NIGHTLIGHTS CHAPTER THREE BY JAZZ

Crew yang berlalu lalang didepan kedua gadis itu hanya bisa sesekali menoleh. Mereka terlihat mengobrol biasa. Namun tak jarang gadis yang tak di ketahui namanya akan segera menghapus bulir keringat yang turun di wajah artis mereka.

Padahal, pendingin ruangan masih menyala. Mereka hanya tidak tau, bahwa semua keributan di hati Taeyeonlah yang membuatnya menitihkan sedikit keringat.

Dia seperti membeku atau mati tiap kali gadis yang ada di depannya melakukan itu. Walaupun dia berusaha mengontrol semuanya dengan wajah tenang seolah olah tidak ada apa-apa, angin puting beliung di hatinya sebenarnya berkata lain.

“Baiklah, aku harus kembali kesana.”Kata Taeyeon sekali lagi ketika photographer itu memanggil namanya.

“Tentu, hwaiting!”

“Thank you.”

Lalu sesi photoshoot kembali berjalan dengan kedua mata Tiffany yang tak pernah meninggalkan sosok itu. Dia mulai mempertimbangkan hubungan mereka adalah teman baik sekarang.

Kenapa tidak, pikirnya. Taeyeon adalah orang yang baik dengan segala kesempurnaannya. Walaupun, dia masih belum jauh untuk mengenal sosok itu lebih dekat lagi.
Dia menyimpulkan senyumnya ketika sosok itu sesekali melemparkan pandangan kepadanya.

“Aku, tidak pernah sekalipun membayangkan jika mereka akan pergi begitu saja. Aku bahkan tidak sempat untuk mengatakan apapun pada mereka.”Ujar pelan Taeyeon sembari memainkan pasir pantai yang ada di tangannya.

Mereka berdua kini telah tiba di pemberhentian terakhir dari hari panjang mereka bersama. Keduanya kini semakin mengenal kehidupan pribadi masing-masing. Tidak bisa di bohongi, Tiffany terkadang merasa hidupnya lah yang paling berat karena harus kehilangan orang tua sejak kecil.

Namun kini berbeda,

Dia menemukan sosok gadis yang ada di sampingnya kini begitu kuat. Ternyata, Taeyeon sempat mengalami waktu depresinya, dia bahkan sempat terjerumus ke kehidupannya yang paling kelam saat dia mulai mengonsumsi narkotika. Banyak orang yang meninggalkannya pada saat itu.

Kebanyakan dari mereka pergi begitu saja ketika ia mulai menyadari, bahwa ia harus berubah. Bahwa ia harus meninggalkan semua hal buruk yang membuatnya semakin jatuh.

Mereka pergi tanpa mengucapkan apapun. Lalu, disaat dia mulai mendapatkan kembali kehidupan normalnya, dia kembali harus mengalami kehilangan yang luar biasa hebatnya.

Bagaimana tidak, adik dan kedua orang tuanya meninggal dalam satu kecelakaan tunggal. Di saat, mereka bertiga sedang menuju ke acara ulang tahunnya yang di adakan sederhana di apartmentnya. Hanya mereka.

Namun, rasanya mimpi buruk itu sangat menyukai diri mereka saat menusuk-nusuk perlahan hati gadis itu.

Lagi, Taeyeon harus merasakan semua luka yang sama sekali tak pernah di tebaknya akan datang secara berlipat ganda. Dia semakin jatuh ke dalam lubang kesedihannya yang paling dalam hingga saat ini.

Tiffany merasa sangat iba ketika dia mendengar cerita Taeyeon. Mengetahui bahwa rumah tempatnya tinggal ketika kecil tidak ada siapapun lagi disana. Hanya ruangan dengan sepi dan kenangan yang ada di hadapannya. Dia masih sering menemukan dirinya yang terisak hebat mengetahui bahwa kini dirinya hanya sendirian di dunia.

Tak ada lagi Ayah yang selalu mencoba mengubungi anak gadisnya untuk menanyakan bagaimana kabarnya. Tak ada lagi ibu yang suka datang tiba-tiba membawakannya makanan buatannya sendiri. Tak ada lagi adik kecilnya yang selalu menjadi sumber kebahagiaan kecilnya ketika dia merasa lelah akan semuanya.

Tiffany tau, bahwa dengan dirinya yang kini berada di samping gadis ini bukanlah suatu kebetulan. Dia merasa, bahwa dia dengan seluruh persetujuan surga, memang sudah di tunjukan jalan menuju ruang hati gadis itu yang kini di penuhi dengan kekosongan.

“Aku tidak bisa berjanji bahwa aku mampu membantu menyelesaikan semua masalahmu, Taeyeon. Tetapi, aku bisa berjanji, bahwa kau tidak akan menghadapi semuanya sendiri.”

“Jika itu menyakitkan untuk melihat kebelakang, jangan lakukan. Dan jika kau takut untuk melihat kedepan, lihatlah sampingmu dan kau akan menemukan aku. Mulai sekarang.”

Taeyeon bisa menemukan pancaran ketulusan dalam tatapan gadis yang baru masuk ke dalam hidupnya baru-baru ini. Dia mengerti, jika setiap detakan jantungnya kini hanya dialah penyebabnya. Namun, dia juga tidak bisa mengungkiri bahwa setiap perkataan yang di lemparkannya barusan, mampu membuat seluruh ruang hatinya kembali di selimuti armosfir kebahagiaan.

