BLIND (ONESHOOT) BY JAZZ

Hello Locksmith! Back to jazz here!

Actually, this is my 2nd one shoot.

Enjoy!

Your author-nim

jazz

Taeyeon hanya bisa terus tersenyum hangat mendengar kekasihnya mengeluh tentang semua hal yang tidak akan bisa di lakukannya. Mereka sudah bersama sejak tahun pertama memasuki jenjang kuliah di mulai.

Tayeon adalah mahasiswi yang tidak kedapatan teman sekamar ketika itu, namun setelah beberapa minggu kemudian. Tiffany pindah ke Seoul untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda.

Itulah bagaimana mereka bertemu.

Mereka mempunyai sifat yang berbeda, kebiasaan yang berbeda dan kemampuan sosial yang berbeda. mereka tidak pernah berbagi teman, dunia mereka berbeda.

Tapi di luar dari itu semua, mereka mempunyai suatu hal yang membuat keduanya bisa menjadi teman bahkan sahabat. Setidaknya seperti itulah, sebelum mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan.

Mereka banyak melakukan hal bersama ketika menjadi teman sekamar. Tempat favorit mereka adalah balkon ruangan mereka yang menghadap langsung ke arah hamparan luas daerah kampus.

Berbagi cerita, tawa juga kehangatan yang setiap saat menyelimuti mereka

Mungkin, justru karna semua perbedaan itulah, keduanya bisa mempelajari hal-hal baru dan manghabiskan waktu yang menyenangkan bersama.

Setelah setahun tinggal bersama, Tiffany menyatakan rasa sukanya pada gadis berambut hitam yang mempunyai bola mata yang memikat itu.

Pada awalnya, Taeyeon enggan untuk menerima pengakuannya karna kondisi yang ia jalani sekarang.

Taeyeon kehilangan satu kakinya ketika ia berumur sepuluh tahun karna kecelakaan. Insiden itu juga mengakibatkan dia kehilangan sosok ibu dan adiknya yang sangat-sangat cintainya.

Hanya dia dan sang Ayah yang selamat dari memori mengerikan itu.

Keluarganya cukup kaya untuk memasangkan kaki palsu untuknya. Namun, tetap saja dia membutuhkan tongkat berjalan untuk membantu kegiatannya agar lebih mudah.

Memakan waktu lama untuknya meraih tempat tujuan jika berjalan.

Ia kadang juga harus di bantu oleh teman-temannya karna kaki yang sehat terkadang terasa nyeri akibat rusaknya organ di dalam. Terutama syarafnya.

Taeyeon takut bahwa kondisinya bisa menjadi suatu hal yang merepotkan untuk Tiffany. karena dia adalah seorang gadis yang aktif, tidak seperti Taeyeon yang suka menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat yang tenang dengan buku sketsa-nya. Tiffany adalah anggota dari club renang di kampusnya. Dia adalah bintang yang sedang bersinar di bidangnya.

Tiffany juga merupakan mahasiswi yang mempunyai banyak hubungan sosial di sekitarnya, dia suka pesta sepanjang malam di akhir pekan. Pada dasarnya dia adalah kebalikan lengkap dari kekasihnya.

Sementara Taeyeon adalah mahasiswi yang mengambil jurusan seni. Terutama di bidang melukis

Ia sangat mahir disana. Kebiasaanya sejak kecil yang suka menggambar, menjadikannya sosok yang berbakat juga bertalenta dalam hal melukis. Jadi dia berpikir, kenapa tidak membawa semua mimpinya menjadi kenyataan?

Namun, Tiffany tetaplah Tiffany. Dia orangnya begitu konsisten dengan keputusannya. Terbukti, dia mampu meyakinkan Taeyeon bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meski sangat sulit untuk membujuk si pelukis itu, namun pada akhirnya Taeyeon menyerah juga. Dan memilih dengan memulai sesuatu yang baru, untuk menjalani sebuah hubungan.

Mereka memutuskan untuk menyembunyikan hubungan mereka dari publik. Mereka berpikir akan menjadi tidak nyaman jika orang lain mengetahuinya dan tidak ingin mendapatkan perhatian yang tidak penting dari siswa lain.

Mereka tidak akan menyangkal hubunga mereka, tetapi bukan berarti mereka akan mengakuinya juga.


Tiffany dan teman teman se-club renangnya sedang menghabiskan waktu makan siang sembari membicarakan berbagai gossip yang tengah panas di sekitar kampus.

Sesekali candaan dengan kata-kata tak sopan dan kasar juga terdengar dari arah meja makan mereka.

girls-generation-snsd-tiffany-snsd-tiffany-Favim.com-898219

Bora sempat tertawa terbahak sebelum akhirnya pandangannya jatuh pada seorang gadis yang terlihat kesusahan mengambil makanan yang ada di buffet. Satu tangannya menjadi penyangga tubuhnya di tongkat berjalan.

“Yah. Lihatlah, kasian sekali, dia.”

Semua yang tadinya sedang tertawa berpaling, mengikuti arah pandangannya.

“Bukankah dia Kim Taeyeon?”

“Jika di lihat langsung, kondisinya memprihatinkan, ya.”

Sementara Tiffany hanya diam dalam pembicaraan mereka. Menatap lurus kekasihnya yang kini sudah terdorong oleh siswa lain di antrian kantin.

“Brak!!”Dengan dorongan terakhir, mampu membuat gadis itu akhirnya rubuh dengan tongkatnya yang juga jatuh.

Semua makanan yang dengan susah payah di ambilnya juga sia-sia sekarang, karna itu semua sudah berantakan di permukaan lantai yang keras.

“Omo…”

“Aku rasa kita harus membantunya.”baru saja Sunny ingin bangkir dari duduknya, tetapi Tiffany menggaet lengannya dengan cepat.

“Biarkan saja, lihatlah. Sudah ada yang membantunya.”

Sebenarnya sulit untuk mengatakan itu ketika melihat kekasihnya sendiri sedang kesulitan. Tetapi dia tidak mau hubungannya dengan Taeyeon sampai terbongkar, apa lagi di depan teman-temannya.

Atau di depan gadis yang di kaguminya sejak dulu, Yuri.

Pada akhirnya, Hanya beberapa orang yang sudi membantu gadis berpedikat lemah itu berdiri.

Taeyeon hanya bisa membuang napasnya pelan, kelopak matanya sudah di genangi air. Hampir saja dia ingin menangis sekarang. Untuk kesekian kalian dia merutuki kondisi fisiknya yang tidak sempurna.


Yuri merupakan ketua club renang yang di ikuti Tiffany. Dia mempunyai proporsi tubuh yang pas, kulit tan, pesona yang menawan. Juga kondisi fisik yang sempurna.

Tiffany penasaran jika dia sebenarnya mempunyai perasaan untuk ketua clubnya itu. Karna dia selalu menemukan dirinya terdiam sembari memandangi setiap inci dari sosok Yuri.

Kemahirannya dalam berenang membuat Tiffany terkadang merasa sangat kagum. Caranya dia tersenyum, dia menyukai itu. Tiffany merasa bahwa banyak kesamaan yang dia ketahui dari Yuri. Hobbynya pun sama. Itu membuat dirinya kadang larut dalam pembicaraan tentang berbagai hal bersama Yuri.

Namun, tetap saja semua orang mempunyai kekurangan. Rumor mengatakan, bahwa Yuri adalah seorang player. Tapi Tiffany lebih memilih untuk mengacuhkan kabar itu yang belum ia tau kebenarannya.


Pada suatu sore, Taeyeon dan sahabatnya, Ji Eun. Datang untuk menonton acara olahraga yang universitas mereka adakan. Tentu saja Taeyeon lebih memilih untuk menyaksikan perlombaan berenang. Karna kekasihnya adalah bintang yang sekarang sedang bersinar di bidang itu.

Dia adalah salah satu athlete yang akan mengepakkan sayapnya sore ini.

Ada begitu banyak orang datang di acara ini. Mereka semua ingin menyaksikkan para athlete dalam bidang olahraga beradu kemampuan. Taeyeon mendapakan banyak dorongan berkali kali. Itu semua karena dia tidak bisa berdiri dengan benar. Apa lagi dengan tongkat berjalannya yang tidak terlalu membantu.

