Little Things Oneshoot (Remake) BY JAZZ

Judul              : Little Things

Penulis          : JazzAtta

Publikasi      : –

Situs               : attalocksmith.wordpress.com

 

BAGIAN I

Tiffany kecil masih berlari mengelilingi danau ini yang entah kenapa tampak sangat sepi. Ini tidak seperti hari-hari biasanya. Dia akan menemukan beberapa pasangan atau keluarga kecil akan berada di tepi danau dan menikmati sore. Tetapi tidak hari ini. Namun, dalam hati kecilnya dia merasa sedikit bersyukur, karna jika ramai, kadang dia tidak bisa bermain dengan angsa-angasa itu karena harus bersaing dengan anak-anak lain untuk bermain. Ini sudah belasan tahun lamanya dia tinggal di perumahan yang dulu, hanya ada segelintir orang yang menempati setiap bangunan. Namun, saat ia beranjak remaja, mulai banyak yang mulai tertarik pada daerah ini karena fasilitasnya yang lengkap juga lingkungan yang sangat indah. Bagaimana tidak, perumahan ini di lengkapi dengan danau, taman bunga favoritnya. Juga bangunan-bangunan seperti cafe dan lainnya. Membuatnya hampir setiap hari selalu mengunjungi tempat terbuka untuk sekedar bermain sepulang sekolah.

Dia adalah gadis kecil yang begitu ceria di setiap harinya. Tidak pernah mengeluh, bahkan jika kondisi dan situasi keluarganya tak selalu berjalan seperti dongeng-dongeng yang di bacanya setiap malam. Tetapi, ia tau, bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali bunga-bunga yang selalu bermekaran di taman favoritnya. Dia begitu tergila-gila akan itu. Bahkan, orang tuanya tau dimana mereka harus mencari gadis kecilnya sepulang sekolah. Karena, hampir setiap hari gadis itu akan berada di salah satu bangku taman, atau di atas perahu di danau. Atau di tengah-tengah hamparan bunga yang luas disana. Dia selalu menyukai bagaimana bunga-bunga itu akan bermekaran, merekah indah seiring musim terus berganti. Tak jarang dia akan melukai jemarinya karena menyentuh bunga-bunga itu yang berduri. Tetapi, Tiffany tetaplah Tiffany. Dia tidak akan merasa jera, karna kecintaannya pada bunga sudah terlalu dalam, dalam sekali.

tulips

Dia tidak terlalu mempunyai banyak teman. Itu sebabnya dia sangat suka menyendiri dan menghabiskan waktunya untuk menggambar bunga-bunga yang menarik perhatiannya. Dia sangat menyukai bagaimana indah warna-warni yang selalu terbentang di hadapannya. Dia hanya tidak bisa menghentikan dirinya untuk jatuh cinta pada pemandangan yang selalu saja masuk melalui kepalanya, lalu turun kehatinya. Jika dia bisa memilih, Ia hanya ingin waktu berhenti di setiap kali dia berada di bawah langit jingga, di tengah ribuan bunga yang tengah berdiri teduh menatapnya seorang.

Langkahnya sempat terhenti ketika satu kakinya tersandung batu besar, “Aw!”Dia meringis kesakitan sembari mencoba meraba pergelangan kakinya yang terasa perih.

 

“Kau baik-baik saja?”Tiffany mendongak setelah melihat satu tangan yang kini di ulurkan kepadanya. Pandangannya agak kabur karena sinar matahari sore yang ikut menghiasi wajah itu. Detik selanjutnya dia bisa melihat papan muka itu dengan sangat jelas ketika dia menutupi sinarnya.

Di dapatinya wajah khawatir seorang gadis seumurannya yang kini terlihat sangat-sangat menawan baginya. Kedua bola matanya coklat madu, rambutnya panjang coklat dan berponi. Membuatnya menjadi sangat lucu namun anggun di saat yang bersamaan.

Dia merasa sedikit ceroboh karena terjatuh dari sepedanya.

“Kau terluka,”Sosok itu kini berjongkok di hadapannya. Suaranya sangat lembut, menenangkan. Membuatnya sedikit lupa akan rasa sakit yang kini di rasakannya.