Dia sekali lagi memanjatkan syukur pada surga, karena mereka telah mengizinkan Tiffany masuk ke gerebang hidupnya yang berantakan. Dia percaya, bahwa mungkin saja gadis inilah yang akan membenahi segala kekacauan yang ada. Dialah yang akan menyembuhkan semua luka yang terbuka lebar. Mengobati setiap incinya dengan kehadirannya yang membawa bahagian yang sederhana.

“Mungkin ini terdengar cheesy. Tapi, aku bisa mengerti kenapa aku sekarang di sampingmu, Taeyeon.”

Tidak tau apa yang mungkin merasuki Taeyeon sekarang. Dia hanya mengikuti kemana arus sungai hatinya sekarang. Karena satu tangan itu telah di gamitnya, dia mengusap lembut punggung tangan Tiffany dengan ibu jarinya seraya tersenyun syukur.

“Gomawo, Fany-ah…”


Tiffany jelas-jelas tak bisa menyingkirkan senyumnya dari tadi. Mengingat bagaimana hari-harinya berjalan semenjak ia mengenal lebih dekat sosok itu. Taeyeon, seperti nama yang akan mengawali juga mengakhiri harinya setiap saat. Jika, sekali saja ia berusaha untuk menyingkirkan nama itu, saat itu juga ia akan langsung gagal.

Tiffany mulai mempertanyakan perasaannya sendiri pada gadis yang lebih tua. Apa lagi, ia mulai menghindari pria itu yang kini sedang mempertanyakan situasi dirinya karena dia, selalu saja mengabaikan semua pesan. Gadis itu merasa aneh, dia sama sekali tak mengerti kenapa ia tak mau Taeyeon mengetahui siapa Nickhun sebenarnya.

Seperti ada rasa yang mengatakan bahwa itu bukan ide yang bagus. Dan juga, ia hanya tidak mau Taeyeon tau tentang kedekatannya dengan Nickhun karena suatu alasan yang dia sendiri bingung apa lebih jelasnya.

Bayangannya masih melayang-layang akan pertanyaan, sebelum akhirnya ada pesan masuk yang sampai di layar telfon genggamnya.

Taeyeon : Hey, sleep?

Tiffany menarik sudut bibirnya untuk mengembangkan senyum ketika mengetahui siapa yang baru saja mengirimnya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa dia merasakan bahagia yang teramat sangat setiap kali ia tau, bahwa Taeyeon mengiriminya pesan.

Ini sudah lebih dari dua minggu keduanya mengenal satu sama lain. Mereka berdua sudah banyak bertukar cerita, menghabiskan waktu bersama, dan saling berbagi tawa. Keduanya tidak  bisa membohongi bahwa masing-masing selalu mendambakan waktu-waktu yang mereka lewati bersama.

Taeyeon sendiri, mulai bisa merasakan dirinya yang sempat mati itu seperti kembali hidup. Tiffany bagaikan penyulut api kebahagiaan yang sempat padam di hatinya. Ia akan merasakan jantungnya yang berdebar tak karuan setiap kali menatap kedua bola mata memabukkan  milik gadis itu. dia akan  menemukan dirinya tenggelam semakin dalam dan dalam, karena terkesima dengan pesona yang dia punya.

Tiffany mempunyai sifat yang sempurna, pikirnya. Ia terkadang dingin, namun, dia juga penuh perhatian dan hangat di saat yang besamaan. Taeyeon menyukai bagaimana dia akan tertawa pada candaanya, dan dia ingin mendengar tawa itu lagi dan lagi. Tidak pernah sekalipun, nama itu beranjak dari kepalanya.

Sedikit demi sedikit, dia mulai menyadari perasaan lain yang mungkin tumbuh. Ia juga dapat melupakan rasa sakit akibat di tinggalkan oleh Ji Eun.

dia mulai merasakan luka itu yang tertutup seiring kehadiran Tiffany dalam hidupnya.

Tapi, dia masih belum mau mengakui ini sepenuhnya. Dia hanya tidak mau memperburuk situasinya dengan gadis itu yang kini selalu berhasil membuat senyumnya mengembang liar.

Tiffany : Nope ☺️

Taeyeon  : Uhm, good. I was thinking that I might bother you.

Tiffany : You’re not, Taeyeon. Don’t worry much

Taeyeon : Okay 

Tiffany : Where are you?

Taeyeon : Still recording 

Tiffany : At this hour? Really?

Tae : Really… im exhausted.☹️

Tiff : Aww.  don’t overwork yourself… you’re not skipping your dinner right?

Tae :  Sorry…

Tiff : Yah. You promised!

Tae : Mian…

Tiff : Eat your late dinner first, and I’m gonna forgive you.

Tae : I’m not hungry…

Tiff : Still, Tae…  where are you?

Tae : At SM?

Tiff : Ah… okay. I gotta go, now.

Tae : Where to? It’s late! Don’t go outside by yourself!

Tae : Tiffany! do not ignore me!

Tae : Hwang!

Taeyeon 22 Missed Calls.

Tiffany sempat tertawa pelan tanpa bersuara ketika melihat layar handphonennya. Lalu dia kembalikan pandangannya pada punggung itu yang kini membelakanginya disana.

Sosok itu terlihat sedang sibuk mencoba menghubungi seseorang.

“Maaf menganggu, Siwon-ssi.”

“Ah iya…”

“Apa Tiffany di rumah? Dia tidak keluar kan?”

“Tidak… aku hanya ingin memastikan.”

“Aku tau… aku hanya sedikit khawatir.”

“Aku harap dia keluar bersama seseorang…”

“Ah iya, aku harap juga begitu. Maaf menganggu Siwon-ssi. Selamat malam.”