Berkat Ji Eun, tubuh kecilnya tidak mendapatkan tekanan lagi, gadis itu memang sangat setia dan mengerti dengan sempurna akan keadaan sahabatnya. Berkatnya juga, mereka mendapatkan tempat duduk dengan tempat yang sangat strategis untuk menyaksikan perlombaan.

Taeyeon memberi dukungan untuk pacarnya dengan sorakan terbaik darinya. Dia mengabaikan tatapan aneh yang datang dari orang lain di sekitarnya karena mereka hampir tidak pernah mendengar Taeyeon berbicara sebelumnya, dan sekarang ia bersorak seperti salah satu penggemar gila Tiffany. Sepertinya Tuhan mendengar apa yan Taeyeon doakan dan memilih untuk mengabulkannya. Tiffany memenangkan tempat pertama

Tetapi sepertinya tindakan selanjutnya sang kekasih begitu menyakitinya.

Setelah Tiffany tahu dia yang menjadi juaranya, dia berlari ke arah Yuri, yang sedang menatapnya bangga. memeluknya dan mendaratkan kecupan singkat di bibirnya. Orang-orang bersorak pada mereka berdua.

Ji Eun merengut, kesal tidak menyukai pandangan di depannya. Bagaimana bisa gadis itu melakukan hal gila di depan mata kekasihnya sendiri. Ia yakin gadis itu mengetahui bahwa Taeyeon akan datang sore ini. Menurutnya, ini bukan hal yang pantas untuk di dapatkan Taeyeon setelah bersusah payah untuk bisa datang dan mendukungnya. Bahkan melewatkan beberapa tes untuk kesempatan beasiswa ke luar negerinya.

Dia menatap Taeyeon yang sedang mengalami ekspresi yang sama seperti dirinya. Taeyeon menyadari Ji Eun menatapnya. Sehingga dia berpaling untuk membalas tatapan sahabatnya lalu tersenyum dengan tulus.

“Itu Bukan apa-apa Ji Eun-ah. Dia hanya sedang bahagia dan Yuri adalah salah satu seniornya di tim mereka. Dia pasti merasa bersyukur untuknya. “

“Taeyeon-ah…”


Taeyeon mengayunkan kakinya dengan girang. Dengan lukisan sang kekasih yang di peluknya begitu erat. Senyumnya mengembang dengan sempurna. Ia penasaran, bagaimana wajah kekasihnya nanti ketika mengetahui. Bahwa dirinya memberikan karya tangannya sebagai hadiah.

Itu adalah alasan kenapa Taeyeon lebih memilih untuk kembali ke asrama belakangan ketimbang teman seperjuruannya yang lain. Bahkan ketika Ji Eun berusaha untuk mengajaknya kembali bersama, ia lebih memilih untuk tinggal dan menyelesaikan lukisannya. yang sengaja ia kerjakan untuk di berikan kepada Tiffany sebagai hadiah hari jadi mereka. Sekaligus atas keberhasilannya mendapatkan tempat pertama di lomba kemarin.

Baru saja ia akan meraih gagang pintu, namun itu sudah terbuka lebih dulu oleh seseorang. Di dapatinya sosok Tiffany yang mematung di ambang pintu. Ada raut gelisah disana. Kekasihnya justru menarik lengannya dengan cepat menjauh dari pintu masuk kamar mereka.

Taeyeon hanya menurutinya sembari kesusahan untuk menyeimbangkan langkah kekasihnya karna keadaan kakinya yang tidak sempurna. Satu tangannya terus berusaha bersandar pada tongkat berjalan, dan mendekap lukisannya. Sementara yang satunya di tarik oleh Tiffany yang masih menaruh pandangannya ke depan.

Taeyeon hanya bertanya- tanya dalam diamnya atas perlakuan kekasihnya.

Setelah merasa cukup jauh, gadis itu berbalik lalu untuk sesaat memperhatikan Taeyeon dengan napasnya yang tersengal.

Ada sedikit rasa bersalah yang kini menyerbu ruang hatinya kini.

“Mianhae, Tae. Tapi, bisakah kau meminjamkan kamar kita untuk merayakan kemenanganku malam ini?”

Taeyeon lalu tersenyum mendengarnya, walaupun kakinya yang sehat kini terasa sedikit nyeri karna tekanan yang di dapat ketika ia berusaha menyeimbangi langkah kekasihnya.

“Tentu. Apa kau perlu bantuan untuk menyiapkannya?”

Tiffany menggigit bibir bawahnya pelan, Taeyeon bisa melihat wajah kebingungan kekasihnya kini.

“Sebenarnya Tae, aku belum siap untuk mengumumkan hubungan kita. Bisakah kau bermalam di kamar Ji Eun untuk hari ini?”


“Dia mengatakan itu!?”Ji Eun mengangkat satu alisnya sembari ternganga. Mungkin pendengarannya memang tidak beres atau perkataan sahabatnya barusan benar-benar menembus gendang telinganya.

Taeyeon hanya menggumam pelan sembari teruskan memainkan jarinya di atas canvas yang baru saja terisi ciptaan kreatifitasnya.

“Hmm.”

“Yah. Lihat aku.”Kata Ji Eun kesal karna gadis yang lebih tua mengatakan itu tanpa mau menatapnya dari awal.

“Wae?”

“Wae? Kau serius menanyakan ku itu?”Balas Ji Eu agak kesal,

“Dia jelas- jelas seperti menyembunyikanmu, Taeyeon-ah.”

“Bukankah itu memang perjanjian kita dari awal?”

“Perjanjian kalian hanya untuk menyangkal dan tidak menyangkal. Bukan seperti ini, kau seperti kesalahan dari hidupnya yang harus di tutupi.”

Taeyeon terdiam untuk beberapa saat. Lalu menunduk, memejamkan matanya sembari mencerna baik-baik apa yang baru saja di katakan sahabatnya.

“Bukahkah aku memang kesalahan?”

Mengerti apa yang di maksud Taeyeon, Ji Eun segera meraih tubuh kecil itu untuk di rengkuhnya dari belakang. Dia meletakkan dagunya di bahu Taeyeon.

“Mianhae. Bukan maksudku seperti itu,”

Taeyeon tersenyum,

“Nan gwenchanna, Ji Eun-ah. Itu wajar jika dia seperti itu, kau mengerti keadaan fisikku, mungkin dia hanya belum siap memperkenalkan gadis cacat ini sebagai kekasihnya.”

Ji Eun mengeratkan pelukannya. Air terasa mulai menggenangi pelupuk matanya. Bagaimana Tuhan bisa menciptakan malaikat seperti Taeyeon yang tidak mempunyai satu sisi cacatpun di semua sifatnya.

Bagaimana Tuhan bisa mengizinkan malaikat ini bersama seseorang yang baginya sama sekali tak berhak memilikinya. Untuk kesekian kalinya, dia terus bertanya-tanya kenapa dunia ini begitu tidak adil untuknya.

Baginya, Taeyeon adalah seseorang dengan hati yang sangat rapuh, dan memerlukan seseorang untuk menjaganya.

“Kau tau, Ji Eun-ah. Akan sangat sulit untuk seorang putri raja berdampingan dengan seseorang yang hanya bisa menatapnya dari sisi lain, dan bahkan tidak memiliki fisik yang sempurna sepertiku. Tetapi, Aku merasa begitu beruntung karna bisa memilikinya untuk membantuku berjalan dengan sempurna.”


Seminggu setelah itu, Taeyeon dan Tiffany berbaring berdampingan di atas tempat tidur mereka sembari sesekali bercanda. Seperti biasa, Tiffany dengan semua semangatnya yang bicara sementara Taeyeon mendengarkan dengan sangat kalem.

Sesekali tersenyum melihat kekasihnya yang sangat bahagia seraya menceritakan tentang semua jadwal latigan bersama team renangnya untuk perlombaan pekan depan.

“Aku berharap kau bisa luar biasa seperti Yuri. Hari ini aku menyaksikan dia berenang dan penampilannya membuat ku ternganga. Dia seperti mengambil semua perhatianku. Dia benar-benar hebat.”Tiffany berbicara santai pada pacarnya. Dia tidak menyadari bahwa apa yang dikatakannya itu menyakiti Taeyeon.

