyingkirkan gadis itu dari pandangannya.

Namun, tampaknya. Keadaan menjadi lebih parah karena ini.

“Aku merasa kasihan pada si Kim Taeyeon, dia pasti mengalami waktu yang sulit karena itu.”Sooyoung tiba-tiba berbicara sembari melihat layar di atas, Jessica lalu menganggil.

“Tentu saja, apalagi dengan kekasihnya yang bahkan kini sudah mempunyai yang baru. Aku tidak bisa membayangkan perasaanya.”

Dengan itu, Tiffany diam-diam hanya menyetujui perkataan sahabatnya. Dia juga, tak bisa membayangkan jika dirinyalah yang ada di posisi Taeyeon saat ini.

“Aku hanya tidak mengerti dengan orang-orang. Dia cantik, suaranya mengagumkan, kaya raya, banyak penggemar. Apa lagi yang kurang?”

“Ya kan, Tiffany!?”Kini Sooyoung melemparkannya kepada sahabatnya yang hanya menutup mulutnya dari tadi.

“Uh?”

“Oh, ya…”

Dia memang cantik . jika saja  orang-orang tau, betapa hancurnya dia saat ini.

“Aku dengar-dengar dia sempat di rawat di rumah sakit.”Kata Jessica,

“Benar. tapi dia sudah keluar kemarin.”Jawaban tiba-tiba yang di sambar Tiffany sukses membuat kedua sahabatnya menatapnya penuh tanya.

“Darimana kau tau?”

Tiffany yang menyadari jawabannya itu justru menutup kedua mulutnya dengan telapak tangan dan membulatkan matanya. Kenapa dia bisa begitu bodoh?

“Ah! maksudku, Sarah yang memberitahuku! Kaliantau adikku sangat mengidolakannya!”

“Ah… benar juga, dia sangat menyukai si Kim Taeyeon. I miss your little sister. We should visit her some other days!“Kata  Jessica semangat, lalu di setujui oleh Sooyoung dengan mengatakan, “Setuju! Ah, adikmu  begitu lucu, Tiffany!”

Kali ini, gadis itu hanya memutar kedua bola matanya jengah mendengar itu. Mereka lalu larut dengan beberapa topik yang sedang menghangat di sekitar mereka. Untuk beberapa saat, akhirnya Tiffany bisa melupakan di penyanyi itu dari kepalanya.

“Bagaimana Nichkun?”

“NAH! PERTANYAAN YANG BAGUS!”Sambar Sooyoung setuju dengan perkataan Jessica barusan,

“Ada apa dengan dia?”Kata Tiffany sembari menyeruput lagi kopinya.

“Bukankah kau dekat dengan dia sekarang?”

“Ya.. kita saling mengirimi pesan dan keluar bersama beberapa kali.”Jawaban Tiffany terdengar seperti tidak bersemangat.

“Kau terdengar tidak terlalu senang dengannya.”

Tiffany terdiam mendengar penyataan Jessica barusan. Dia lalu berpikir, ini aneh. Dia bahkan sebelumnya sangat gembira jika pria itu mengiriminya pesan. Dia akan langsung membalasnya tanpa menunggu detik lain datang. Dia bisa menemukan senyumnya yang mengembang ketika dia berada di dekat pria lucu keturunan Thailand itu.

Namun… dia sendiri juga bingung kenapa ini terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Nama Nickhun di kepalanya seakan terganti dengan penyanyi itu dengan mudahnya.

Aish!!!

Kapan kau akan keluar dari kepalaku, Kim Taeyeon!?

“Argh! Molla!”

Kedua sahabatnya hanya saling berpandangan mendapatkan reaksi tiba-tiba dari gadis itu.


“Terimakasih, Tiffany..”

“Uh, itu bukan apa-apa. Taeyeon…”

“Persetan dengan semua orang yang berjanji untuk disampingmu, lalu pergi begitu saja.”Tambah Tiffany kini membuat Taeyeon terkekeh pelan sembari menghapus buliran air matanya.

“Kau masih mempunyai jalan yang panjang”Katanya lagi, Taeyeon terdiam namun menyimak baik-baik apa yang kini di katakan gadis disampingnya. Dia tersenyum hangat,

“Mimpimu masih banyak yang belum terpenuhi.Maksudku, kau mempunyai suara yang indah, sifat yang baik. Semua orang tau itu.”

“Dan kau mempunyai wajah yang benar-benar menawan dan can-“Belum Tiffany menyelesaikan perkataanya, dia lebih dulu menutup mulutnya dengan kedua tangan. Aish, kenapa dia bisa sebegitu bodohnya kali ini!?

Taeyeon kembali terkekeh pelan melihat reaksi lucu gadis disampingnya akibat perkatannya sendiri. Dia bisa merasakan kedua pipinya yang hangat, karna secara tidak langsung, gadis ini sedang memujinya.

“Dan apa, Tiffany?”Tanyanya sedikit menggoda gadis itu,

“Uh, lupakanlah.”

“Baiklah, aku  tidak akan memaksa.”Kata Taeyeon tersenyum. mengerti apa yang di maksud oleh gadis di sampingnya yang kini sedikit tersipu.

“Uh.. apparently, my brother needs his lunch. I gotta go now, Taeyeon-ssi.”Kata Tiffany sembari membenahi beberapa barang bawaanya. Taeyeon sedikit kecewa mendengar itu. Dia bisa merasakan dirinya yang ingin sedikit lebih lama bersama gadis ini.

Entah kenapa,

“Tentu saja.”Jawab Taeyeon pelan, sembari tersenyum hangat padanya. Tiffany membalas senyumnya sebelum akhirnya mulai berdiri. Taeyeon mengikuti gerakannya.

Dia menjulurkan satu tangannya untukdi raih, “Senang mengenalmu, Tiffany. Aku harap kita bisa bertemu lagi lain kali.”