Tiffany lagi-lagi harus di buat tersenyum karena perlakuan sosok itu. Dia tidak bisa memungkiri  bagaimana bahagia itu di rasakannya ketika mengetahui bahwa Taeyeon mengkhawatirkannya. Bahkan, hingga dia menghubungi kakaknya untuk menanyakannya sendiri. itu berarti, dia benar-benar peduli dan mengkhawatirkannya.

“Taeyeon…”

Gadis itu lalu berbalik untuk menemukan sosok yang di khawatirkannya sedari tadi. Yang telah ia coba untuk hubungin namun nihil hasilnya.

Dia hanya terdiam heran membiarkan Tiffany terus memajukan langkahnya. Agak sulit untuk mencerna semuanya sekarang. Di karenakan situasinya yang berbeda dari sebelumnya.

Taeyeon cukup terkejut unuk menemukan gadis itu kini ada di depannya. Bagaimana tidak, sedetik yang lalu dia baru saja kepalang kabut karena di buat khawatir olehnya. Lalu sedetik kemudian, dia telah ada di hadapannya.

“Aku memutuskan untuk membawakanmu makan malam. Jika tidak, kau pasti akan melewatkannya sekalipun kau berbohong.”Katanya seiring berjalang menghampiri gadis yang masih terdiam.

Saat  dia berdiri tepat di hadapannya. Dia hanya mendapati Taeyeon yang masih bungkam menatapnya.

“Aku harap, aku tidak mengganggumu.”Katanya sekali lagi,

Namun apa yang terjadi selanjutnya mampu membuat Tiffany berhasil kehilangan seperkian detak jantungnya.

Taeyeon menariknya dengan lembut untuk di dekapnya. Meletakan dagunya di bahu gadis yang kini tercengang.

Jujur ini adalah kali pertama mereka sejak kejadian di atap itu. Saat Tiffany menemukan Taeyeon yang hampir jatuh pingsan.

Tiffany tidak bisa memungkiri bahwa kini ruang hatinya seperti mengadakan konser dadakan. Dan semua itu terjadi hanya karena seseorang yang akhir-akhir ini ikut menggambar di kanvas hariannya.

“Berhenti membuatku khawatir, Hwang. Ini sudah sangat larut.”

Tiffany hanya tidak tau, Jika sosok itu kini justru larut merasakan dirinya yang kini bisa mendekap sosok yang sangat di kaguminya sekarang.


“Jangan seperti ini lagi, Tiffany.”

“Atau at least, kau harus mengabarkanku kemana kau akan pergi dan bersama siapa.”Taeyeon agak mengutuk dirinya karena mengatakan itu. Dia merasa bahwa dirinya terlalu berlebihan. Dia bahkan tak mempunyai hak untuk itu.

Namun dia tidak menyadari senyum simpul yang tertera di wajah gadis yang lebih muda.

Tiffany justru menyukai bagaimana Taeyeon akan memberikan perhatiannya setiap kali dia melakukan kecerobohan.

“Bukan maksudku–“

“Tentu. Aku akan mengabarimu lain kali.”Tiffany lebih dulu memotong perkataan gadis itu.

Taeyeon hanya tersenyum lembut mendengar itu. Dia bersyukur jika gadis itu mengerti niat baiknya. Di samping itu, dia juga bahagia mengetahui bahwa Tiffany mau melakukan sesuatu yang ia pinta. Apalagi hal ini terkesan sangat sensitif.

Gadis itu mulai berfikir, jika Tiffany mungkin saja merasakan hal yang sama tentangnya.

“Bagaimana jika kau makan sekarang? Aku khawatir ini akan dingin jika kau simpan untuk nanti.”kata Tiffany sembari mengeluarkan kotak makan dari tasnya.

Sementara diam-diam Taeyeon hanya bisa menarik senyumnya. Tidak bisa di pungkiri bagaimana dia sangat bahagia mengetahui bahwa masih ada orang yang mau memperhatikannya. Dia tidak punya siapapun di dunia ini. Namun tampaknya kehadiran Tiffany telah membantah fakta itu.

“Aku tidak ingat terakhir kali, seseorang membawakanku makanan.”Tukas Taeyeon pelan namun dapat terdengar oleh gadis itu yang kini sibuk dengan beberapa rantangnya.

Tiffany sempat terdiam mendengar itu, sebelum akhirnya mendongak untuk menemukan tatapan lembut Taeyeon. Dia mengerti betul, apa yang kini penyanyi itu maksudkan.

“Sekarang kau punya aku, Taeyeon-ah.”

“Kedepannya, aku yang akan melakukan ini untukmu.”Ujarnya tak kalah lembut. Itu membuat gadis berambut hitam tau betul, jika dia sudah melewatkan setiap degupan jantungnya daritadi.

“Terimakasih, Fany-ah…”

“Tentu,”

“Mau aku suapi?”

Senyum Taeyeon kembali mengembang liar. Dia mengangguk dengan semangat, membuat gadis yang ada di hadapannya terkekeh pelan.

Lalu keduanya larut dalam berbagai pembicaraan mengenai karir Taeyeon. Sembari Tiffany menyuapi artis itu dengan sabarnya sembari mendengarkan penjelasannya dengan baik.

Kini gadis itu tau, bahwa Taeyeon memang sedang merencanakan album barunya setelah beberapa lama cuti. Bahkan, di perkirakan bahwa dia akan memiliki konser tunggal ketika album ini rilis.

Tiffany pikir, ini adalan rencana yang sempurna mengingat situasi Taeyeon yang sempat sangat buruk. Menurutnya, ini akan menjadi comeback yang cocok untuk kembali menginjakan kakinya dan terus melangkah maju sebagai bintang yang akan terus bersinar dan tak pernah redup di malamnya.