Taeyeon tertawa kecil untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya,

“Yah, aku tidak pernah mahir dalam berenang bahkan sebelum kecelakaan itu. Tapi aku merasa bersyukur karena Tuhan mengirimkanku pacar cantik yang sangat pandai dalam hal berenang sehingga dia bisa menyelamatkanku ketika aku tenggelam”Taeyeon lalu mendaratkan kecupan lembut di pucuk kepala kekasihnua, membuat matanya tersenyum membentuk bulan sabit.


Taeyeon terus membenturkan kepala pensilnya ke atas meja belajar. Ia harus menyelesaikan sketsa yang harus di selesaikannya sore ini. Tetapi sepertinya ia sedang kehabisan ide dan hanya berakhir dengan tanpa satu garispun di kertasnya.

Ini tidak bagus, tesnya akan di mulai minggu depan dan dia belum memutuskan apa yang akan di tunjukkan sebagai hasil kerja kerasnya nanti.

“Ting tong.”Bel kamarnya berbunyi, Taeyeon menggapai tongkat berjalannya lalu mengayunkan kakinya ke arah pintu.

Ini sudah sangat malam dan siapa yang mungkin mengunjungi kamarnya selarut ini?

Kekasihnya mungkin sedang berpesta, wajar saja, ini adalah akhir pekan. Biasanya Tiffany akan kembali ketia pagi tiba dengan keadaan mauk dan bau alkohol yang sangat tajam yang menyelimutinya.

Taeyeon menemukan sosok gadis berparas cantik yang tengah menatapnya heran,

“Kim.. Taeyeon?”


Akhirnya gadis itu berkenalan dengan salah satu rekan team kekasihnya di club renang. Dia adalah Jessica, baginya gadis itu mempunyai sikap yang sopan dan sangat bersahabat.

Terbukti, dengan semua akhiran katanya yang di akhiri dengan tawaan yang terdengar lembut dan lucu. Dia bahkan sesekali menyelipkan candaan di semua perkataanya.

“Tapi ini agak aneh, Tiffany tak pernah bercerita bahwa kau adalah teman sekamarnya.”

Taeyeon menyunggingkan senyumnya dengan ramah.

“Mungkin dia hanya tidak sempat, lagipula ini begitu menyenangkan untuk berkenalan secara langsung.”

Untuk sesaat, Jessica menemukan wajah yang teduh juga kalem di ekspresi gadis yang ada di hadapannya.

Niatnya yang ingin mengembalikkan kacamata renang yang di pinjamnya dari Tiffany, malah berakhir dengan pembicaraan menyenangkan dengan seorang gadis yang di kenal lemah se antero sekolah.

Jujur, ini adalah kali pertamanya berbicara dengan Kim Taeyeon yang terkenal sangat berbakat di jurusannya. Namun kondisinya yang tidak sempurna juga menjadi salah satu cara orang lain untuk mengetahui keberadaanya.

“Itu benar.”

“Kenapa kau tidak ada ketika kami merayakan kemenangan Tiffany disini, pekan lalu?”

Taeyeon sempat terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang lebih tepat.

“Aku bermalam di rumah temanku. Lalu menyelesaikan suatu projek bersama untuk pameran bulan depan.”

“Jadi kau terpilih sebagai salah satu siswa yang di izinkan untuk menunjukan hasil karya di pameran itu?”

Taeyeon lalu mengangguk cepat,

“Wah! Daebak! Aku penasaran sekarang.”

Gadis itu lalu terkekeh,

“Itu hanyalah projek sederhana yang aku dan rekanku selesaikan dalam seminggu. Kami hanya melukis pemandangan dari gunung seoraksan sesuai keinginan sendiri. Untuk lukisan individunya akan menjadi kejutan. Kau boleh datang, jika kau ingin tau apa yang aku lukis.”

“Jjinja!? jjeoa! Aku akan datang!”


Ini sudah hampir dua jam namun Tiffany belum juga keluar dari tempat club berenangnya itu. Namun Taeyeon tetap sabar menunggu kekasihnya. Sesekali dia melihat ke arah pintu, namun sosok yang di harapkannya tak kunjung terlihat.

Sesekali mengetukkan beberapa jarinya ke setiran lalu bersenandung kecil. Hingga akhirnya pintu mobilnya terbuka dan di tangkapnya sosok Tiffany masih memakai jaket club renangnya.

“Mian, mian, Tae. Aku agak lupa waktu karna terlalu asyik membicarakan suatu rumor bersama yang lainnya.”

Taeyeon lalu menarik sudut bibirnya untuk tersenyum sembari mulai menyalakan kembali mesin mobilnya.

“Rumor apa, sayang?”

“Bisakah kau percaaya ini!? Adayang mengatakan bahwa Yuri player dan Bora adalah salah satu mantan kekasihnya.”

“Oh, benarkah? Baguslah jika mereka masih menjadi teman dekat.”

Tiffany lalu berpaling menatap kekasihnya dengan wajah yang heran.

“Wae?”

“Aku rasa jika kita putus, aku tidak akan tahan untuk menjadi teman–“

“Aww!”belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, Tiffany sudah mencubit dengan lumayan keras pinggang kekasihnya yang sedang menaruh konsentrasinya pada jalan di depan.

“Yah. Aku sedang menyetir, Fany-ah.”

“Biarkan saja, bagaimana kau bisa mengatakan itu!?”

“Itu karna aku sangat mencintaimu, makanya aku tidak bisa hanya menjadi temanmu..”Jawabnya lalu mencubit pelan pipi kekasihnya dengan satu tangan.


Ji Eun terlihat setia membantu sahabatnya membawakan barang-barang keperluannya untuk menghadiri kelas. Mereka berjalan berdampingan.

Bahkan banyak pasang mata yang sedang menatap mereka sekarang. Tak terkecuali kelompok makan siang Tiffany. Bahkan gadis itu sedang menatap tajam ke arah mereka, ada tatapan kurang senang karna melihat kekasihnya sedang di gandeng oleh siswi lain.

Jika saja dia mempunyai keberanian untuk menghampiri Taeyeon. dan menggantikan Ji Eun yang sedang merebut posisinya, sebagai seseorang yang harusnya membantu kekasihnya yang sedang kesusahan.

Tapi rasanya itu sangat sulit, mengingat ada Yuri yang tengah sibuk memakan bekal siang di hadapannya. Dan dia tidak mau gadis itu tau, bahwa dia tengah menjalin hubungan dengan orang lain.

“Ji Eun-ah!”

Ji Eun berpaling untuk mencari asal sumber suara yang memanggil namanya. Dia menemukan Bora yang sedang melambaikan tangannya, memberi tanda untuk menghampiri meja makannya bersama yang lain.

Sementara Ji Eun membalas senyumannya, sebelum akhirnya memutar kedua bola matanya karna melihat sosok Tiffany. yang tengah duduk di samping Bora dengan ekspresi wajahnya yang tidak berubah.

Entah mengapa, Ji Eun sangat tidak menyukai sosok Tiffany. Mungkin karna semua perlakuan yang di berikan terhadap sahabatnya.

Taeyeon ikut memalingkan wajahnya, namun papan muka kekasihnyalah yang pertama kali ia dapatkan.

Kim_Taeyeon_at_Gimpo_Airport,_26_June_2014_01

Ji Eun menarik lengan Taeyeon untuk menghampiri mereka, awalnya Taeyeon menolak pelan karna ragu untuk mendekat ke meja itu. Takut-takut kekasihnya akan merasa canggung. Apa lagi dia sedang di kelilingi teman-temannya.

Mereka berdua berjalan mendekat, Ji Eun kembali melempar senyumnya.

“Oh, Anyeong Bora-yah.”Sapa nya. Lalu dia membungkuk pelan untuk menyapa teman Bora yang lain. Di ikuti oleh Taeyeon yang juga membungkuk sebelum akhirnya melemparkan pandangan ragu untuk kekasihnya.

“Kalian mau kemana?”

“Aku dan Taeyeon akan menghadiri kelas Mr. Ruth.”

“Ey.. Ku dengar dia tidak masuk hari ini. Makan sianglah lah bersama kami.”