Tiffany terdiam sembari memperhatikan satu tangan itu yang mengambang di udara. Dia lalu meraihnya. “Ah, Tentu saja.”

Taeyeon tak pernah bisa menyingkirkan senyum tipis itu dari wajahnya. Seperti akan otomatis terbentuk setiap kali dia teringat akan sosok itu yang belakangan ini tak pernah meninggalkan ruang pikirannya. Ini sudah seminggu sejak ia bertemu lagi dengan gadis itu.

Dan dia benar-benar mendambakan untuk sekali lagi, diberi kesempatan untuk bertemu dengan gadis itu lagi.

“Kau sudah mendengarnya? Tentang Ji Eun?”Tanya manajernya yang kini sedang menyetir di depan.

“Dengar apa?”

“Dia sudah mempunyai kekasih baru?”

Taeyeon kali ini terdiam. Dia membuang pandangannya pada jendela mobil. Membiarkan bayangannya bebas keluar sana. Sekali lagi, nama itu mampu membuatnya merasakan kembali luka yang sempat tertutup untuk sementara.

Setelah apa yang telah ia lakukan, ia berikan untuk Ji Eun. Mantan kekasihnya. Dia sangat mencintainya untuk bahkan melangkah saja dari sisi gadis itu. Dia rela melakukan apapun asalkan gadis itu tak mau melepaskannya juga. Mereka telah berjanji, bahwa tidak akan pernah beranjak dari sisi masing-masing.

Taeyeon bahkan sudah mendapatkan cincin yang rencananya akan di gunakan untuk memperkuat janji mereka itu.Tetapi rasanya mimpi itu memang jauh terbilang indah untuk kenyataan yang menamparnya lebih dulu.

Dia meninggalkannya seperti itu. Tanpa penjelasan apapun. Itu mematahkan lagi hatinya lebih lagi. Taeyeon berada di titik paling bawah dari hidupnya kala itu.

Namun dia tau, jika dia benar-benar mencintai Ji Eun, mungkin melepaskannya untuk bahagia bersama orang lain adalah cara terbaik. Atau satu satunya pilihan.

Dia tak mungkin memaksanya untuk tetap tinggal dan memuatnya tidak bahagia bersamanya. Taeyeon tidak ingin jalan ceritanya yang seperti itu. Dia hanya ingin membuat orang-orang sekitarnya bahagia. Bukan sebaliknya.

Taeyeon berpikir untuk segera menyibukkan dirinya. membunuh dengan tega setiap kali rasa rindu itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti dia harus menikam hatinya setiap detik.Wajah itu selalu datang di bayangannya.

“Benarkah? itu bagus untuknya.”Jawab Taeyeon menjawab tanpa semangat. Dalam hatinya, dia masih bisa merasakan luka itu yang meluas bagai lautan setiap kali dia melihat berita atau foto tentang mantan kekasihnya itu.

Seakan mengerti, Manajernya atau Han Woo. memutuskan untuk menutup mulutnya kali ini.

“Ngomong-ngomong. Aku minta maaf karna kau harus datang ke acara tanda tangan ini. Padahal, waktu cutimu belum selesai.”

“Gwenchanna. Mungkin bertemu dengan penggemar akan membuatku merasa lebih baik.”

Han Woo lalu melihat pantulan artisnya dari kaca. Dia menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Dia selalu menyukai sisi Taeyeon yang selalu berfikiran positif bahkan, di saat situasinya yang  begitu buruk saat ini.

Taeyeon memang telah di jadwalkan untuk acara fan signing sebelum semuanya terjadi. Acaranya diadakan di salah satu toko sepatu ternama di Korea. bahkan dialah yang menjadi brand ambasadornya.


“Aku turut berduka Unnie, tapi kau masih memiliki kami yang benar-benar mencintaimu!”Tukas gadis itu sembari memberikan semangat kepada idolanya yang kini tengah menandatangani kertas yang di bawanya.

“Ah… gomawoyo.“Jawab Taeyeon sembari tersenyum hangat. Perkataanya bahkan dapat di dengar oleh seisi ruangan ini dimana mereka menjadi iku terhanyut akan pernyataan gadis itu barusan.

“Yokshi.. uri Taeyeonnie…”

Yang lainnya yang masih berbaris untuk menunggu giliran, ikut bersorak dan menepukan tangan mereka gembira. Bagaimanapun, mereka sungguh lega untuk melihat senyum itu kembali terukir di wajah idola mereka. Ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuk fansnya karena mereka bisa melihat gadis itu kembali bersinar setelah gelapnya malam terus menghantui.

“Unnie! kami akan memberikan Ji Eun pelajaran, Unnie!”Teriak salah satu fans yang ada dalam keramaian ruangan ini.

Taeyeon lalu mendongak, lalu berdiri.

“Hey, hey,. Aku tidak tau jika kalian bisa seperti itu… tapi jangan lakukan. Arrachi? kalian mencintaiku? Kalian harus tetap bersikap baik padanya. Aku mengenal kalian yang ramah dan sopan kepada orang lain. Bukan yang pendendam, benarkan?”

Jawaban Taeyeon mendapat  banyak respon dari penggemarnya. Beberapa meneytujui pekrataannya namun beberapa ada juga yang kecewa karna tak mendapatkan izinnya.

“Aku tidak apa-apa, hanya tunggulah aku kembali. Arraseo?“Tambahnya tersenyum lalu kembali di jawab oleh sorak sorai dan tepukan tangan.

Setelah acara selesai, Taeyeon lalu berjalan ke luar gedung dimana ini cukup membuatnya terkejut. Karna banyak sekali kerumunan orang yang juga ingin melihatnya langsung. Maklum saja, yang bisa masuk memang hanya beberapa penggemar yang mau membeli produk sepatu brand si artis.

“Ah… Terimakasih sudah datang.”Kata Taeyeon sembari melambaikan tangannya pada kerumunan itu yang kini semakin ricuh dan ramai karna sapaanya barusan.