“Jadi, mungkin aku akan mengadakan konsernya di sekitar Asia.”

Tiffany kini entah mengapa tersenyum bangga ketika mendengar itu. Tak bisa di pungkiri bahwa dia kini merasa turut bahagia akan itu.

“Kau pasti bisa melakukannya, Taeyeon-ah.”Ujarnya pelan. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Dia diam-diam bersyukur karena memiliki gadis ini di dekatnya sekarang juga.

Mereka kembali melanjutkan pembicaraan mereka saat seseorang memasuki ruangan rekaman ini.

“Oh, Noona!”Kata pria itu sembari berjalan mendekat. Membuat Tiffany lebih dulu berdiri karena sedikit terkejut. Taeyeon hanya terkekeh pelan,

“Oh, Minho-ya.”Balasnya sembari menepuk pelan punggung itu. Sementara Tiffany hanya terdiam sembari menyunggingkan senyumnya pada pria itu yang kini terlihat terpana akan kehadirannya.

“Woah, siapa ini, Noona? Kenalkan lah padaku.”Katanya lagi, namun kali ini gadis itu hanya bisa menjitaknya pelan.

“Yah.”

“Mian, Mian aku hanya bercanda.”

“Minho.”Ucapnya serasa menjulurkan satu tangannya untuk di sambut gadis itu. Tiffany hanya sempat tersenyum hangat,

“Tiffany.”

Entah mengapa, Taeyeon merasa tidak nyaman melihat senyum mengembang pria yang di anggapnya adik sendiri ketika melihat Tiffany.

“Aku baru melihatmu disini, Noona.”

“Ah iya, sebenarnga aku sudah beberapa kali kesini untuk menemani dia.”Jawab Tiffany agak malu untuk mengakuinya. Dia bisa merasakan kedua pipinya yang menghangat.

Sementara Minho hanya melemparkan senyum jahilnya untuk gadis berambut hitam itu yang kini terdiam.

“Kau tidak pernah memberitahuku, bahwa kau mempunyai teman secantik ini, Noona.”Kata Minho sekali lagi dengan nadanya yang sedikit manja.

“Yah. Untuk apa? Tsk!”

Minho dan Tiffany hanya terkekeh pelan mendengar respon Taeyeon yang sedikit lucu.

“Biar kutebak, pasti Tiffany Noona kan yang ada di foto itu kemarin? Kau tau?”

“Berita apa?”Tanya Tiffany masih terheram,

“Kau bahkan tidak tau? Nama Taeyeon Noona justru menjadi topik yang panas di Naver karena foto kalian berdua di suatu tempat makan.”

“Tapi untungnya, mereka tidak berhasil mendapatkan gambar wajahmu.”Jawab lagi Minho pada Tiffany membuat gadis itu sempat terdiam bertanya-tanya.

Taeyeon juga ikut terdiam. Dia juga, tidak tau menau tentang ini. Namun, yang jelas ia juga merasa sangat tak enak dengan gadis ini sekarang. Bagaimanapun, dia hanya tidak ingin membuat Tiffany merasa tak nyaman lagi untuk berada di dekatnya.

Setelah sempat berbincang bersama, kini hanya mereka berdua lagi yang ada di ruangan ini.

“Maaf untuk berita itu.”

Tiffany menarik sudut bibirnya untuk tersenyum, “Hey, tenanglah. Ini bukan suatu masalah besar.”

“Tetap saja, mereka hampir saja mendapatkan gambarmu.”

“Aku tidak masalah, Taeyeon.”

“Kau tidak mengerti jika media nanti mengetahui tentangmu, Tiffany. Akan ada banyak masalah yang akan datang untukmu.”

Tiffany sangat menyukai setiap kali Taeyeon memperhatikan setiap detail semua yang telah di lakukannya. Ini membuatnya merasa seperti salah satu orang yang penting di mata Taeyeon.

“Aku tidak peduli. Aku yang memilih untuk menghabiskan waktu denganmu. Ingat?”

“Aku ingin menjadi temanmu, Taeyeon. Biarkan aku masuk ke dalam hidupmu apapun resikonya.”


Setelah malam itu, tidak bisa di pungkiri bahwa Taeyeon menginginkan gadis itu untuk terus berada disampingnya lagi dan lagi. DIa akan menyempatkan dirinya menjemput Tiffany di kampusnya dan mereka akan berbagi cerita dan menghabiskan waktu bersama. Dia menyukai bagaimana Tiffany akan mulai menyesuaikan dirinya terhadap situasinya saat ini.

Seperti ketika mereka sedang berjalan di pinggiran kota, Tiffany akan otomatis memberitahunya untuk segera memakai topi hitamnya untuk menghindari paparazzi. Pernah sekali mereka tertangkap oleh kamera, namun Tiffany lebih dulu menariknya untuk mencegah sesuatu yang lebih terjadi. Bahkan dia tidak keberatan jika wajahnya juga tertangkap di kamera yang sama.

Itu di lakukan Tiffany karena sudah beberapa kali, Taeyeon  mendapatkan perlakuan kasar oleh beberapa paparazzi karna dia menolak untuk di ambil gambarnya. Gadis itu bahkan mendapatkan dorongan yang keras hingga hampir terjatuh. Tiffany yang tak terima, terus menjadi tamengnya dan berusaha melindungi si penyanyi dari apapun.

Tiffany juga kadang terlalu sibuk untuk itu, sehingga dia kurang memperhatikan berita-berita terbaru bahwa dirinya mulai terkuak di public. Untung saja, beberapa foto itu hanya mampu menunjukan bagian kecil dari papan wajahnya. Jadi, tak seorangpun bisa mengenalinya saat bersama Taeyeon.