Ji Eun menatap sahabatnya sesekali. Dia menaikkan satu alisnya, meminta pendapat Taeyeon yang hanya diam daritadi. Sementara gadis yang lebih tua lalu menggeleng pelan tanda tak setuju.

Tidak ada alasan yang jelas, tetapi Taeyeon tidak mau membuat kekasihnya merasa tidak nyaman.

Ji Eun lalu mengangguk kecil dan tersenyum, dia kembali menaruh pandangannyaa pada Bora dan teman-teman.

“Sebaiknya kita harus memeriksanya lebih dulu. Kita harus segera bertemu dengan Mrs. Ruth”

“Jjinja? Arraseo.”

“Lain kali kita makan siang bersama, oke!?”

Lalu bora membalas senyuman Taeyeon yang di tujukan untuknya. Ini juga merupakan pertama kalinya dia dan Taeyeon berada dalam jarak dekat, karna sebelumnya ia tidak pernah mengobrol dengan mahasiswi jurusan seni itu.

“Call. Kalau begitu, kami duluan ya.”lalu Ji Eun dan Taeyeon membungkuk untuk kedua kalinya.

12434545_1159995454029542_1992527592_n

Kemudian melenggang menjauh dari meja itu.

Walaupun mereka telah menjauh, sorotan mereka tak pernah lepas dari dua figur itu. Ji Eun masih dengan sangat setia dan sabar membantu menuntun sahabatnya sembari membawa beberapa barangnya.

“Ternyata Taeyeon memang pendiam ya.”Tukas Bora, membuat Tiffany menatapnya.

“Ey.. Mungkin dia hanya malu.”sambar Sunny sembari menengguk jus jeruknya.

“Ji Eun dan Taeyeon terlihat cocok bersama. Pasti akan sangat cute jika mereka pacaran.”

Pernyataan Bora barusan berhasil membuat Tiffany tersedak minumannya. Api cemburu membakar dalam diamnya.

“Ya. Benar, jika di lihat lebih dekat Taeyeon dan Ji Eun mempunyai wajah yang sama-sama mempesona.”

“Dan Ji Eun yang terlihat sangat sabar membantu Taeyeon.”

“Mereka bahkan dalam jurusan yang sama, jelas cocok untuk satu sama lain.”

Tiffany hanya bisa mengutuk dirinya sendiri karna membiarkan Taeyeon menjauh darinya. Ia merasa sedikit hina karna tidak mau mengakui Taeyeon sebagai kekasihnya.

Yang lebih buruk, ia membiarkan orang lain membantu dan merawat kekasihnya.

Itu seharusnya tugasnya.


Ini adalah akhir pekan, Tiffany merasa mempunyai hutang pada kekasihnya. Ia menyadari bahwa waktunya untuk Taeyeon semakin berkurang.

Jadi dia memutuskan untuk tinggal dan menemani kekasihnya. Padahal, dalam hatinya ia ingin sekali menghadiri pesta yang kini sedang di adakan oleh gedung asrama Yuri.

Taeyeon dan Tiffany sedang menonton film di kamar tidur mereka. Taeyeon berpaling ketika Kekasihnya memecah perhatiannya dengan berkata,

“Kenapa kau begitu baik sepanjang waktu? Aku berharap Kau bisa menjadi sedikit ‘nakal’ Kau tahu? Aku pikir seseorang seperti itu sangat menarik”

“Apa kau ingin aku berselingkuh darimu lalu pulang dan tersenyum seperti tidak ada yang terjadi?”

“Yah.. Aku tidak mengatakan itu. Taeyeon-ah”balasnya lalu menyikut pelan kekasihnya.

“Fany-ah..kau membingungkan”

“Kau hanya terlalu baik. Kadang-kadang aku merasa bahwa hubungan kita terlalu biasa. “

Percakapan mereka mereda sebagaimana film mencapai bagian akhir di mana sang aktor itu mengangkat tubuh kekasihnya dengan gaya pengantin atau bridal style. “Aku ingin seperti itu, juga..” kata Tiffany tanpa menyadari apa yang sedang di katakannya.

Taeyeon menatap kaki palsunya dan tersenyum sedih.


Tiffany seharusnya berada di pameran seni Taeyeon. Dia sudah semestinya berdiri di samping pacarnya dan menunjukkan dukungannya. Atau rasa bangganya atas pencapaian Taeyeon saat ini. Dia tahu seberapa keras Taeyeon mengerjakan lukisannya beberapa bulan terakhir ini.

Walaupun dalam tahap pengerjaan Taeyeon tidak mengizinkan siapapun untuk melihatnya. Dia mengatakan bahwa itu adalah kejutan dan Tiffany akan benar-benar menyukainya setelah dia melihat hasilnya. Tapi di sinilah dia, bibirnya terkunci dengan ketua club Kwon Yuri di ruang ganti tim renang.

Tiffany sangat penasaran. Dia ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih yang normal yang bisa menemaninya berjalan selama berjam-jam pada setiap kencan mereka. Seseorang yang bisa mengangkat dirinya dengan gaya pengantin, seperti yang di impi-impikannya. Gagasan itu menjadi lebih hidup mengetahui Yuri memilihnya dari banyak gadis yang berusaha mendekatinya.

Dia masih muda dan dia ingin merasakan sesuatu yang berbahaya namun manis. Itulah yang membuat idenya semakin jelas untuk di rasakan. Apalagi pengaruh film yang telah ia tonton akhir-akhir ini.

Pada saat ini Yuri sedang memberikan segalanya yang Taeyeon tidak akan pernah bisa lakukan. atau setidaknya, seperti itulah yang ada di pikirannya.


“Omo. Taeyeon-sshi lukisanmu benar-benar mengagumkan.”

Puji Jessica tak bisa melepaskan pandangannya dari apa yang sedang terpampang jelas di depannya. Lukisan yang Taeyeon pernah bilang, bahwa dia mengerjakan ini dalam jangka waktu yang lama.

Dia benar-benar datang ke acara pameran. Dan dia sangat menikmatinya.

Taeyeon hanya bisa menutupi rasa malu-malunya dengan membalas senyuman Jessica.

“Ah. Gomashimnida, Jessica-sshi.”balasnya membungkuk. Sementara Ji Eun di sebelahnya hanya terus tersenyum merasa bangga akan sahabatnya lebih lagi.

Walaupun punyanya juga tak kalah mempesona, tetapi dia hanya merasakan berbeda ketika itu sudah mengenai tentang Taeyeon. Bahkan dia akan medahului kepentingan sahabatnya daripada dirinya sendiri.

“Tapi, kenapa kau memilih model lukisanmu, Tiffany?”

Taeyeon sempat terdiam untuk mencari-caru jawaban yang pas. Setidaknya kali ini ia harus berbohong sedikit, pikirnya.

“Ah, aku memintanya izinnya. Dan dia dengan senang hati mau membantuku.”

Padahal faktanya, ia ingin memberikan kejutan untuk kekasihnya ketika dia tibadisini. Taeyeon sengaja untuk tidak memberitahu kekasihnya, karna ini adalah hal yang setidaknya bisa ia lakukan, untuk membuat Tiffany merasa spesial karna mau menjadi seseorang yang berarti di hidupnya.


Ji Eun mendesah untuk kesekian kalinya saat ia melihat sahabatnya masih berdiri di sana. di samping lukisan itu sendirian, menunggu kekasihnya yang tak juga datang.

Ini bukan seperti dia tidak senang dengan apa yang Taeyeon lakukan sekarang. Tetapi ini sudah kelewatan. Kekasih sahabatnya benar-benar jahat. Seharusnya ia tau betapa kehadirannya sangat penting malam ini. Mengingat ini adalah momen-momen besar sahabatnya.

Ekspetasinya begitu besar untuk melihat Taeyeon merasakan bahagia atas kerja kerasnya selama ini. Namun itu semua di robohkan hanya dengan ketidak hadiran Tiffany.

“Taeyeon-ah. Ayo kita pulang. Tiffany tidak akan datang. Ini sudah satu jam setelah penutupan. “

Taeyeon menggembuskan napasnya kasar. Air mata juga sudah menggenangi pelupuk matanya bersiap untuk meluncur bebas. Dia melirik kearah pintu masuk untuk yang terakhir kalinya. Sebelum akhirnya mulai membereskan barang bawaanya. Ji Eun membantunya berdiri dan bersedia membawakan barang-barang Taeyeon karna seperti yang kita tau, gadis itu tidak akan mampu membawanya sendiri.