Dia merasa begitu bodoh karena dia bahkan sekarang lupa bagaimana cara untuk berkedip.

Gadis itu agak terheran karena mendapati sosok Tiffany yang justru kini hanya terdiam kaku. “Hey,”Katanya sembari melambaikan tangan di depan wajahnya.

Oh…”Tukas Tiffany lalu tersadar dari lamunannya. Dia kembali menemui dua bola mata itu.

“Kau bisa berdiri?”Tanya sosok itu lagi kini berhasil mendaratkan satu tangannya di lengan kiri Tiffany. Membuat gadis kecil itu sedikit tersentak. Ini aneh, ketika teman-teman yang lainnya menyentuhnya, ia tidak pernah merasakan sengatan listrik itu di tubuhnya.

Tetapi kenapa berbeda dengan gadis ini yang ada di depannya?

Uh..”

“Biar aku bantu,”Kata sosok itu lagi membantunya kembali berdiri. Tidak bisa di pungkiri dia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian pergelangan kakinya.

Tiffany kini harus menyandarkan tubuh kecilnya pada gadis yang baru saja beberapa detik ditemuinya. Mereka berjalan berdampingan dengan satu lengannya yang harus berpangku pada pundak gadis kecil lainnya.

“Sebaiknya kita ke bangku itu lebih dulu,”Ujarnya sembari menuntun mereka berjalan perlahan menuju bangku yang di maksudnya yang berada di bawah pohon di tepi danau.

“Aku akan mengoleskan sedikit krim, is that okay?“Tanya sosok itu yang kini terlihat mencari sesuatu di tas ranselnya. Tiffany kecil hanya bisa menggigit sedikit bibir bawahnya menahan sakit dan mengangguk.

Okay.”

Tiffany hanya bisa menyaksikan sosok itu melakukan perkataannya sembari mengoleskan krim itu dengan lembut di pergelangan kakinya. Dia hanya bisa menarik matanya dari gadis itu. Setiap kali ia bernafas, rasanya setiap detik juga dia tidak mampu menahan perasannya yang sedikit gugup karena anak baru ini.

Tiffany yakin dia tidak pernah melihat sosok ini sebelumnya dilingkungan mereka tinggal.

Apakah karna ia orang asing yang baru saja ditemui, atau memang ada hal lain dibalik itu?

Tiffany kecil tidak pernah menemukan jawabannya.

“Sudah selesai,”

“Kau tidak banyak bicara, ya?”Tanya sosok itu lalu tertawa kecil. Dalam hati, Tiffany hanya bisa berkata. Kau tidak tau betapa cerewetnya aku kata orang lain.

“Aku Taeyeon. Dan kau?”Katanya mengulurkan satu tangannya menawarkan untuk di raih. Tiffany agak ragu untuk mengangkat satu tangannya.

Malunya, itu terlihat sedikit gemetar membuat gadis kecil yang ada di hadapannya terkekeh kecil dan justru mengambil satu tangannya lebih dulu.

“Kenapa? Aku bukan monster disini. Kau takut?”

“Bukan seperti itu..”

“Lalu?”

“Bisakah kau tidak menatapku seperti itu? Kedua matamu sangat tajam.”Ungakapan jujur Tiffany mengenai tatapan itu yang terlihat mengintimidasi. Namun dengan artian yang baik.

“Benarkah? kata orang justru meneduhkan..”

“Kata ibuku, justru tatapan seseorang yang tajam mungkin mempunyai maksud buruk.”

“Aku tidak butuh bantuanmu.”

Gadis kecil berambut coklat itu justru terdiam mendengarnya. Dia berdiri dan menatap Tiffany dengan tatapan sedikit tak percaya. Kedua matanya yang indah itu kini terlihat berair. Mungkin karna perkataan orang yang baru saja di kenalnya agak menyinggung perasaannya. Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin berteman dan membantu sesama.

Apakah aku salah? Tanyanya dalam hati.

Namun, berbeda dengan Tiffany kecil. Dia merasakan sesuatu yang menghimpit rongga dadanya ketika melihat air mata itu justru menuruni satu pipi Taeyeon. Dia bisa melihat tatapan luka darinya sebelum Taeyeon memutuskan untuk berlari darinya.