Taeyeon tau, jika dia juga harus melindungi privasi Tiffany. jadi, dia juga sering meminta gadis itu untuk sekedar menggunakan masker hitam di saat mereka tengah berada di jalan. Setidaknya, hanya itu yang bisa di lakukannya untuk menjaga gadis itu dari bahaya apapun. Bahkan kucilan atau cacian sekalipun.

Tiffany juga akan menyisakan waktu luangnya untuk sekedar menemani gadis itu untuk rekaman, atau membantunya membuat lirik lagu dengan ide-idenya. Dia sedikit banyak, telah mengambil peran dalam projek baru si penyanyi muda itu.

Taeyeon tidak yakin, jika dia siap untuk menerima kenyataan bahwa Tiffany benar-benar hanya melihatnya sebagai teman. Di saat dia mulai menyadari, bahwa dia mulai jatuh perlahan untuk sosok ini. Di lain sisi, dia tidak bisa membunuh dengan tega setiap detakan yang di sebabkan oleh gadis itu.

Dia selalu berusaha untuk selalu mengingat perkataan gadis itu setiap kali dia ingin berbalik melihat masa lalunya. “Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat, Taeyeon-ah.” “Aku disini, aku tidak akan meninggalkanmu.”

 

“Kau menyukai aromanya?”Tanya Taeyeon setelah memperhatikan mimik  muka Tiffany setelah menghirup sedikit kertas kecil itu.

“Kupikir, baunya manis.”Jawabnya cepat,

“Kalau begitu, aku akan mengambil ini.”

“Kau juga menyukainya? Ku pikir kau hanya menyukai yang baunya seperti laut.”

“Untukmu.”Tukas  Taeyeon cepat langsung berlalu menuju kasir. Membuat Tiffany lagi-lagi hanya bisa terdiam kaku. Ini sudah kesekian kalinya si penyanyi selalu memberikannya sesuatu. Dia sebenarnya merasa sangat tidak enak, tetapi Taeyeon mengatakan bahwa itu akan menyakitinya jika dia tidak mau menerimanya.

Itu membuat Tiffany tidak pernah mempunyai pilihan lain.

“Taeyeon-ah, tapi kau baru saja memberikanku jam tangan.”

Taeyeon lalu menoleh untuk menemukan gadis itu yang kini berada di sampingnya.

“Karna itu terlihat cantik di pergelangan tanganmu.”Jawabnya pelan, sementara mereka tak menyadari si gadis kasir hanya bisa tersenyum mendengar interaksi antara keduanya.

“Aku tidak mau merepotkanmu, Taeyeon-ah.”

“Aroma ini cocok untukmu.”Katanya cepat lalu menyelesaikan pembayarannya.

“Terimakasih, datang kembali.”Kata kasir seraya tersenyum hangat pada keduanya. Taeyeon dan Tiffany lalu pergi meninggalkan toko ternama itu.

“Terimakasih, Taeyeon-ah…”Tukas Tiffany pelan agak malu-malu. Semburat merah di wajahnya dapat dengan jelas di tangkap oleh Taeyeon.

“Tentu”

Mereka kini sedang berjalan beriringan untuk menuju tempat selanjutnya. Terlihat saling bercengrama dan bergurau bersama. Sesekali Tiffany akan dibuat malu dengan berbagai pujian yang di lemparkan Taeyeon untuknya.

Sebelum telfon genggamnya kembali berdering,

“Tiffany. Kau kemana?”

“Keluar. Bersama temanku, Oppa.”

“Bisakah kau pulang sekarang? Aku harus kerumah sakit tiba-tiba. Dan tidak ada yang menjaga sarah di rumah.”

“Yah. Ini hari liburmu, Oppa.”

“Aku tau… tapi mau bagaimana lagi?”

“Aish, padahal aku sudah berjanji pada temanku ini.”

“Ayolah sekali saja…”

“Yasudah, yasudah. Hanya kali ini!”

“Now, that is my lovely sister! Thankyou!”

“Lovely my ass.”


“Tiffany, ada apa?”Tanya Taeyeon setelah dia selesai membayar belanjaannya. Melihat Tiffany yang masih tetap sama dengan ekspresi sebelumnya.

“Taeyeon, aku rasa aku tidak bisa pergi bersamamu hari ini.”Jawabnya setelah beberapa saat terdiam memikirkan jawaban.

“Kenapa?”Tanya gadis itu dengan nada sedikit kecewa.

“Kau tau… Oppaku ada pekerjaan mendadak di rumah sakit dan tidak ada yang menjaga adikku dirumah.”

Taeyeon sempat menghela napasnya pelan menandakan dia sedikit kecewa. Melihat itu, Tiffany merasa tidak enak. Bagaimanapun dia telah berjanji padanya.

“Uhm, you can join me. Only if you want too.”Tukas pelan Tiffany,

“Jjinja!?”Kini kedua mata itu seperti berbinar mendengarnya. Dan Tiffany tidak tau apa yang lebih menggemaskan dari itu.

Gadis itu lalu hanya mengangguk cepat.

“Let’s go then!“Taeyeon langsung menarik satu lengan gadis itu untuk di tariknya. Sementara dia hanya terkekeh pelan mengikuti kemana Taeyeon menariknya.

Sama sekali tak menyadari, bahwa beberapa orang terlah berhasil  mengabadikan momen mereka bersama.

[HOT PICS! TAEYEON AND HER NEW GF!?]

11142806_1624749731088808_383124589_n

Sistpatch.co.kr

78+ 71- Yah. Siapa gadis sial itu!?