Di saat dia mulai mengedarkan pandangannya, dia harus terkejut karena mendapati sosok gadis itu di tengah keramaian mencoba melihat kearah tujuan mereka.

Taeyeon masih memperhatikannya selagi dia berusaha masuk kedalam keramaian.

Lalu mata mereka kembali bertemu. Namun, Taeyeon bisa melihat ekspresi gadis itu, Tiffany. Yang berubah menjadi sangat terkejut. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika dia ingin bertemu dengannya lagi.

Namun, sebelum Taeyeon bisa melakukan apa-apa, sosok itu justru berbalik dan menghilang dari kerumunan penggemarnya.

Gerakan itu membuat Taeyeon sedikit kecewa, dia bertanya-tanya kenapa gadis itu justru lari karena melihatnya? Dia mulai berpikir bahwa dia mungkin melakukan kesalahan dimana gadis itu tidak mau melihatnya lagi.


Yah. Itu benar dia.

Omo. Ottokachi!?

Tiffany benar-benar tersesat sekarang. Dia tidak mengerti kenapa dia menjadi seperti ini. Dirinya bahkan tak bisa merasakan darahnya yang berdesir sekarang. Waktu yang berjalan di sekitarnya seakan berhenti. Dan dia hanya bisa menyalahkan Taeyeon untuk itu.
Kenapa dia harus bimbang? Kenapa dia menjadi seperti ini? Dia seharusnya tidak merasakan semua ini mengingat sosok itu bukanlah siapapun dalam hidupnya, melainkan seorang artis yang kebetulan berkunjung ke beberapa halaman jalan cerita hidupnya.

Dan benar saja, dia tidak berpikir bahwa dia akan bisa berlama-lama berdiri disana. Membiarkan mata mereka tettap beradu. Membiarkan, Taeyeon membunuhnya dengan perlahan.

Dia sama sekali tidak mengerti akan situasinya sendiri. Dia terus berdoa untuk surga mau menjawab semua pertanyaannya ini.

Dan, keputusan akhirnya memang sudah bulat. Dia berbalik untuk menjauh dari keramaian. Berbalik untuk meninggalkan sosok itu yang tadi berusaha menghampirinya. Berbalik, meninggalkan ribuan pertanyaan pada gadis itu.


“Han Woo-yah… bisakah, kau mengantarku kerumah sakit?”

“Ada apa? kau merasa tidak enak badan?”

“Bukan itu…”


“Bukan maksudku, mengganggu waktumu, Siwon-ssi.”

“Atau harus ku panggil Dokter Siwon?”Kata gadis itu lalu tersenyum sopan pada laki-laki yang lebih tua. Orang yang di maksudnya hanya membalas senyuman itu tak kalah hangat.

“Ah, kau bisa memanggilku dengan nama saja, Taeyeon-ssi.”

“Jadi, apa yang membawamu kemari? kau merasa tidak sehat?”tanya Siwon sembari ikut duduk di salah satu sofa di hadapan si artis. Dia memangs edikit terkejut untuk mendapatkan Taeyeon yang mengetuk ruang kantornya.

“Ah tidak-tidak, sebelumnya aku ingin berterimakasih atas kerja kerasmu . Untuk merawatku, dan keluarga ku disini.”

“Ah… itu bukan apa-apa Taeyeon-ssi. Itu sudah tugasku.”

“Tetap saja, aku harus berterimakasih secara langsung.”

“Baiklah, jika kau memaksa.”Kata pria itu lalu tersenyum simpul. Dia mulai berpikir, bahwa gadis yang ada didepannya kini sungguh berbeda dari artis kebanyakan yang angkuh dan kurang peduli terhadap hal paling kecil.

“Aku juga ingin berterima kasih pada adikmu yang sudah menjagaku malam itu. Dan juga, berkat dia, aku segera di temukan di atap.”

“Dia memang sangat suka disana.”Siwon tak meluputkan senyumnya,

“Aku memperlakukan dia tak terlalu baik ketika aku bangun. Padahal, niatnya sudah tulus untuk menjagaku.”

“Itu reaksi yang wajar untuk orang asing, Taeyeon. Tidak apa-apa.”Gadis itu lalu hanya mengangguk pelan,

“Ini mungkin agak aneh untuk sebuah permintaan. Tapi… Siwon-ssi. Bisa aku bertemu dengannya lagi?”


“Di jam seperti sekarang, biasanya adikku sedang berada di kampusnya.”

Taeyeon melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang di bawah hujan yang lebat yang tiba-tiba kembali melanda kota Seoul. Tidak ada lagi yang di harapkannya selain dia bisa bertemu dengan gadis itu, lagi.

Tiga puluh menit kemudian, dia menghentikan kendaraanya tepat si sebelah sudut jalan dekat gedung kampur seseorang yang di tujunya. Dia pikir, setidaknya dia telah mendapatkan informasi dimana Tiffany berada terkadang. Jadi, dia berniat untuk benar-benar bertemu dengannya. Taeyeon tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya.

Tetapi, dia ingin mengenal sosok itu lebih jauh.

Benar saja, setelah beberapa saat menunggu di dalam mobil. Seorang gadis berambut kecoklatan itu kini sedang memandangi hujan di salah satu koridor. Dia terlihat berdecak mengutuk hujan yang turun dengan deras.

Aku menemukanmu lagi, Tiffany.

Taeyeon harus tetsenyum ketika melihat sosok itu kini menunjukan ekspresi jengahnya akibat cuaca yang buruk.

Namun, yang selanjutnya justru membuat Taeyeon sedikit menegakan duduknya. Dia merasa khawatir ketika sosok itu mulai menembus hujan lebat dan membiarkan tubuhnya basah kecuali kepalanya yang kini di tadangi oleh tumpukan bukunya.