Karna reflek, dia otomatis ikut berlari untuk mengejarnya. Namun, dia kembali terjatuh karena rasa nyeri hebat pada pergelangan kakinya kembali terasa saat ia mulai berlari.

Dia terjatuh diatas hamparan rumput taman sembari ikut menitihkan air mata.

___________________

“Kau mengatakan itu padanya?”Tanya Ibunya lembut, dia terkekeh pelan. Lalu mengusap rambut gadis kecilnya dan tersenyum,

“Jelas saja dia lari.”

“Tiffany, tidak semua orang yang mempunyai tatapan tajam buruk seperti pamanmu. Beberapa membuat tatapan yang tajam namun indah. Entah bagaimana membuatmu tenang di tengah kebisingan di luar.”

“Katakan padaku, apa kau melihatnya?”

Tiffany kecil berusaha mengingat tatapan Taeyeon yang penuh dengan rasa khawatir saat melihatnya terjatuh. Tatapan itu yang tulus juga menenangkan tidak peduli dilihat dari sisi mana.

Dia mengangguk pelan, “Kalau begitu, kau harus mencarinya dan meminta maaf. Dia hanya mencoba membantumu, Tiff.”

“Karena, kau tidak akan menemukan tatapan itu di semua orang. Hanya orang-orang tertentu yang mungkin hanya singgah di beberapa bagian halaman bukumu.”

“Bisa saja, kau tidak akan menemukannya lagi hingga akhir cerita.”

“Kau tidak mau itu terjadi kan, sayang?”

Tiffany kecil lalu mengangguk pelan.

Dia bertekad untuk mencari gadis itu lagi.

___________________

Sejak hari itu, Tiffany selalu menyelipkan harapan di setiap doanya agar dia bisa bertemu kembali dengam Taeyeon. Dia hanya ingin sekali saja, mampu bisa bertemu dengan sosok itu dan meminta maaf atas perkataannya. Tiffany kecil hanya bingung dan sedih.

Sedikit tersesat akan bayangannya jika dia tidak berhasil menemukannya lagi.

Hampir setiap sore selama sebulan, ia selalu berada di tempat yang sama dimana Taeyeon membawanya dan mengobati lukanya. Namun, Taeyeon tak kunjung datang. Tiffany hampir menyerah untuk menunggu sosoknya lagi.

Sore ini, ia hanya bisa kembali memandang hamparan luas taman bunga yang ada di depannya lagi. Dia sesekali melirik pergelangan kakinya yang tempo itu terluka. Lalu kembali menaruh pandangannya lagi.

Mungkin aku tidak akan bertemu dengannya lagi.

Ini salahku.

Dia menyandarkan tubuhnya pada bangku taman. Terpejam sembari menghela napasnya panjang. Saat itu juga, ia tidak lagi merasakan paparan wajahnya tersentuh sinar matahari sore. Ia tau, seseorang kini tengah berdiri di hadapannya sehingga menghalangi sinar itu.

Tiffany perlahan membuka kedua kelopak matanya untuk menemukan sosok yang selama ini di tunggunya di bawah senja sore. Dia tersenyum hangat, menatapnya penuh ketulusan.

“Kurasa, kakimu sudah membaik, kan?”Tanyanya pelan,

Sementara Tiffany kecil masih sedikit terkejut, karena kehadiran sosoknya yang tiba-tiba. Kedua bola matanya berbinar, senyumnya mengembang liar.

Cahaya memang selalu datang di setiap kali seseorang merasa putus asa dan ingin menyerah.

“Aku mencarimu,”Ujar Tiffany pelan pada Taeyeon yang kini duduk di sampingnya.

“Benarkah?”Senyum itu merekah hebat. Dia hanya sedikit tak menyangka bahwa sosok itu bahkan mecarinya.

“Kenapa?”Lalu Taeyeon terheran di detik berikutnya,

“Aku salah mengenai perkataan ibuku. Kau tidak mempunyai maksud buruk. Maafkan perkataanku hari itu,”

“Hanya untuk itu?”

Tiffany mengangguk pelan, “Tidak baik jika aku mengatakan itu pada seseorang yang sudah menolongku.”

Taeyeon tersenyum simpul, “Permintaan maaf di terima, Tiffany!”