“Lukisan ini benar-benar indah kau tahu. Kalau saja itu bukan potret nya, aku benar-benar ingin membawa pulang.”

Taeyeon tersenyum mendengar komentar Ji Eun. Memang, dia mendapat banyak pujian malam ini karena lukisannya yang merupakan Potret Tiffany menjadi salah satu yang terbaik menurut penilaian juri.

Seperti yang kata orang- orang bilang. Menakjubkan.

Beberapa dari mereka bertanya seperti halnya Jessica. Tetapi Taeyeon lagi-pagi hanya bisa memberikan jawaban yang di berikan kepada Gadis itu lebih dulu.


Taeyeon dan Ji EunΒ sedang berjalan menuju mobil Taeyeon ketika mereka mendengar beberapa gadis sedang membicarakan sesuatu.

“Jjinjja!! Aku tidak mengada-ngada. Kwon Yuri benar-benar bercumbu dengan gadis itu di ruang ganti! “

“Omo! Omo! gadis lain? Nah, siapa gadis itu? Apakah kau melihat wajahnya? “

“Iya! Kau tidak akan percaya siapa yang aku lihat?”

“Siapa? Siapa? Siapa?”

Entah bagaimana konyolnya kerbincangan mereka. Tetap saja, membuat tellinga yang mendengarkannya menjadi sangat penasaram. Tak terkecuali Taeyeon dan Ji Eun. Mereka mengentikan langkahnya, untuk mencoba mencari tau siapa gadis yang mereka maksud.

“Ini Tiffany Hwang! Bintang baru tim renang itu! ” Taeyeon membeku setelah ia mendengar nama kekasihnya. Ia mengencangkan cengkramannya pada lukisan potret Tiffany. Ji Eun meraih tangan Taeyeon dan menariknya pergi. Dia mengertakkan giginya. Dia ingin berteriak marah karena dia benar-benar tidak habis pikir. Bagaima seseorang bisa berkali-kali menyakiti sahabatnya seperti ini.

Ia tidak dapat menerima apa yang gadis itu lakukan pada sahabatnya.

Tapi dia tidak bisa. Dia harus tetap kuat seperti Taeyeon yang sangat membutuhkannya di saat-saat seperti ini.


Tiffany agak ragu untuk membuka pintu kamarnya. Dia baru saja kembai dari asrama Yuri karna bermaam disana. Tidak ada yang bisa menjelaskan perasaanya kini selain dirinya sendiri. Ia merasa lengkap sekarang, tetapi juga hina di waktu yang bersamaan.

Bagaimana tidak, dia berselingkuh di belakang kekasihnya yang tak pernah sekalipun membuatnya kecewa.

Jadi selain karna dorongan itu juga, Tiffany hendak mengkhiri hubungannya dengan Taeyeon sekarang juga. Walaupun ia berpikir, bahwa Yuri adalah sosok kekasih yang selama ini ia cari. Di dalam hatinya dia merasa harus meninggalkan seseorang yang tak pernah sekalipun beranjak dari sisinya.

Ini dia. Dia harus melakukan ini, dia telah menemukan gadis impiannya.

Tanpa menyadari sesuatu yang sangat berharga kini telah lepas dari inti hidupnya.

Tiffany mengayunkan kakinya dengan sangat pelan, ia melihat sekeliling. Berusaha mencari sosok Taeyeon. Ini sudah pukul delapan. Biasanya gadis itu sedang menyantap sarapannya di depan tv. Tapi pandangannya tidak menangkap siapapun.

Bahkan dia tidak menemukan barang-barang milik Taeyeon di kamar tidur mereka. Tiffany benar-benar merasa bingung sekarang.

Ia kembali mengedarkan pandangannya,

Lalu sorot matanya jatuh pada secarik kertas yang tergeletak di atas tempat tidur. Dia meraihnya,

Tiffany, kau tau. Kesalahan terbesarku bukan karna aku terlalu jatuh cinta untukmu. Tetapi karna berpikir, bahwa kau juga jatuh cinta untukku. Aku membenci diriku yang seperti ini. Masih menunggu untuk keajaiban datang agar kau bisa melihatku sebagai kekasihmu. Aku bukan gadis yang sempurna, mungkin aku membuatmu jengkel, mengatakan sesuatu yang kau tidak suka, atau bahkan membuatmu merasa malu. Tapi kau tidak akan pernah menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu lebih dari aku.

Aku mengharapkan yang terbaik untuk kalian berdua.

Aku harap dia bisa menemaninu berjalan berjam-jam di waktu kencan kalian, aku harap dia bisa mengangkatmu layaknya gaya pengantin yang sering kau impikan. Menjadi seseorang yang dapat menemanimu berlatih di kolam berenang tanpa takut untuk tenggelam.

Aku harap dia bisa menjadi sosok kekasih yang aku tak akan pernah bisa.

Ingat ketika aku mengatakan jika kita berpisah?

Aku benar-benar serius akan itu.

Aku sudah mengatur kepindahan kamarku. Sekarang semua milikmu.”


“Anyeong, Monalisa!”sapa Jessica di selingi tawanya. Itu malah membuat Tiffany mendengus kesal. Ia benar-benar sedang tidak dalam moodnya untuk bercanda.

Semua panggilannya malah tertuju untuk voicemail ketika dia mencoba menghubungi Taeyeon. Ia ingin meminta maaf atas perbuatannya dan menginginkan perpisahan yang lebih baik. Gelisah melandanya semenjak pagi tadi.

Dia seharusnya tidak selingkuh di belakang Taeyeon seperti orang itu tidak pernah sedikitpun menyakitinya.

“Diamlah, Sica. Aku sedang tidak mood.”

Jessica merengut. Lalu menautkan alisnya,

“Wae?”

“Apa karna Taeyeon menyerahkan lukisanmu begitu saja?”

Dengan itu, Jessica berhasil merebut perhatian sahabatnya yang sedang sibuk dengan ponselnya.

“Lukisan apa?”

Jessica mengerjap, ia tidak percaya bahwa sahabatnya benar-benar tidak tau menau tentang hal ini.

“Lukisan dengan potretmu yang di pajang di aula fakultas kesenian?”

Tanpa menghabiskan waktu lagi, Tiffany berlari sepanjang perjalanannya ke bangunan yang di maksud. Ia benar-benar berhadap lukisan yang Jessica sebutkan masih ada.

Hanya satu nama yang berlari di ruang pikirannya saat ini.

Di sana, dia melihat wajahnya digambar di lukisan yang begitu indah tergantung di samping jejeran lukisan lain, yang memenangkan kategori lukisan terbaik pada pameran seni dari tahun ke tahun. Dia mendekati lukisan itu. Itu sudah di bingkai dengan mengesankan. jadi dia hanya bisa menyentuh kaca yang menutupi lukisan itu.

Taeyeon menggambarnya sebagai malaikat.

Bahkan mempunyai sayap yang sangat menawan.

Apakah itu apa yang Taeyeon pikirkan tentang dirinya? Seorang Malaikat?

Malaikat yang telah mematahkan harap dan mimpinya dengan dosa terendah yang pernah ada.


Ji Eun menatap ke arah jendela kelasnya. Dia bisa melihat beberapa bagunan kampus dari sama. Jika saja ia tidak harus bertemu dengan Mrs. Ruth dulu, mungkin dia sudah di cafe bersama Taeyeon yang kini menjadi teman sekamarnya.

Gadis itu memang benar-benar pindah dari asrama sebelumnya. Dan dia memilihnya kali ini. Tentu saja Ji Eun dengan senang hati mau menerima sahabatnya. Karna jujur saja, dia juga kesepian. Banyak hal-hal baru yang ia baru temukan pada sahabatnya.

Taeyeon ternyata orang yang rapih dan sangat mahir memasak. Rasa masakannya juga sangat lezat di lidahnya. Dia berpikir, justru hal-hal kecil seperti itu yang membuat Taeyeon menjadi lebih sempurna.