100+ 20- Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Siapa tau dia hanya teman atau sahabatnya? Lagipula, aku mendengar bahwa Taeyeon tengah dekat dengan seseorang lainnya.

20+ 57- Siapa peduli dengan kehidupan pribadinya!? Biarkanlah dia./

200+ 10- SAY GOODBYE TO JI EUN!

320+ 12- Sial… aku pikir ada kesempatan untuk penggemar mengencaninya juga…


“Uhm, Taeyeon… ku harap kau tidak akan terkejut nanti tentang sesuatu.”

“Dan apa itu, Tiffany?”

“Ada sesuatu tentang adikku yang mungkin akan membuatmu tidak nyaman.”Kata

Tiffany merendahkan volume suaranya. Namun, gadis yang menyetir di sampingnya hanya terkekeh pelan.

“Aku rasa aku akan menyukai adikmu, Tiffany.”

“I don’t think so…”

“Why?”

“She is loud.”

“Ow, that is cute, tho.”

“It’s not.”

“It is, Tiffany.”

“Thankyou for the perfume bytheway.”Tukas Tiffany cepat tanpa berfikir untuk menghentikan topik tentang adiknya. Dia hanya akan membiarkan semuanya terjadi nanti. Yang harus terjadi, terjadilah.

Walaupun ia tidak yakin, respon apa yang akan di dapatkannya dari si penyanyi tentang adiknya.

Your welcome, Beautiful.”Balas Taeyeon merasakan pipinya yang menghangat karna secara tidak langsung tengah menggoda gadis itu.


“Aku harap kau tidak akan berbalik dan lari ketakutan.”Ujar Tiffany pelan pada gadis yang ada di sampingnya yang kini hanya bisa terkekeh pelan.

Mereka kini tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Menunggu ini terbuka setelah Tiffany mengetuknya untuk beberapa kali. Keduanya hanya terdiam, sebelum pintu itu mulai terbuka secara perlahan. Memberlihatkan seorang gadis kecil yang kini sedang mengucek matanya. Kelihatan seperti habis bangun tidur.

Dia melihat kearah kakaknya pertama, lalu melemparkan pandangannya pada gadis yang ada di sebelahnya dan sempat terdiam untuk beberapa saat. Pandangannya agak kabur karena sinar yang menyinari di belakang mereka.

“Sebaiknya aku mengikuti saranmu untuk tidak menonton video Taeyeon sebelum tidur. Sepertinya aku berhalusinasi lagi sekarang, Tiffany.”Katanya justru kembali melihat kearah kakak perempuannya. Menatapnya dengan polos.

Sementara si penyanyi hanya bisa tersenyum geli mendengar itu. untuk sesaat, dia mengagumi kecantikan gadis kecil yang ada di depannya. Dia semakin tak heran, jika keluarga Hwang memang mempunyai paras yang mempesona. Terlebih lagi, Tiffany.

Dia juga menemukan gadis kecil itu sangat menggemaskan dengan muka bangun tidur juga perkataannnya barusan. Taeyeon bisa merasakan perasaan hangat itu kembali  mengelilingi ruang hatinya.

“Sarah, bagaimana jika aku katakan, ini bukan halusinasimu?”Kini Taeyeon berlutut di hadapan gadis kecil itu. dia tersenyum hangat,

Membuat gadis itu hanya bisa tenganga ketika dia bisa merasakan sentuhan lembut telapak tangan seseorang di hadapannya mendarat halus di pipinya.

Dia lalu menatap kakaknya yang kini hanya terkekeh pelan. Lalu mengembalikan pandangannya pada wajah yang kini tak berada jauh di hadapannya.

“Tiffany, aku rasa aku baru saja merasakan Taeyeon menyentuhku… aku tidak tau.. jika halusinasi bisa seperti ini…”

“Sarah, ini bukan halusinasi. Bagaimana jika aku membuktikannya padamu?”Tanya Taeyeon mengharapkan perhatian gadis kecil ini lagi kembali padanya. Karena dia hanya sibuk menatap kakak perempuannya yang hanya diam-diam terkekeh.

“Okay, buktikan.”Ini terdengar aneh baginya karena dia merasa tengah memerintahkan halusinasinya untuk melakukan sesuatu.

“Hmm.. bagaimana jika aku, menyanyikan sedikit laguku?”

“Mana yang paling kau suka?”

“Aku tidak percaya jika aku kini berbicara dengan halusinasiku sekarang…”Sarah justru menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terpejam. Berdecak. “tsk.. tsk..”

Itu membuat Taeyeon kembali terkekeh, “Hey, sebutkan saja laguku yang paling kau suka.”

“Oke. Gemini?”

“Of Course.”

“Oh gieokhaejwo uri

johaseo Geuri

ulgo tto useossdeon

Cheoeum geu siganeuro dora gal su issge you

Neul hamkkeyeossdeon uri talmagan uri

Nan neoreul ilhneun geon sangsangdo hal su eopseo

Hanayeossdeon me and you

You you you yeah oh yeah”

Jelas saja, kali ini suara indah nan lembut tak hanya mampu membuat gadis kecil itu tercengang hebat. Melainkan, sosok kakaknya juga kini terdiam karena sedikit terkejut jika suara Taeyeon bahkan akan seindah ini sekalipun dia tidak ada persiapan.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!”

“Aku sudah bilang padamu, bahwa dia itu berisik.”


Disaat Taeyeon kini masih menikmati waktunya bersama Sarah. Tiffany hanya tidak bisa meluputkan senyum itu dari bibirnya. Ini benar-benar seperti sumbu kebahagiaan yang kini menjalar di ruang hatinya.