Dia menoleh, “Bagaimana kau tau namaku?”

“Aku selalu mendengar ibumu memanggilmu untuk kembali.”

___________________

“TAEEEE!”

“Kau mempunyai ice creammu sendiri!”Tukas Tiffany sedikit kesal karna sahabat barunya baru saja ikut menjilat ice creamnya tanpa izin.

“Punyamu lebih enak.”Katanya justru menjulurkan lidahnya dan tertawa.

“Aku sudah bilang! Kau harusnya mendengarku untuk memesan rasa coklat!”

Namun, gadis kecil itu justru kembali meledek sahabatnya yang kesal dengan kembali melahap ice cream yang masih di genggamnya. Membuat Tiffany hanya bisa memasang wajah kesalnya lagi. Namun, lebih memilih untuk mengabaikannya dan menyantapnya. Taeyeon terkadang memang mempunyai kepala yang keras seperti batu.

Pada akhirnya, mereka berdua menghabiskan sore bersama di taman ini dengan bermain bersama. Sesekali menyirami beberapa petak lahan bunga yang ada.

Keduanya menemukan banyak persamaan dan perbedaan setelah dua minggu berteman secara resmi.

Taeyeon mengetahui bahwa Tiffany adalah setidaknya kebalikan dari dirinya yang sedikit aktif. Dia tidak terlalu banyak bicara kadang. Tetapi dia akan sangat cerewet ketika sedang kesal padanya. Tiffany akan berubah menjadi lembut ketika mereka tengah bermain bersama di danau atau taman bunga. Dia menyadari betapa sahabat barunya itu sangat menyukai bunga.

Matanya akan bersinar dan memancarkan kekaguman yang berlebih ketika menemukan bunga yang sangat indah yang terkadang tidak terlihat di hamparan taman yang luas. Tiffany akan langsung terkesiap kagum sembari mengatakan “Woah” dan Taeyeon kecil tidak bisa menahan tawa kecilnya setiap kali Tiffany seperti itu.

“Ini.”Taeyeon mengulurkan satu tangkai bunga, membuat Tiffany menoleh kearahnya dan menatap bunga itu untuk beberapa detik.

Alstroemeria.”Tambah Taeyeon tersenyum simpul,

“Masih sejenis peruvian lily, favoritmu.”

“Ibuku bilang, arti dari nama bunga ini adalah kesetiaan dan persahabatan.”

“Aku mau kita berteman dalam waktu yang sangat lama, Tiffany.”

Tiffany kecil hanya bisa mengangguk ceria sembari meraih tangkai bunga itu. Dia sempat menghirup aromanya sebentar sebelum memberikan senyum terbaiknya pada Taeyeon. “Terimakasih, TaeTae..”

___________________

Tiffany menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Dia masih menatap layar telpon genggamnya. Dia baru saja membalas pesan singkat dari sahabatnya.

[Taeyeon 08.07am] You looked beautiful today.

[Tiffany 08.10am] You didn’t even see me.

[Taeyeon 08.13am] Don’t have to.

[Taeyeon 08.13am] Meet me in the park by 4?

[Tiffany 08.15am] Of course. See you, silly.

Tiffany tak bisa menyembunyikan senyumnya yang mengembang. Mungkin ini hanya masa-masa pubertas dimana dia bisa merasakan sedih dan bahagia yang terkadang melewati batasnya. Bahkan hanya dengan hal-hal kecil yang menjadi penyebabnya.

Tiffany tau, bagaimana dirinya akan menjadi begitu semangat ketika itu sudah mengenai semua hal tentang Kim Taeyeon. Pertemanan mereka sudah menginjak angka ke tujuh, semenjak kali pertama pertemuan mereka saat mereka masih berumur delapan tahun. Kedua remaja itu selalu bersama di setiap sore untuk sekedar bertemu dan bermain bersama di taman. Bahkan, dirinya dan Taeyeon telah menanam ratusan bunga yang bermekaran dan gugur dengan cara yang indah setiap tahunnya.

Kedua remaja itu hanya terus merasakan perasaan itu yang selalu ingin bersama. Tidak peduli bagaimanapun caranya.