Lalu ia terus memutar otaknya, lagi-lagi bertanya kenapa ada manusia yang mau menyia-nyiakan malaikat yang tak mempunyai sayap itu? Itu sungguh tidak mungkin untuk seseorang membuang jauh sesuatu yang berharga seperti Taeyeon.

“Ji Eun.”

Dia berpaling. Lalu menemukan figur seseorang yang telah menyakiti sahabatnya berlipat ganda. Berdiri di ambang pintu kelasnya yang sepi, dengan raut wajahnya yang murung.

Ji Eun menarik napasnya dalam,

“Ada apa?”

Lalu gadis itu melenggang mendekat,

“Apa kau tau dimana, Taeyeon?”

“Apa itu penting untukmu?”

Gadis itu lalu menghentikan langkahnya. Jaraknya dengan Ji Eun hanya tinggal lima langkah.

“Apa bahkan dia itu penting bagimu?”

“Ji Eun..”

“Berhenti disitu dan dengarkan aku baik baik, Tiffany-sshi.”

Lalu Ji Eun bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke arah jendela. Meletakan kembali bokongnya di batang jendela. Pandangannya lalu jatuh pada seseorang di bawah sana yang sedang terlihat kesusahan membawa barang-barangnya. Tongkat berjalannya terlihat sangat merepotkan.

Ji Eun tersenyum lembut,

“Kau tau, Tiffany-sshi? Kau baru saja kehilangan sesuatu yang dapat memberikanmu kebahagiaan.”

Ji Eun lalu menatap Tiffany kembali yang sedang merunduk.

Dia tau betul apa yang tengah di maksud oleh sahabat mantan kekasihnya. Dia merasakan sesuatu yang menghimpit rongga dadanya sekarang.

Ia merasa malu untuk menatap kedepan.

“Aku ingat dimana dia dengan kondisinya yang seperti itu, bersusah payah untuk menghadiri perlombaanmu. Tapi kau membalasnya dengan mencium gadis lain di depan matanya.”

Kini mata Tiffany membulat, ia benar-benar tidak tau jika Taeyeon hari itu datang untuk melihatnya. Tiffany mengutuk dirinya sendiri di dalam hati.

Bodoh. Bodoh.

Taeyeon-ah..

“Kau tau betul, gadis itu membutuhkan bantuan orang lain dalam kesehariannya. Tetapi disanalah kau, bercanda dan menggoda gadis lain. Sementara yang di sampingnya hanyalah bukan siapa-siapa selain aku, seseorang yang sangat peduli terhadap kondisinya.”

“Dimana kau sebagai kekasihnya, Tiffany-sshi?”

“Apa kau bahkan mengakui dia sebagai kekasihmu? Oh ya, aku lupa. Kau kan mengusirnya malam itu.”Ji Eun tertawa renyah di akhir kalimatnya.

Pandangannya tak di tarik dari sosok itu yang masih di bawah sana. Kini dia terduduk di bangku taman sembari menatap langit biru yang terbentang luas di atas kota Seoul.

Sementara air yang hangat mulai menggenangi pelupuk mata Tiffany.

“Baiklah, Tiffany-sshi. Kau sudah cukup melakukan hal banyak untuknya. Aku rasa ini cukup.”

Ji Eun lalu bangkit dari duduknya. Meraih tasnya lalu hendak melengggang pergi. Sepertinya pertemuan dengan Mrs. Ruth lagi-lagi harus di tunda.

Selain karna ada pengganggu yang menyebalkan, dia juga sedang ingin berlama-lama dengan sahabatnya sekarang.

Taeyeon sedang membutuhkannya di saat-saat seperti ini. Ini sudah kewajiban baginya untuk terus berasa di sisi gadis itu.

“Selamat atas keberhasilanmu untuk membuat Taeyeon jatuh berulang-ulang kali.”

Ji Eun menghentikan langkahnya lalu menatap Tiffany untuk yang terakhir kali,

“Aku lupa. Terima kasih karna sudah membebaskan seorang malaikat dari penderitaanya, Tiffany-sshi.”

12421767_1159995477362873_1622966131_n


Tiffany menemukan dirinya termenung sendiri di bangku taman. Ia bahkan rela untuk bangun lebih pagi. Agar rencananya kali ini menemukan sosok Taeyeon berjalan lancar. Walaupun mereka disatu tempat yang sama, Tiffany tetap sangat sulit untuk bisa mendapati sosok Taeyeon yang tengah sendiri.

Bahkan ketika gadis itu benar-benar sedang sendiri, pasti ada saja yang mengganggu rencananya. Entah itu temannya yang mengajak makan siang atau yang lainnya. Dalam beberapa hari terakhir ini, Tiffany sering mendapati dirinya sendiri. Sedang memperhatikan Taeyeon yang sedang duduk di bawah pohon, berjalan di lorong, atau memainkan jemarinya di atas kain kanvas di dalam kelasnya.Tanpa perlu menarik perhatiannya dari gadis itu.

Ini mungkin aneh untuk di dengar, tetapi gadis itu sekarang justru terlihat sangat sempurna dengan semua kekurangan yang ada pada dirinya.

Tiffany untuk ke sejuta kalinya mengutuk dirinya karna sangat terlambat untuk menyadari itu. ia terlalu buta akan semua itu.

ia buta untuk melihat seorang malaikat yang tengah berdiri di depannya dahulu. Ia buta akan kehadiran figure yang sangat sempurna, sedang mendekapnya erat. Dan kini sosok itu bukan lagi miliknya.

Bahkan kini dirinya sudah menyandang sebagai kekasih Yuri. Tetapi kenapa sesuatu dalam dirinya menginginkan bahwa dia tetap menjadi seseorang yang sedikit berarti untuk Taeyeon?

Itu dia. Tiffany bisa melihat Taeyeon yang sedang berjalan sendiri di lorong fakultas kesenian. Seperti biasa, gadis itu masih terlihat kesusahan untuk sekedar berjalan dengan benar. Jadi, Tiffany berniat untuk membantunya.

Ketika Taeyeon menyadari mantan kekasihnya berjalan mendekat, dia sempat mengentikan langkahnya. Menunggu sosok Tiffany untuk terus melenggang kearahnya,

Yang ada di pikiran Tiffany, dia hanya ingin segera memeluk tubuh kecil itu. dia hanya ingin menumpahkan semua penyesalannya sekarang. Dia hanya membutuhkan maaf dari pelukis itu.

Tiffany sedikit lega karna kondisi lorong pagi ini begitu sepi. Jadi dia tidak menghabiskan waktunya untuk berlari kecil menghampiri Taeyeon. Ada debaran tak menentu di rasanya. Ini sungguh aneh. Ia merasakan sesuatu yang siap lompat dari tempatnya. Dia mengira bahwa itu ulah jantungnya sekarang.

Ini adalah pertama kalinya dia merasakan hal seperti ini dan itu datangnya dari seseorang yang tidak lain tidak bukan, adalah mantan kekasihnya sendiri. Taeyeon. Walaupun cara mereka mengakhiri hubungan sangat tidak nyaman.

Saat bola matanya bertemu dengan Taeyeon, Tiffany merasakan air menggenangi pelupuk matanya. Ini benar-benar menyiksa untuk merindukan sepasang mata yang sangat menenangkan itu. Merindukan seseorang dalam hidupnya tak pernah sampai membuatnya begitu terpuruk, seperti sekarang ini.

Detik selanjutnya bagaikan keajaiban yang kini sedang menghampiri Tiffany.

Tanpa di duganya, gadis itu menarik sudut bibirnya untuk tersenyum tulus. Saat itu juga air matanya lolos, Taeyeon justru segera menghapus tangisannya dengan salah satu ibu jari tangannya. Sementara tangan yang lain masih setia bersender pada tongkat berjalan.

Tiffany memejamkan matanya untuk merasakan lebih dalam sentuhan kecil Β itu yang sangat-sangat di rindukannya.

β€œTaeyeon-ah. Akuβ€”β€œ

β€œTiffany.”sela Taeyeon sebelum dia berhasil menyelesaikan kata-katanya. Detik kemudian Tiffany menyadari, bahwa panggilannya yang di berikan Taeyeon itu sudah berubah.