Namun, ketika beberapa buku jatuh. Gadis itu lalu membungkuk untuk kembali membenahi bawaanya. Membiarkan hujan membasahi seluruh tubuhnya.

Tiffany hanya sibuk dengan bukunya yang jatuh ke tanah hingga ia tidak menyadari bahwa kini seseorang telah berdiri tepat di hadapannya. Dia melihat sepatu seesorang tepat di depan matanya. Lalu dia bisa merasakan hujan yang berhenti menyerangnya.

Tiffany lalu mendongak sembari berdiri dengan tegak. Menemukan sosok seseorang yang selalu di hindarinya kapanpun, dimanapun. Kini sedang menyungginkan tatapan hangat tepat kearah kedua bola matanya.

Untuk beberapa saat, mereka hanya saling memandang. Tiffany berasa bahwa dia benar-benar gila, karna tenggelam akan tatapan itu hingga tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

“Kita bertemu lagi, Tiffany-ssi.”


“Kau harus segera meminum kopimu selagi hangat, Tiffany-ssi.”

“Please drop the formal, Taeyeon. Just call me Tiffany.”Balasnya sembari mulai menyeruput kopi hangatnya. Gadis yang ada didepannya hanya tersenyum.

Mereka berdua kini ada di cafe terdekat dari kampus Tiffany. Taeyeon memaksa gadis itu untuk segera menghangatkan tubuhnya agar tidak terkena demam karena hujan yang mengguyurnya lebih dulu.

Untuk penyamaran, agar orang-orang di sekitar mereka tidak menyadari keberadaan si penyanyi. Tiffany berkata pada gadis yang lebih tua, mungkin akan lebih baik jika dia menggunakan topi  hitam yang sedari tadi di genggamnya.

Taeyeon memang selalu membawa topi hitamnya setiap kali dia pergi keluar sendiri.

“Tiffany,”

“Uh?”Balas gadis itu lalu menoleh kearah luar jendela memandangi hujan. Ini lebih baik daripada menatap bola mata coklat madu itu yang membuatnya tak bisa bernafas.

“Kenapa kau berbalik?”

“Hm?”Balasnya masih tidak mau berpaling.

“Kenapa kau berbalik sebelum aku sempat menghampirimu?”

Tiffany lalu menoleh, “Disana sangat ramai, Taeyeon. Kau mungkin bukan melihatku.”Sanggah gadis itu dengan intonasinya yang meyakinkan.

“Tapi, dia memakai coat yang persis sepertimu.”

“Ada jutaan yang seperti itu, Taeyeon.”

“Tiffany… kau tidak bisa membohongiku.”

“Hanya kau yang mempunyai kemampuan membuatku seperti membeku ketika mata kita bertemu.”

Dengan itu, Tiffany merasakan desiran darahnya yang tak teratasi. Dia merasakan detak jantung itu yang kini berpacu jauh di atas batas normal.

Kenapa aku merasakan ini? Sial!

Apa maksudmu… Kim Taeyeon?

“Sekarang, katakan padaku, kenapa kau berbalik?”

Tiffany menelan ludahnya  ketika pertanyaan itu kembali di lemparkan padanya. Dia kini baru berani menatap kedua bola mata itu lagi.

“Apa yang kau harapkan? Keadaan disana sungguh ramai dan aku tidak mau mengganggu.”

“Jadi, sekarang kau mengakuinya.”

“Yah!”

Taeyeon terkekeh pelan ketika mendapatkan reaksi lucu itu dari gadis yang ada di depannya.

“Apa yang lebih kau suka, Tangssuyuk, atau Jjampong saat hujan?”

Tiffany menatapnya jengah kini,

“Yah. Kau serius menanyakanku hal itu, sekarang?”

Dia tersenyum simpul, “Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh. Apa itu salah?”

Tiffany lalu berdecak mendengar jawaban itu. Ini bukan masalah salah atau tidak. Ini masalah konser dadakan yang kini ada di dalam ruang hatinya yang dia sendiri tidak tau apa penyebabnya.

“Jjampong.”Jawabnya cepat.

“Jjinjaru!? kalau begitu kita sama!”Taeyeon kini memamerkan senyumnya yang mengembang. Tiffany melihat itu. Dia bahkan kini tertawa kecil melihat reaksi Taeyeon yang seperti anak-anak. Dia baru menyadari, bahwa gadis ini mempunyai chindimple yang unik.

Dia menemukan itu sangat menarik, terlebih lagi tawa juga senyumnya si penyanyi.

oh, please… apa yang baru saja kau katakan, Tiffany!?

Sementara, mendengar tawa Tiffany walau begitu pelan. Taeyeon bisa merasakan dirinya yang merasakan sedikit bahagia di ulu hatinya. Dia tidak menyangka bahwa gadis itu kini akan memberikan senyuman kepadanya. Mengingat sifatnya yang agak dingin.

“You have such a nice smile.” Puji Taeyeon tanpa menyadari pipi gadis yang ada di depannya kini menghangat.

“Tiffany, apa kau juga selalu bersikap dingin pada orang lain?”Pertanyaan Taeyeon kini mamppu membuat Tiffany kembali terdiam.

“Aku tidak bersikap dingin.”

“Berarti mungkin aku adalah pengecualian,”Ada nada kecewa pada intonasi Taeyeon dan entah kenapa Tiffany membenci itu. Dia tidak mau gadis yang ada di depannya berpikiran seperti itu. Apalagi, dengan fakta bahwa namanyalah yang bahkan tak mau beranjak dari kepalanya.

“Kau bukan pengecualian, Taeyeon. Aku hanya tidak terbiasa pada seseorang yang belum aku kenal.”

Dengan itu, senyum Taeyeon kembali mengembang liar. “Aku juga ingin, menjadi salah satu orang yang mendapatkan sisi hangatmu, Tiffany. Seperti yang kau lakukan padaku di saat aku dirawat.”

“Bisakah aku mengenal Tiffany Hwang yang itu?”