Tiffany sendiri, dia bisa merasakan dunianya yang selalu saja terbalik bahkan terjungkal, dalam arti yang indah hanya dengan kehadiran Taeyeon disampingnya. Ini akan sedikit menyulitkannya untuk tidak melihat wajah itu untuk beberapa waktu.

Pernah, ketika Taeyeon dan keluarganya harus pergi keluar kota selama dua bulan. Ia hanya terus berharap dan berdoa agar sosok itu cepat kembali dan bersama lagi dengannya. Tiffany bahkan tak bisa menahan lagi rindunya saat sosok itu berdiri tak jauh lima langkah darinya. Memeluknya dengan erat sembari menenggelamkan wajahnya pada pundak gadis remaja berambut coklat itu.

Seandainya seseorang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Dia akan sangat berterimakasih.

“Yah! Benarkah dia mengatakan perasaannya begitu saja?”Tanya Tiffany sedikit membelalakan matanya. Taeyeon yang masih menyirami beberapa pot bunga itu hanya tertawa.

“Aku tau, kan? Kurasa dia sudah gila.”Jawabnya masih terkekeh. Tak menyadari eksperesi wajah Tiffany yang kini berubah. Ada gambaran khawatir juga perasaan  yang tak dapat di jelaskannya sendiri.

“Lalu.. apa yang kau berikan sebagai jawaban?”

Taeyeon menoleh kearahnya, “Apa lagi? Aku melihatnya sebagai sahabat, Fany-ah. Ia hanya tidak mau  menyerah.”

Mendengar itu, senyum Tiffany kembali mengembang. Ia bisa merasakan beban yang tiba-tiba jatuh di pundaknya merasa langsung terangkat begitu saja. Tak bisa di pungkiri bagaimana dia merasa kasihan pada sosok Jaehyun namun, lega karena sahabatnya baru saja menolaknya.

Mungkin aku sedikit egois, jika ini semua menyangkut tentangmu, Taeyeon-ah..

Tiffany lalu merasakan kursi di sebelahnya kini sedikit bergoyang. Dia menoleh untuk menemukan Taeyeon yang kini tersandar sembari membuang nafasnya kasar.

“Aku melakukan sesuatu yang benar, kan?”Tanyanya pelan sembari menatap Tiffany tepat di titik lemahnya. Kedua bola mata yang Taeyeon tau, akan sangat sulit mencari jalan keluar jika dia sudah tenggelam disana.

Tiffany menatapnya balik. Untuk beberapa saat, mereka hanya saling memandang.

“A.. Aku…”Belum sempat Tiffany menyelesaikan perkataannya. Taeyeon sudah menyentuh wajah sahabatnya dengan satu punggung tangannya. Membelainya dengan gerakan perlahan dan lembut. Membuat Tiffany sedikit terkejut akan gerakan tiba-tibanya.

“You do, realize that you have beautiful pair of eyes, right?“Kata Taeyeon pelan tak meninggalkan pandangannya pada kedua mata itu.

Lagi, Tiffany mengutuk dirinya sendiri karena merasa seperti orang yang sangat idiot ketika Taeyeon sedang memujinya. Rasanya di dalam sana sedang ada keributan yang ia sendiri belum tau penyebab pastinya. Yang ia tau, rasa bahagia yang bergejolak hanya bisa datang tiba-tiba hanya karena hal-hal kecil yang Taeyeon lakukan atau katakan padanya.

Apa hanya aku yang merasakannya, Taeyeon-ah?

Mungkin, kali ini dia memang benar-benar sudah gila karena kini dia berhasil merasakan Taeyeon di sampingnya menutup jarak dinatara mereka. Bahkan, Tiffany mulai bisa melihat keseluruhan wajah Taeyeon dalam jarak yang sangat dekat. Ia benar-benar tersesat akan maksud gadis yang kini ada di depannya. Dia bisa merasakan terpaan hangat nafas Taeyeon kali ini.

Dia bisa dengan jelas melihat pandangan itu yang kini berkiblat pada bibirnya.

Is she…?

“Taeyeon-ah!”Panggil suara remaja pria dari jarak jauh. Membuat Taeyeon menarik kembali dirinya. Meninggalkan Tiffany yang kini masih mematung, mencoba mencerna hal-hal yang terjadi begitu cepat dan sangat tiba-tiba.