β€œTidak apa-apa.”Tambah Taeyeon lalu kembali menyunggingkan senyumnya.

β€œAku melepaskanmu, sekarang.”

Dengan itu, Taeyeon berhasil membuat semua kepercayaan diri yang sebelumnya benar-benar hilang. Kini dia merasakan hatinya yang sungguh remuk. Tiffany menyadari bahwa kini dirinya milik orang lain, tetapi dia sungguh tidak mau mendengarkan itu dari bibir Taeyeon sendiri.

Ia tak pernah membayangkan bahwa pernyatan sederhana itu dapat membuat dirinya seperti jatuh di titik paling bawah dari hidupnya,

Dia kembali memejamkan matanya. Air matanya kembali meluncur bebas ke pipinya. ia berharap dalam ruang hatinya, bahwa Taeyeon tidak benar-benar mengatakan itu. ia berdoa bahwa ini hanya khayalan belakanya yang terjadi akibat rasa penyesalan dan rindunya begitu besar akan Taeyeon.

Lalu ia merasakan sesuatu yang basah namun begitu lembut mendarat di keningnya. Dan ia menyadari, bahwa itu adalah kecupan. Jantungnya terasa berhenti berdetak ketika mengingat siapa yang sedang berada di depannya, dan mungkin dialah yang melakukan itu. dia merasakan kecupan itu agak lama, sebelum akhirnya seseorang yang ada di depannya melepaskannya.

Tiffany membuka kelopak matanya perlahan, menemukan sosok Taeyeon yang tersenyum tenang. Sorotan matanya benar-benar teduh, dia melihat ketulusan disana.

β€œKau harus tahu satu hal, Tiffany.”

β€œAku benar-benar mencintaimu.”

β€œJangan lupakan itu.”


Sebulan setelah itu, Tiffany mengetahui bahwa Taeyeon dan Ji Eun mendapatkan beasiswa karna pencapaian mereka yang begitu hebat. Mereka berdua memutuskan untuk berangkat bersama ke Amerika dan menetap disana yang hanya keduanya dan Tuhan yang tau untuk berapa lama.

Dia juga menangkap basah kekasihnya, Yuri. selingkuh dengan wanita lain.

Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, bukan apa yang dia butuhkan.

Dia menginginkan kekasih yang sedikit nakal, namun manis. Yang bisa mengangkatnya dengan gaya pengantin, mampu menemaninya berjalan di sekitar kampus.

Dia kehilangan gadis yang sesungguhnya dia butuhkan. Gadis yang terlalu baik dan sabar. Gadis yang hanya bisa berjalan lambat dari kamarnya ke kelas.


Tiffany berdiri sendirian di acara pembukaan galeri Taeyeon. Akhirnya setelah bertahun-tahun mencari, teman lama nya Jessica memberinya undangan untuk acara ini. Tiffany hidup dalam kesedihan dan penyesalan pada beberapa tahun belakangan ini. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan pada Taeyeon.

Jadi di sinilah dia, berharap untuk bertemu Taeyeon, dengan membawa semua perasaan yang hancur dan sangat sulit untuk di perbaikinya lagi.

Dia ingin bicara.

Dia ingin meminta maaf.

Dia ingin Taeyeon kembali.

“Tiffany?” Dia mendengar suara yang telah pergi dari hidupnya, memanggil namanya lagi.

Dia berbalik dan mendapatkan figur Taeyeon, terlihat sangat menakjubkan dengan gaun putihnya. Tentu saja masih, dengan tongkatnya.

Dia juga melihat Ji Eun yang sama-sama cantik dengan gaya pakaiannya yang cocok dengan Taeyeon. Mereka berua tampak sangat mempesona malam ini.

Lalu pandangannya jatuh pada Tangan Ji Eun yang mengait pada lengan Taeyeon. Baru saja ia hendak untuk menghampiri mantan kekasihnya, bertanya jika mereka bisa berbicara di tempat sepi dengan hanya mereka berdua.

Tetapi Tiffany terdiam dan merenungkan sebentar, karna melihat cincin yang melingkar manis di jari keempat Taeyeon dan Ji Eun.

Lalu dia mendengar seseorang di benaknya, menertawakan kebodohan nya. Dia sempat mendapatkan kesempatan tetapi dia telah gagal.

Dia terlambat.

Seseorang mengambil malaikatnya menjauh dan tidak akan pernah mau memberikannya kembali.

3


Please, leave comment if you like it. ❀

Let me know how you think about this fict.

oh ya, btw bakal ada project oneshoot yang lagi aku kerjain sama atta ini. jadi kali ini, yang buat bukan cuma salah satu dari kita. melainkan kita berdua bareng-bareng. #powerrangersbersatu. #jurusjazzatta kekeke~ ❀

Gomashimnida~

@jazzatta1

118 thoughts on “BLIND (ONESHOOT) BY JAZZ

  1. ciaaa sad ending nya taeny. but nice story jazz, i like it. yul disini nakal bgt ya, gt kok fany nya msh mau aja. telat tuh udh ada jieun yg selalu ada buat tae hhaha

    Like

  2. Duh…ff nya sedih bued…ampe nangis w bc nya…akhir nya yg d dptkn fany hny penyesaln n rasa bersalhnya…

    Jgn meliht org dr fisik nya saja pi dr ht nya juga..kdng fisik smprna pi ht nya busuk..n fisik tdk smpr pi ht tulus ..

    Like

  3. Heol.. disetiap kelemahan orang disitu dia punya kelebihan juga tiff. Jangan cuma liat dari kekurangan orang. Setidaknya pikirlah kelebiham dia dibanding orang lain. Hemm.. taeng sama ji eun uda nikah ? Ato cuma tunangan ? Keknya sequal bagus ni thor. Hahahaha

    Like

  4. Sedih ! Tp lagi lagi lagi lagi…. Hehe
    Makanya yg diluaran sana coba gausa cari2 yg diinginkan kalo yg dibutuhkan uda ada. Nyesel kan akhirnya kan..
    Sequelnya pleaseeee hahaha
    Fighting jazzatta !

    Like

  5. Baru juga kemaren Jum’at update, dah update lg aja author jazz:p. Ceritanya sedih ya. Sungguh aku menangis. Percayalah. Dan, sungguh aku benar2 menangis. Tolong percaya. Okesip lupakan. Sedih bgt serius dah thor saya sampe nangis. Pas bgt lg nyetel photograph yang rada mellow. Bodo amat ya thor ekwk. Awalnya saya kira blind itu buta beneran, taunya perasaan tante ppany yang buta! Kasian deh tante ppany. Turut berduka ya. Semangat taetae, tante unyu-unyu-ku. Mungkin iu lebih baik untuk-mu di cerita ini drpd ppany. Jadinya gak ada taeny deh. Yah sedih. Yah labil. Gak ada lanjutannya apa thor? Blind 2: the force awakens. Lah. Semangat ya jazzatta buat cerita bareng-barengnya. Semoga bagus, gak disemoga-in juga sebenernya udah pasti bagus sih. KEEP WRITING JAZZATTA! I will always love your story. Btw typo mengganggu di beberapa bagian penting. Tp gpp, karena manusia akan selalu berbuat kesalahan. Bahkan sekecil typo-typo di blind yang sangat menyentuh ini. Banyak bacot maaf thor. Dadah.

    Like

  6. 😒😒😒😒😒😒banyak bawang jadi agak sedi😁😁…tapi endingnya bener2 gak bisa kebaca..aq kira bakal balik am panny..gak taunya udah tunangan am IU…πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

    Like

  7. penyesalan memang selalu diakhiri makanya jika kau telah memilihnya maka hanya lah dia yang kau lihat saat kau mulai melihat yang lain maka yang ada hanya penyesalan.

    Like

  8. tegaaaa nya fany yakitin tae hiks.hiks..
    rasain ah fany makan tuh sebuah penyesalan
    apa tae udah milih ji eun jadi pendangping hidup nya ??