Bagaimana tidak, selain dia bisa melihat senyum mengembang Sarah karena dia bisa menemui idolanya. Dirinya entah kenapa merasa seperti, seseorang yang bahagia melihat kedua orang yang di pedulikannya bisa bergurau bersama.

Walaupun ini kali pertama Taeyeon bertemu dengan adiknya. Tiffany bisa merasakan gadis itu yang sangat nyaman bermain dengan adik kecilnya itu. Dia bisa melihat bagaimana kedua matanya akan memancarkan ketulusan untuk sekedar bermain dan tertawa bersamanya.

Ia tidak mengerti semua di mulai sejak kapan dan seperti apa pengaruhnya. Ia hanya menemukan dirinya yang merasa sangat nyaman setiap kali sosok itu berada di dekatnya.

Tiffany merasa sedikit egois karena mulai menginginkan gadis itu ada di sampingnya lagi dan lagi.

Dia bisa merasakan dinding dingin kokoh yang membentang di luasan hatinya semakin runtuh dan runtuh dengan kehangatan yang Taeyeon milikki. Ia tau, jika dirinya kini menganggap gadis itu sebagai teman baik. Tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang berkata lain. Dan dia masih tidak mengerti akan itu. Bahkan jika dia berusaha mencari jawabannya sekalipun.

“Tae-tae.”

“Bagaimana dengan itu? Bisakah aku memanggilmu itu?”Tanya Sarah yang kini masih berada dalam pangkuan Taeyeon. Gadis itu terkekeh sebelum mengangguk,

“Tentu! Kau bisa memanggilku dengan apapun.”Jawabnya lembut. Sarah kini hanya bisa menatap sosok itu dengan lamat-lamat. Ia masih tidak menyangka dengan apa yang kini pandangannya tangkap.

“Ini terasa seperti mimpi, Tae-tae.”Ujarnya pelan, matanya berkaca-kaca. Taeyeon yang melihat itu hanya busa tersenyum bahagia. Dia membelai lembut rambut panjang gadis kecil itu.

“Tapi ini bukan mimpi, Sarah-ya. Aku disini.”Jawab Taeyeon, memuat gadis kecil itu sekali lagi bisa merasakan bahagia yang meluap-luap.
Melihat itu, Taeyeon lalu menarik gadis kecil yang ada di pangkuannya ke pelukannya.

“Don’t cry…”Ujar Taeyeon sembari mengusap punggungnya lembut. Meletakan dagunya di atas kepala adik dari seseorang yang kini ikut menghiasi jalan cerita hidupnya.

Mata Taeyeon dan Tiffany kini bertemu. Seperti ada sesuatu yang berbicara di dalam sana dan keduanya tak yakin apa itu. Namun, Taeyeon semakin menyadari, bahwa ada sesuatu dalam diri gadis itu yang mampu untuk menghidupkan kembali jiwanya yang telah mati.

Entah dengan kehadirannya yang tiba-tiba, atau serangkaian bahagia nan berarti yang ia bawa bersama kedatangannya. Contohnya seperti sekarang, ia bisa menemukan seorang gadis kecil yang telah lama mengaguminya. Yang entah bagaimana rasanya, Taeyeon bisa langsung menyayanginya seperti adiknya sendiri.

Mungkin, bisa karena dia juga merindukan mendiang adiknya. Kehadiran Sarah seperti sosok penggantinya yang bisa menyulutkan lagi api kebahagiaan dalam dirinya.

Namun, kehadiran Tiffanylah yang baginya. Mampu mengubah seluruh jalan cerita hidupnya yang sebelumnya sudah di tentukan alurnya. Dia membuat ini menjadi semakin cantik dan berwarna.


“Taeyeon-ah, Terimakasih untuk hari ini. Maaf kau harus menghabiskan waktumu disini.”Ujar pelan Tiffany pada gadis yang ada di sampingnya. Taeyeon kini tengah membelai lembut rambu sarah yang tertidur di pangkuannya.

Dia menoleh untuk menatap Tiffany heran, “Please don’t say that. I really enjoy the time i spent with you two.”

“Still…”

“Tiffany, aku tidak peduli jika kau mempercayaiku atau tidak. Tetapi, aku merasa betuntung untuk bisa bertemu Sarah hari ini.”Katanya, intonasinya di lembutkan. Dia kembali menatap gadis kecil itu yang kini mulai di sayanginya.

“Kau tau… terkadang aku merindukan Hayeon. Dan entah bagaimana, Sarah mengingatkanku padanya. Rasanya seperti Hayeon ada di pangkuanku sekarang.”Tambahnya lagi, kali ini sukses membuat Tiffany merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti ruang hatinya.

Tidak bisa di pungkiri bagaimana bahagianya dia mengetahui bahwa kehadirannya dan adiknya sedikit banyak mampu membunuh rasa rindu itu yang kadang muncul untuk Taeyeon.

“Jadi… jangan pernah berkata seperti itu lagi. Kumohon?”

“Bertemu denganmu, mungkin adalah salah satu hal yang paling aku syukuri untuk saat ini.”

“Kau membawa banyak perubahan. Kau adalah sosok dimana aku bisa mencurahkan semua isi hatiku tanpa ragu, kau seperti orang ini yang memang sengaja surga kirim untukku di saat yang tepat. Lalu, tidak hanya itu. Kau datang membawa Sarah disaat aku merindukan sosok adik yang baru saja pergi dari sisiku selamanya.”

“Kau di sampingku adalah suatu alasan kenapa Tuhan kini telah memberiku awal dari pelangi di antara banyak badai yang telah dia berikan padaku.”