Gadis remaja berambut coklat itu lalu menoleh, di ikuti oleh Tiffany yang ikut mencari sumber suara itu. Keduanya menemukan Jaehyun tengah berdiri tak jauh dari gazebo taman.

Wait here,“Ujarnya pelan, sembari mengusap pelan punggung tangan Tiffany dan tersenyum.

Sementara Tiffany yang masih agak terkejut hanya bisa mengangguk lemah tanpa mengatakan sepatah katapun.

Dia terus memperhatikan sosok Taeyeon yang berjalan menjauh untuk menghampiri pria itu yang mempunyai postur tubuh yang sedikit lebih tinggi dari mereka. Dia mengerti betul bagaimana hubungan Taeyeon dan Jaehyun juga sangat dekat. Bahkan, dengan segala kebodohannya, dia bisa merasakan dirinya yang tenggelam akan kecemburuan yang  begitu dalam hanya karna mendapati mereka tengah berdua.

Tiffany mengutuk dirinya sendiri karena itu.

Tanpa menarik pandangannya dari sosok Taeyeon yang kini terlihat bercengkrama, Tiffany masih terduduk. Dengan sejuta pertanyaan yang rasanya terus berlari-lari di kepalanya.

Dia merasa begitu bingung, dan tersesat.

Ini benar-benar tidak seperti dongeng yang aku baca ketika kecil. Dalam dongeng, akan sangat mudah untuk menemukan pangeran menawan dan dia segalanya yang ku inginkan.

Tapi, saat ini. aku menyadari bahwa pangeran itu tidak mudah di temukan seperti yang aku pikirkan dulu.

Dia tidak mengenakan mahkota dan menunggangi kuda.

Melainkan, dia adalah seseorang yang sangat lucu, membuat ku terpesona, dan mempunyai rambut yang indah. 

Dia bahkan bukan pangeran.

Kenapa?

Saat itu juga, Tiffany berhasil menangkap sesuatu yang sama sekali ia tak duga. Ia bahkan hanya bisa terdiam merasakan sakit yang perlahan meluas. Mencabik setiap bagian hatinya hingga kepingan paling kecil.

Dia membelakakan kedua matanya ketika Jaehyun mengecup bibir Taeyeon dengan menarik wajahnya. Tiffany tidak bisa memungkiri bagaimana berantakan keadaan ruang hatinya kini mendapati Taeyeon hanya terdiam membiarkan itu terjadi.

Dia lalu bangkit dari duduknya. Tanpa memperdulikan air mata yang kini membasahi kedua pipinya.

Dia berlari.

Meninggalkan taman dan semua mimpi buruk yang baru saja terjadi di depan matanya.

___________________

Taeyeon tidak tau harus menunggu berapa lama lagi di bawah guyuran hujan ini, yang sukses membuatnya kedinginan dan merasakan sakit kepala yang menganggu. Ia hanya bisa terus berdiri di depan halaman rumah Tiffany sembari berharap gadis itu akan keluar walaupun dengan waktu yang sangat sebentar.

Dia bahkan belum sempat mengatakan tujuannya di taman untuk bertemu dengan gadis itu sore tadi. Dia belum menyampaikan maksudnya, hingga ia menemukan bangku itu kosong dan tidak ada sosok Tiffany lagi terduduk.

Taeyeon segera berlari meninggalkan taman itu dengan Jaehyun yang tertunduk menyesal. Penuh kekecewaan juga luka di hatinya karena penolakan Taeyeon yang berulang kali.

Taeyeon bahkan sempat terjatuh melukai kakinya ketika dia berlari kerumah Tiffany. Namun, itu semua tidak seberapa sakitnya ketika harus mendapati Tiffany membuka pintu rumahnya dengan wajah yang sembab dan tersirat luka.

“You let him kissed you!”

“I’m sorry…”

“Don’t be.”Kata Tiffany terakhir sembari membanting pintu itu di hadapan sahabatnya yang hanya bisa menunduk.