Itu benar-benar sukses membuat sesuatu dalam ruang hati Tiffany jungkir balik. Dia mengutuk pujian tidak langsung itu yang keluar dari bibir di penyanyi. Kenapa juga, Taeyeon sangat mahir membuat jantungnya terasa copot begitu saja dengan hitunagn detik.

Tiffany terkekeh pelan, dan Taeyeon melihat itu. Dia bahkan bisa mendengar tawa gadis itu yang lembut. Ingin rasanya dia mendengar lagi.


Taeyeon kini tau, orang seperti apa Tiffany Hwang sebenarnya. Dia tidak berbohong, jika gadis ini tidak biasanya bersikap dingin. Dia kini sudah mulai melihat bagaimana hangatnya sikap Tiffany lewat perkataan, juga ceritanya yang lain. Taeyeon mempelajari bahwa dia adalah orang yang ceria, namun juga tidak bisa di tebak di saat bersamaan.

Dia bilang, dia kadang membenci adiknya untuk suatu alasan. Tapi, dia sangat mencintai adik kecilnya , mengingat, anak itu adalah salah satu dari dua orang di dunia ini yang berpengaruh besar dalam hidupnya. Taeyeon mempelajari, bahwa di balik sikap dinginnya yang kadang di perlihatkan, Tiffany adalah orang yang penuh perhatian pada orang-orang disekitarnya.

Pandangan pertama orang-orang mungkin tidak akan selalu baik, tetapi, Taeyeon tau persis bagaimana reaksi orang lain jika mengetahui gadis ini lebih lagi.

Karena, dia juga sedang dalam perangkap pesona seorang Tiffany Hwang sekarang. Ini sungguh gila, untuk mengagumi sesuatu dalam diri orang lain yang baru dikenalnya begitu cepat. Ini sungguh memalukan untuk di akui Taeyeon, bahwa dia mendambakan senyuman itu untuk selalu terukir di wajah gadis yang lebih muda.

“Jadi, Dad pergi tepat setelah Mom dinyatakan pergi lebih dulu.”

“I’m so sorry, Tiffany…”

“Kenapa kau meminta maaf? Kau bukan penyebab mereka pergi, Taeyeon-ah.”

Di saat mereka sedang larut dalam beberapa topik, Taeyeon kembali mengetahui banyak tentang gadis yang ada di depannya. Dia menyukai bagaimana keuda matanya akan berbentuk seperti bulan sabit ketika dia tesenyum atau tertawa. Itu benar-benar cantik.

Dia menyukai bagaimana Tiffany akan menanggapi setiap perkataanya. Dia menyukai bagaimana Tiffany, dengan sikapnya yang masih agak dingin tetap mendengarkan beberapa ceritanya.

Namun,

Televisi yang tersedia di ruangan cafe ini, kini sedang memperlihatkan acara gossip. Tempat duduk Tiffany memang bisa melihat kearah tv. Namun, tidak dengan Taeyeon. Gadis itu sengaja membelakangi meja orang lain agar orang-orang tak mengenalinya.

“Ji Eun mengungkapkan bahwa dia dan kekasih barunya akan segera menikmatu liburan musim dingin tahun ini di eropa.”

Kalimat itu tak terlewatkan dari pendengaran kedua gadis itu yang kini masih berbincang. Taeyeon lalu menjadi terdiam, kepalanya agak di tundukan. Tiffany jelas bisa melihat mimik kecewa itu di wajahnya. Dia mengutuk siapa saja yang kini menayangkan itu sekarang. Dia mengutuk untuk setiap televisi yang selalu memperlihatkan kemesraan orang yang baru saja meninggalkan sisi penyanyi itu.

Baru saja, Taeyeon ingin berbalik untuk melihat layar televisi, Tiffany lebih dulu berkata,

“Jangan lihat.”

“Jangan berbalik, Taeyeon.”


Taeyeon mengurungkan niatnya. Dia menatap kedua bola mata itu yang kini menatapnya lembut. Dia seperti tersapu akan sisi baru dari Tiffany yang ada di depannya kini

“Semua orang memang selalu berjanji, sampai akhirnya mereka menemukan seseorang yang lebih baik.”

“Aku tidak mengatakan jika kau harus membencinya. Tapi, dia tidak bernilai apapun saat ini. Jangan beri dia ruang lagi untuk ada di kepalamu, Taeyeon.”

“Kau bisa menghapus seseorang dari fikiranmu. Tapi, mengeluarkan mereka dari hatimu, adalah cerita yang berbeda, Taeyeon.”Tambahnya lagi,

Sementara gadis itu kini hanya bisa merasakan air mata yang mulai menggenagi pelupuk matanya. Pandangannya kabur untuk sekedar memandang Tiffany yang ada didepannya. Dia bisa merasakan luka itu yang perlahan terutup kembali terbuka.

“Kau hanya harus menjadi cukup kuat untuk menjauh dari apa yang menyakitimu. Dan bersabar untuk menantikan hal yang layak kau dapatkan.”

Apa ini terlalu cepat. Jika harus mengatakan bahwa kau mungkin saja adalah orang yang bisa menutup semua lubang luka itu? Tiffany?


 “Wa~ Jjinja masshita~”Seru Tiffany sembari terus menyumpit Jjampong yang ada di hadapannya. Taeyeon harus tersenyum siap kali gadis itu memperlihatkan wajah puasnya setelah suap demi suap di lahapnya.

Sementara dia, rasanya makan dengan perlahan sembari memandangi gadis yang ada di hadapannya rasanya sudah cukup.

Mereka kini tengah berada di restaurant sederhana Jjampong favorit Taeyeon dan mendiang ayahnya dulu. Memang, setiap kali dia tidak mempunyai jadwal, dia akan mengajak orang terdekatnya untuk makan mi seafood khas korea itu disini. Tak lupa dengan topi hitam untuk penyamarannya.