    Like

  9. Ffnya bagus banget😍.. penggunaan katanya pas banget, buat semakin kita larut dalam ceritanya dan bisa merasakan karakter tokohnya. Aku juga melt banget sama bagaimana jazz-author buat dialog taeyeon😍.. suka semua deh😍
    Aku sangat suka sama kalimat ini “Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, bukan apa yang dia butuhkan” simple tapi bermakna banyak😍

    Like

  10. Hanya diperlukan sequel thor bisakah?? Kenapa sad ending gw berharap itu bukan tunangan taeng kalo pun itu tunangan tetapi hati taeng masih ragu utk memilihnya jadi seperti tunangan terpaksa …oh taeny harus bersatu karna cinta mereka tidak bisa di pisahkan walau pun ada orang ketiga sekalipun. Bikinlah sequel nya thor ya walau memang kamu berencana ingin membuat ff ini sad ending it ok tapi hati gw rasa ga rela …πŸ˜€πŸ˜€

    Liked by 1 person

  11. Aduh… Author ni ff sedih banget sihh. Hiks hikss. 😒😒😒 aku nangis sejadi”nya thor baca ini .
    Sih fany aja yg gitu.

    Like

  12. gue tahan dr mnangis..huhu sedih bgt deh..taeku sbr ya…haa perfect pokoknya cuma ada bbrapa typo tapi gakpapa bisa dibaiki..apapun Semangat Lanjut !!

    Like

  13. Annyeong thor,izin baca..!!!
    meski taeny ending nya😭,tapi akhirnya taeyeon menemukan yg bisa memberi kebahagiaan yg sesungguhnya untuknya, huuuft..aku sedih dengan cerita ni memanglah penyesalan dtg di akhir,tiffany jd sendiri.ff mu thor,daebakπŸ˜†πŸ˜†fighting dengan karya terbaikmu thor☺😊

    Like

  14. boleh ketawa jahat dong ya? hahaha ah ak suka ending’a ini.balasan setimpal deh sama apa yg dilakukan tippany ke taeyeon xD
    #dijewer tippany

    Like

  15. Ff nya kereen thor ^^ jdi terhura bacanya..
    Nyesel kan mommy udah nyakitin daddy brulang kli, gmna? Enak pnya pcar yg smpurna? -__-
    apa slah daddy mom?? Dia kn g prnh mngecwkanmu..
    Jgn prnah deh ninggalin yg tulus demi yg smpurna -__- krn yg smpurna blum tntu pnya hati yg tlus kyk daddy…
    Benran itu daddy udh tunangan sma jieun? Mommy slamat bergalau riya… *efekkzl

    Like

  16. Serius….
    aku sesak baca nya…
    penyesalan sllu dtg di akhir kisah…
    ibarat nya it spt kta ad di taman bunga,
    pdhal kta tau bunga prtma kta lhat it lh yg baik utk kta, tp krn ego kta dan rasa pnasaran, kta mninggalkan bunga yg sbnarnya tlah brhsil mncuri prhtian kta demi mncri bnga smpurna…..
    akhirnya bunga ptma diambil org kn.
    spt tae yg akhirnya brsama ji eun…

    Like

  17. Duh sian amat pany ,lagian sih main nakal di belakang taeng…
    Jelas jelas taeng udah baik gitu tapi malah dimainin dasar wanita haha..
    Ok gua sedikit sakit hati karna taeny gk bersatu ,tapi iya ini balesan utj pany juga sih.
    Taeng jatuh ke tangan yg bener untuk masa depannnya (utk oneshot ini aja taeny begini). Oneshot nya selalu bikin baper! Saya suka oneshot nya ,sampe sampe pengen req dikinij series aja haha

    Like

  18. Aaaiiisssshhhhhhhh, Tiffany bodoh bodoh bodoh… kenapa lo bisa kayak gitu ke Taeyeon? menyesal belakangan ga ada gunanya. Bodoh bodoh bodoh ( koq gue yang frustasi ya?) *serasa ikut menjadi suara hati Tiffany* *abaikan*

    Like

  19. Sedi bgt thor karna lu ga apdet” gw bc in untk kdua kalinya masi aj nangis gw ya ampun.. sakit ny tuh dsini….πŸ˜‚πŸ˜‚ sequel donk thor
    Itu mistake juga donk thorr penasaran bgt nih

    Like

  20. Oh my gosh ini cerita bener” menyentuh banget 😭😭😭 emang bener penyesalan itu datangnya belakangan, jadi selama kita masih di berikan kesempatan untuk memiliki sesuatu kita harus bisa belajar besyukur 😊
    My taeny feeling it’s so broken 😭😭😭😭😭

    Like

  21. Hadeh mewek ckck tanggung jawab thor! Stock tisue ku langsung ludes nih huhuhuhu 😒
    Gk salah deh thor kasih judul nya blind , karna si fany bener” terlalu buta ckck, aku paling suka ff yg tae nya tersakiti dan berakhir si fany yg menyesal + Galau *ketawajahat* , pokok nya ff nya keren thor sukses bikin nyesek + mewek 😭😭 pokok nya tetap semangat yak menulis nya kekekeπŸ’ͺπŸ’ͺ

    Like

  22. Di setiap ff thor sllu tae yg lemah n pany yg sllu menindas sesuka hatinyaπŸ˜”
    Kekurangan hanya di fisik, klo untuk hati boleh di adu dgn tae n yul siapa yg gentel menyikapi psngannnya tanpa nafsu^^
    Nyesel itu sllu blkngan.. terkadang sempet berfikir.. knp di kehidupan nyata sm halnya dgn kehidupan ff yg thor buat..

    Like

  23. Hemmm fany-ah jangan menyesal ne, itu semua balasan dari perbuatanmu terhadap taeyeon, tapi akhirnya taeyeon lebih bisa mendapatkan kebahagiaannya dengan yang lain, itu lebih baik dari pada bahagia melihat mu bahagia dengan yang lain. Hmm cerita yang sangat menarik thor, mengajarkan bagaimana kita harus menghargai seseorang yang menyayangi kita, daebak thor πŸ‘πŸ‘

    Like

  24. yaaaaaaa! daebak XD
    it’s a nice fanfic! i like it! πŸ˜€
    tapi kok endingx kaya nggantung gitu??
    oke,. i dont care,.
    semangat dan terus buat ff yg keren2 ya thor,.

    Like

  25. Wow.
    Baca ff ini sambil dengerin lagu yang sama sekali gak mellow tapi tetep bisa nge feel ff ini.
    Penggunaan katanya dalem tapi ringan, ide ceritanya juga keren..
    Daebakk!

    Like

  26. hai hai twins *flo ini* :p hehehe
    sorry baru smpet mampir hahaha
    FF pertama di wp ini yg ak baca masa sad ending wkwkwkkwkwkw
    tp ini keren, ngena dihati, betapa sakitnya tae dikhianati sama pany
    tp akhirnya pany dapet balasannya yah 😦 tae jd sama jieun ckkcck
    tp itu beneran kah tae sm jieun ? ato cm manas2in pany ? XD hahahaha

    Like

  27. Nyesek bgt,,sampai nangis nii apa lagi saat tae diperlakukan seperti itu ma fany,,dan saat fany melihat di jari manis tae ma ji eu melingkar cincin,,sad ending

    Like

  28. Penyesalan memang akan selalu datang terlambat.
    Seandainya mesin waktu itu ada, aku ingin memimjamnya satu dan memperbaiki semua kesalahan di masa lalu.
    Kau ada tapi tak pernah kuhayati hadirnya
    Kau ada namun tak pernah menjadi arti yg sebenarnya.
    Kini hanya maaf yg tersisa.

    btw itu ak bikin tadi setelah baca ff km yg ini.
    nice fict.
    enjoy sih bacanya.
    Thanks

    Like

  29. ff ini hampir sama konsepnya kayak flawless, bikin baper dan sedih
    keren banget πŸ™‚ setiap part atau cerita yg kalian bikin kerasa feelnya (Β°βˆ€Β°)b
    penyesalan emang selalu datang terakhir ya πŸ™‚
    buat os lagi dong thor, atau engga cerita lainnya πŸ˜€
    kapan update?

    Like

  30. gw ketawa njir lihat kesedihan tiffany, yg namanya selingkuh sampe nyakitin kyk gitu emang harus diberi pelajaran setimpal. biar dikenang dan gk bakal ngulangin lagiπŸ˜‚πŸ˜‚ rasainnn, kesel weei

    Like

Ayo kasih komentar!