Dengan itu, entah kenapa sukses membuat Tiffany merasakan sesuatu yang kini membuncah hebat di ulu hatinya. Ini aneh untuk mengakui bagaimana hatinya kini berdebar tak karuan seiring perkataan itu keluar dari bibir di penyanyi.

Bahkan dia bisa merasakan matanya yang kini pasti sedikit berair. Karena pandangannya kini kabur hanya untuk melihat Taeyeon di sampingnya.

“Terimakasih, Tiffany. Untuk memilih menghampiriku, malam itu. Terimakasih untuk tidak pergi, seperti yang orang lain lakukan.”

Taeyeon kini meletakan satu tangannya di atas punggung tangan Tiffany. Dia tersenyum lembut kearahnya. Dan gadis itu hanya bisa merasakan air matanya yang semakin menghilangkan pandangan.

Dan saat ini juga dia menyadari, bahwa perasaannya bagaikan,  Daun jatuh yang tak pernah membenci angin. dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Termasuk perasaannya.

Dia ingin sekali percaya pada perasaannya kali ini. Dia hanya tidak siap, jika mungkin kedepannya Tiffany akan meninggalkannya seperti yang orang lain lakukan. Namun, ia lebih memilih untuk menyingkirkan pemikiran itu dengan segera ketika menyembul keluar.

Dia percaya, Jika dua orang ditakdirkan bersama, maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu.


KIM TAEYEON’S NEW GIRLFRIEND?

3db96c64bb8f2b3f55051559589f5f8c

SISTPATCH.co.kr –

Sahabat? Kita rasa tidak. Baru-baru ini,  mereka terlihat bersama saat meninggalkan lokasi syuting Taeyeon. Juga, kembali tertangkap tengah berdua di salah satu brand ternama di mall. Ada yang bilang, bahwa Taeyeon hendak memberikan gadis yang tak di ketahui namanyanya ini sebuah perfume sebagai hadiahnya.

Hari ini, keduanya lagi-lagi terlihat meninggalkan salah satu tempat makan di kawasan Cheongdam-dong bersama.

78+ 71- Yah. Aku rasa mereka benar-benar pacaran!

128+ 40- Siapa peduli, jika dia kekasihnya atau bukan. Lagi pula, jangan abaikan fakta bahwa gadis itu benar-benar cantik!

100+ 20- Sial… Kim Taeyeon… selalu saja mendapatkan seorang dewi.

320+ 12- Taeyeon telah melewati banyak  hal yang sulit. *Untuk Ji Eun, kau bisa pergi ke laut.

\


GROUP CHAT (Tiffany, Jessica, Sooyoung, Yuri, Yoona)

Jessica : (link to sistpatch article)

Jessica : Hwang. Aku butuh penjelasan.

Sooyoung : SHIT! Are you being serious right now?😱

Jessica : I am!🙄

Yuri : Omo. Daebak! Aku tidak pernah membayangkan Tiffany bisa menjadi kekasih seorang penyanyi besar. Kupikir, dia akan menjadi istri rumahan Nick.😉😏

Tiffany : YAH!

Yoona : Aigoo. Sebaiknya kau cepat jelaskan atau aku akan mati jantungan, Unnie.😰

Tiffany : Eung…🙃

Jessica : HWANG! Kita harus bertemu sekarang, atau tidak sama sekali!

Sooyoung : Kalau bisa, bawa si Kim Kim itu juga!😱😱

Tiffany : Gotta go, bye.

Jessica : YAH!!!!! AKU AKAN MEMBUNUHMU DI KAMPUS!

Sooyoung : Brutal sekali…😰

 

 ______

Kau sudah membaca beritanya?”

Tiffany terkekeh pelan mendengar pertanyaan itu yang berasal dari seseorang di seberang sana.

“Kalau Jessica tidak mengirimnya di grup. Aku rasa aku tidak akan mengetahui tentang itu.”

“Jessica?”

“Dia salah satu dari sahabatku.”

“Ah…”

“Kau tidak perlu khawatir, Taeyeon. Aku tidak keberatan untuk itu.”

“Tapi, mereka telah mencantumkan informasi yang salah.”

Tiffany kembali tertawa pelan, “Maksudmu, aku sebagai kekasihmu?”

“Hm…”

“Haha, It’s okay Taeyeon. Aku yakin, semua orang akan berpikiran seperti itu mengingat kita selalu bersama akhir-akhir ini.”

“Maaf untuk membawamu ke dalam urusanku, Tiffany.”

“Hey.. don’t say that, please.. I’m perfectly fine.”

“What do I do, Tiffany? now even if I close my eyes, I can see your face. I can’t do anything about it.”

“Cheesy, Taeyeon-ah..”Tiffany bisa merasakan kedua pipinya yang menghangat hebat. Dia bahkan kini tengah memeluk bonekanya dengan erat mendengar itu. tak bisa menyembunyikan senyumnya yang mengembang liar karena perkataan Taeyeon.

“Am I allowed to be this happy?  Tell me this isn’t a dream.”

“It’s not, Taeyeon..”

“Thank you, Tiffany. Promise you will never leave me, please?”

“I will never leave you. I promise.”

“ I’ll always be here, Tae…”

img_0014


 

ig : @jazzatta

105 thoughts on “NIGHTLIGHTS CHAPTER THREE BY JAZZ

  1. Kisah mereka mengalir manizzz…
    Ikut bahagiaa ngelihatnya…
    Kekekeke…
    Udahh thorrr…
    Buat mereka bahagiaaa…
    I like it….
    Hehehehhehe

    Like

Leave a reply to dongsaeng Cancel reply