“Dae~bak!”Kata Tiffany sekali lagi sembari terus mengunyahnya. Dia menatap Taeyeon dengan berbinar. Sesekali menepukan tangannya kecil.

Sementara si penyanyi menemukan hal ini begitu lucu. Dia sesekali akan terkekeh melihat reaksi Tiffany yang unik. Dia ingat, bahwa Ji Eun bahkan tidak sama sekali menyentuh makanannya ketika dia membawanya kesini. Dia mengatakan, bahwa dia sedang dalam diet. Itu cukup membuatnya kecewa untuk pertama kali.

“Apa kau suka Bingsoo?”Tanya Taeyeon pelan, tak menarik pandangannya dari gadis itu. Dia terkekeh, “Siapa yang tidak suka?”

“Kalau begitu, bisakah kita makan itu sebagai makanan penutup?”

“Biar aku tebak, kau pasti sangat menyukai Bingsoo kan?”Kini Tiffany balik bertanya. Sementara gadis yang ada didepannya lalu menyengir senang,

Geureomnyo! Mani mani jhoa!” Dan dengan itu, dapat membuat Tiffany kembali tersenyum lalu terkekeh pelan. Dia tidak lagi melihat Taeyeon yang wajahnya tergores luka seperti di café tadi. Yang ada, hanya Taeyeon dengan semua sifat kekanakannya sekarang.

Tiffany tidak tau apa yang akan lebih menggemaskan daripada Taeyeon saat ini.

Cute, Taeyeon-ah.”

“Oh?”Katanya terheran,

“You.”Taeyeon bisa bersumpah jika kini kedua pipinya terasa sangat hangat karena perkataan gadis itu barusan. Selain karena panggilan yang terdengar lucu dan akrab itu, dia meragukan telinganya sendiri karena gadis itu kini tengah memujinya lucu.

Sementara, Tiffany hanya bisa kembali terkekeh melihat gadis yang ada di depannya kini tersipu malu. Dia sendiri, bingung akan rasa hangat itu yang kini menyelimuti ruang hatinya setiap kali kedua matanya melihat wajah itu.

“Fany-ah?”

Tiffany lalu memberikan muka tanda tanyanya mendengar penggila itu,

“Bisakah aku memanggilmu itu?”

Dia tersenyum, lalu mengangguk pelan. “Tentu saja, Taeyeon-ah.”

“Fany-ah…”

“Yah.”Tiffany hanya terkekeh mendengar namanya kembali di panggil oleh di penyanyi. kelihatannya dia senang dengan panggilan yang di buatnya sendiri.


Mobil itu lalu berhenti di pekarangan rumah yang tidak terlalu besar namun bergaya mewah. Taeyeon diam-diam bersyukur bahwa dia kini membawa mobilnya sendiri. Bagaimana tidak, jika saja tidak seperti itu. Mungkin, dia tidak akan bisa mengantar  gadis ini kembali ke rumahnya.

This is me.“Ujar Tiffany sembari melepaskan sabuk pengamannya.

“Thankyou, Taeyeon.”Tambahnya lagi. Sementara gadis itu hanya tersenyum simpul, “It’s nothing, Tiffany.

“Okay, i’ll be going then.”Baru saja Tiffany hendak membuka pintunya,

“Can i see you, again?”

Tiffany menghentikan tangannya. Dia berbalik untuk menatap gadis itu,

“Of course.”Dia tidak  bisa membohongi bahwa dia sungguh menikmati waktunya hari ini bersama Taeyeon.

Tiffany pikir, ada sesuatu di dalam diri Taeyeon yang terkesan hangat. Dia nyaman untuk  berlama lama ada disampingnya dan membicarakan banyak hal. Lagipula, dia suka setiap kali sosok itu akan mengembangkan senyumnya sembari tertawa.

Atau mungkin, Tiffany sendiri bisa mengakui bahwa lekukan senyun itu adalah salah satu hal favoritnya sekarang.

Ini gila, untuk mengetahui fakta bahwa orang yang baru di kenalnya, bisa mencairkan dirinya yang bagai es hanya dengan waktu yang singkat.

“Apa rencanamu besok?”Tanya Taeyeon cepat. Ia hanya tidak mau melewatkan kesempatan ini. Ia tau ia menjadi sedikit egois jika itu semua sudah  mengenai tentang gadis yang lebih muda ini.

Dia tidak peduli jika Tiffany hanya bersifat selayaknya sebagai teman baru. Yang Taeyeon tau, ia hanya ingin berlama lama di sampingnya. Mebicarakan banyak hal dan tertawa bersama di topik yang aneh dan lucu.

“Tidak ada. Mungkin aku hanya berbaring dirumah seharian.”

“Kalau begitu, bisakah kita bertemu lagi besok?”

Tiffany sempat terdiam ketika dia berpikir untuk jawabannya. “Tentu, jika kau tidak sibuk.”

“Aku mempunyai photoshoot di pagi hari. Mungkin akan memakan waktu dua jam. Setelah itu, aku akan menjemputmu.”

Menjemputku. Entah kenapa itu terdengar sangat menggemaskan.

“Aku tidak mau membuatmu repot untuk pergi dam kembali seperti itu. Bagaimana jika kau menjemputku lebih dulu, lalu aku akan menunggumu photoshoot?”

“Tidak, Fany-ah. Aku tidak mau membuatmu menunggu.”

Sial, bisakah dia berhenti membunuhku perlahan?

“Aku memaksa, Taeyeon. terima atau tidak sama sekali?”

Taeyeon terdiam. Sial, dia tidak punya pilihan lain kalau begini.

“Kurasa, aku tidak punya pilihan lain, kan?”

Keduanya lalu terkekeh pelan. Tidak mengerti atmosfir macam apa yang kini mengelilingi  mereka. terasa aneh, namun hangat dan nyaman di saat yang bersamaan.

“Baiklah, aku pergi.”Pamit Tiffany sekali lagi,

“Thankyou for today”Kata Taeyeon pelan,

Gadis itu hanya tersenyum dari luar sembari memperhatikan si penyanyi dari jendela mobilnya yang terbuka. “Selamat malam, Taeyeon.”


Tiffany mungkin berpikir, bahwa ini mungkin adalah ide yang buruk. Padahal, dia sendiri yang mengajukan dirinya untuk menunggu si artis menjalankan photoshoot komersialnya. Namun disinilah dia, merasakan sesuatu menghimpit rongga dadanya dengan erat. Napasnya bahkan tak beraturan.

Dia kira, ini hanya photoshoot biasa. Mana dia sangka, Taeyeon akan memperlihatkan bagaimana lekukan tubuhnya? atau kulitnya yang sempurna? atau baju yang seksi namun terlihat anggun padanya? ini membuat Tiffany sakit kepala.

126f45958546721f3c2bcd5804eea272

Bagaimana bisa, dia duduk dengan tenang jika orang itu kini mampu membuatnya melewatkan setiap detakan jantungnya. Terakhir kali dia periksa, Tiffany sama sekali tak tertarik melihat bagaimana indah tubuh model lainnya. Dia sama sekali tak terpanah melihat kulit mulus yang selalu terpampang di majalah.

Tapi kenapa sekarang berbeda? dia bahkan bisa merasakan pipinya yang menghangat. Bahkan ia tau, bahwa dia tidak bisa menyembunyikan semburat merah di wajahnya.

Dia sama sekali tidak tau, jika seorang Kim Taeyeon disana. Dengan kostumnya yang seperti itu, kulit yang terekspos. Juga tatapan yang mematikan. Bisa membunuhnya berulang kali di tempat.

Ia hanya melihat sosok itu yang lucu dan menggemaskan kemarin. Bukan mempesona nan seksi seperti ini. Jantungnya terasa mau loncat dari tempatnya jika seperti ini.

Sudah cukup untuk sosok itu tak bisa membuatnyatidak terlelap semalam. Bagaimana tidak, dia hanya tidur untuk beberapa jam setelah saling mengirimi pesan. Tiffany bahkan menemukan dirinya terseyum layaknya orang tak waras ketika gadis itu mengiriminya ucapan selamat malam. Atau tidur nyenyak, atau kesannya untuk hari ini.

Itu membuat keributan di hatinya tak membaik, untuk tanpa alasan.

Dia sama sekali tak menyangka jika seorang gadis yang baru di kenalnya. Bisa membawa pengaruh yang besar paginya. Pesan dari Nichkhun bahkan sama sekali tak di balasnya. Dia mungkin meras sedikit bersalah karena itu. Tetapi, ia hanya tidak bisa memikirkan hal lain selain Kim, Kim dan Kim.

“Baik, kita ambil break 10 menit!”

Taeyeon lalu bangkit dan segera menghampiri gadis itu yang terududuk dari tempatnya melakukan photoshoot.

Tiffany yang menyadari gadis iu mendekat, ikut berdiri menyambutnya dengan senyuman. “Maaf untuk membuatmu menunggu, Fany-ah.”

It’s okay, Taeyeon. Aku yang memintanya. Kau ingat?” Taeyeon hanya mamutkan bibirnya lucu. Dan gadis itu terkekeh pelan.

“Han Woo-ya, pastikan Tiffany mendapatkan apa yang dia butuhkan juga.”Kata gadis itu pada manajernya yang berdiri di belakang mereka.

“Tentu saja, Taeyeon! Siap laksanakan!”

Kedua gadis itu terkekeh,

“Lelah?”Tanya pelan Tiffany, gadis itu hanya mengangguk pelan. “Kau berkeringat.”Tambahnya lalu mengeluarkan tissue dari tasnya dan membantu menyingkirkan buih air itu dari wajah Taeyeon. Membuatnya kini bisa merasakan pipirnya yang merona.

Dia hanya membeku, sembari memperhatikan Tiffany dalam diamnya. Tersenyum seperti orang gila mengetahui gadis ini tidak lagi menunjukan sisi dinginnya.

“Yah. yah. Lihatlah.”

“Aku kira dia temannya Taeyeon?”

“Bukankah?”

“Bagaimana bisa? apa dia kekasih barunya?”

“Eyy itu tidak mungkin…”


don’t forget to check out 

our new instagram! @jazzatta for the latest updates.

jazz

97 thoughts on “Nightlights CHAPTER TWO BY JAZZ

  1. I love this 😘
    Ga kebayang kalo aku diposisi taeyeon dengan orang yang meninggalkan dia begitu,
    Ji eun eww -_-
    Ada hikmah nya pany datang wkwkwk

    Like

  2. Aqooooh penasaran Jika Sarah ketemu Tae.. Paling d tggu ni moment Tae ktmu Sarah.. Yg bikin fany cembokur krna Sarah lengket same tae

    Like

  3. Bagian awal gw rada ora mudeng bacanya soalnya disitu kaga’ de tulisannye flashback pa gak trus gw baca ulang lg ane baru merhatiin kalo tulisannya dimiringin hhahahahaa😅😅 maklum thor otak gw rada cetek ni hari😂😂
    Gak sabar pengen cepet” tau reaksi adeknye pany ntar kalo tau idol paporitnye dah digebet duluan ma kaka’nye😂😂 ..
    Ditunggu next chap.ya thor🙏

    Like

  4. Aaawww taeng sumpah itu manus banget kata katanya udah bikin meleleh mancing mancing fany wkwkwk

    Weezzz fany uch uch nemenin taeng, ini buat saling tertarik emang keren banget ceritanya, suka banget jazz duh sampe gemeter mau baca setiap kali liat jazzatta updateee suka suka sukaaa

    Like

  5. Fany and taeyeon udh mulai deket nih…tinggal nunggu bagaimana fany bisa membuat taeyeon melupakan masa pahitnya,thor ngapa harus ada nama nikon jangan bilang nanti dia bakal jdi perusak hubungan taeny 😢

    Like

  6. Aww so sweetya sampe aku kena diabetes gara moment taeny di chap ini hahaha thor kalo bisa taeny momentnya kaya gini terus yak hehe suak banget sama chap yang ini.. semangat author-nim 😄

    Like

  7. Krn otak gw lagi buntu, jd gw gak ngoment gmn ff nyaa yaa thor…
    Yg jls gw sangat sangat menikmati baca setiap ff lu 😁😁

    Like

  8. Kl mnrutq sih emang alurx hrus lmbat kan crtax emang msh sdih jd feelx pun jg dpt kl cpet mah gak bkal ngfeel kren kok n dtngh2x udah agak dket gitu mreka gak sbar gmn reaksi sarah kl liat tae hahaha, oh authorx mau prsiapan snmptn ya smangaat yah

    Like

  9. Awal gaterlalu konek bacanya,tapi lama”udh lumayan konek,mesti baca ulang dri chap 1 lagi kek nya biar konek nya afdol😂 ijin baca ulang jazz , maap chap 1 kga komen:” tpi seperti biasa ff nya selalu seru , selalu bikin nyess sama senyum”sendewek heuheu

    Like

  10. ga terlalu lambat kok masih isa dpt feelnya pas,, thor jezz. lucu tuh besok pas maen ke rmh tau ka2knya ama bintang idolna,, sarah pasti nempel tae trz. tae ajak fany photoshoot ntr rame gosip tuh,, 😀 semangat buat ujiannya thor,,semoga lancar amp msuk perguruan yg disukai.

    Like

  11. sudah mulai pendekatan nie taeny . dan sudah ada getaran’ dlm diri mereka . bukankah suatu kemajuan yg tdi org asing trus temenan . satu langkah lagi jd psangan sejoli,psangan prangko,psangan agressive,psangan byun and psangan dork . wkwkwk
    tak mslh thor jrang update, bukan berarti tdk sma skli update . sy readers setia yg slalu tunggu karya’mu . smg updatenya mmbwa kejutan yg lebih menarik lagi dari pasangan taeny

    Like

  12. Hubungan taeny sepertinya mulai ada perkembangan nih 😏,, yah walaupun masih pada malu2 gitu..☺️☺️😆
    Taeyeon kapan ketemuan sama adiknya pany nih?? Pasti bakalan hoboh banget tuhh si bocah, bisa ketemu sama idolanya dia..😂😂
    “Beberapa orang memang akan pergi, tetapi itu bukanlah akhir dari ceritamu. Itu hanyalah akhir dari bagian mereka di jalan cerita hidupmu.” Izin copas nih kata2nya thor,soalnya saya suka 👍😉😗

    Like

  13. Hhhhh sking trpukauny smp pusing kpla ad2 j km jazz bkin kt2, iy jrng update gpp pnting km sll sehat baik2 j, pokokny utmkn kwjbn mu q kn stia mnunggu comeback mu kok jazz mksh ff ny GBU GOOD LUCK ;-D

    Like

  14. Duuuhhh lucu deh ngeliat taeny malu2 meong gitu, so cute😊😊😊 taeny kyknya udh ngerasa nyaman brdua nih, udh cptan jadian aja hehe
    Sarah gmn ya kl tau kakaknya trnyata dkt sm kim taeyeon, penyanyi favoritnya
    Kl udh ada tae, nickhun mah udh gak laku😆😆

    Like

  15. Cuttee !! si artis kim dan si biasa fany..gimna jadi nya dan kebayang gimna reaksi si sarah adek nya fany ..tau klo kaka nya lg pdkt ama idola nya hahah XD

    Like

  16. Daebakkkkk!!!
    Kirain taeyeon bakal lama2 nih mikirnya, rupanya enggak
    Cepat gerak nya hahaha good job taetae
    Udalah tiff, gak usah nikun2an, taetae2 aja udah lebih dr segalanya *arogan bgt gue wkwkwk

    Sarah lu lihat tuh kakak lu yg suka memutar bola matanya kalo lu cerita tentang taeyeon tp malah dia yg “berkembang” duluan😅😅😅

    Like

  17. Perkembangannya sadis..
    Andaikan itu nyata.. maksudnya bisa deket ama bias kita…😂
    Tae kalo udah ngegombal pasti pecicilan. Bikin lainnya ndak kebagian..
    Kalau pany.. tau lah… dulu benci sekarang jadi cinta…
    Udah.. jadian aja tu dua orang 😂

    Like

  18. Baru juga kenal beberapa hari udah deket deket aja nih, gimana ya kalo nanti fany bawa tae kerumah dan ketemu adeknya bisa bisa tae dikarungin tuh ama adeknya :v
    Lanjuut thor

    Like

  19. taeny udahh mulaii deket wkwkwk
    andaii gue di posisi tiffany bisa deket sama tae huhu
    kalau sarah tau idola nya lagi deket sma kakaknya pastii sarah cemburu wkwkw

    Like

  20. aanyeong thor saya new reader izin baca ffnya ya ceritanya keren thor saya ska adeknya tiffany gemas liat tngkanya

    Like

  21. like it(>_<)♡♡♡ ngomong" ada beberapa typo di penulisan kata awalnya sempat sampai salah pengertian bacanya tapi akhirnya ngerti maksudnya, itu aja selebihnya ceritanya enak dibaca dan so pasti bikin senyam senyum macam orang kurang waras

    Like

  22. Ikut bahagiaa taee…
    Untung ada fany-ah…
    Berbahagialah taee…
    Semua perkataan authorrrr benar….
    Eitss… Maksudqu perkataan fany-ah…
    Kekekekeke…
    Cemunguddhh thorrr…
    Tyusss berkaryaaa…

    C

    Like

Ayo kasih komentar!