Tetap saja, Taeyeon tak pernah mengerti akan situasi yang sering ia hadapi seperti sekarang ini. Walaupun, kali ini dia benar-benar berada di ambang kebingungan dan rasa bersalah yang hebat. Ia tidak tau kenapa dia merasa seperti telah menyakiti Tiffany dengan membiarkan Jaehyun menciumnya di hadapan gadis itu.

Ia tidak tau mengapa ia merasakan penyesalan juga rasa bersalah yang menusuk-nusuk ruang hatinya ketika dia melihat air mata itu turun dari kelopak mata sahabatnya.

Ia masih menungggu disitu dengan harapan yang hampir saja hilang.

___________________

Semenjak hari itu, Taeyeon tidak pernah lagi menemukan dirinya bersemangat untuk pergi ke taman. Ia tidak pernah mengukir senyum lagi di bibirnya untuk beberapa minggu.

Jelas saja, sumber kebahagiaannya selama ini selalu saja lari darinya. Dia tidak pernah bersama Tiffany lagi, mengingat gadis itu tak mau menemuinya lagi dengan sejuta alasan. Taeyeon akan mendapati dirinya yang menitihkan air mata sembari menatap bingkai foto mereka bersama di taman bunga. Ia hanya akan terdiam untuk waktu yang lama mengingat memori yang pernah mereka lewati bersama.

Menangis dan terus bertanya kenapa semua hal menjadi sangat berantakan. Ini hanya tinggal menghitung hari untuknya pergi dari kota ini. Tetapi, dengan segala kebodohannya, dia masih belum bisa memberitahu Tiffany mengenai kepindahannya.

Bagaimana tidak, walaupun mereka pergi ke sekolah yang sama. Taeyeon sangat sulit untuk menemui gadis itu. Tiffany biasanya akan berpaling dan berjalan melewatinya begitu saja. Bahkan, dia akan sengaja menggenggam tangan pria teman kelasnya dan berjalan di lorong bersama. Seantero sekolah memang sedang membicarakan bahwa mereka mulai berkencan,

Dan Taeyeon tak bisa membohongi dirinya sendiri jika dia merasakan itu. Merasakan sakit yang selalu merangkak keluar dari ruang hatinya tiap kali dia melihat mereka berdua.

Dan tiap kali Taeyeon berada di dekatnya, Tiffany hanya tidak bisa menahan dirinya untuk terus lari dari sosok itu sembari menggenggam rahasia yang siapapun tidak ketahui.

Termasuk dirinya.

___________________

“Dia baru saja pergi,”Lalu sosok itu hanya bisa terdiam. Tidak tau apa yang kini bisa di jelaskannya secara logika. Karena lagi, dia merasa hancur untuk yang kesekian kalinya.

Ini bukan rencananya. Bukan seperti ini.

Tiffany terduduk di bangku taman di tengah hamparan taman bunga yang luas di bawah langit sore. Rasanya sudah lumayan lama semenjak terakhir dia berada disini. Ia ingat sekali, untuk menyaksikan sahabatnya bersama seseorang yang lain.

Dan dia meninggalkannya begitu saja tanpa memberi alasan yang jelas.

Ia tau jika Taeyeon pasti akan selalu berada disini. Jadi Tiffany, sebisa mungkin untuk tidak kembali ke tempat yang sama. Mengetahui bahwa hatinya akan terus memilih sosok itu walaupun situasi dan waktu yang tidak pernah memihak mereka.

Dia marah pada dirinya sendiri. Dia marah karena dia tidak dapat mengatur perasaannya sendiri. Dia merasa seperti orang yang paling egois dan bodoh di saat yang bersamaan.

Tetapi, baginya memang lebih baik untuk menjauh dari sosok itu daripada membiarkan perasaan itu tumbuh. Seperti melarang bunga lily untuk bermekaran, di saat musim semi.

Dan Tiffany tau, tidak peduli seberapa keras ia mencoba. Pada akhirnya, bunga-bunga itu akan terus tumbuh dan bermekaran dengan indah.

“Seorang pria membeli dua belas bunga. Sebelas bunga pertama asli. Tetapi bunga terakhir palsu. Lalu, dia berkata kepada kekasihnya.

 Aku akan mencintaimu, hingga bunga terakhir mati.”

Senyum Tiffany mengembang liar, dia terkekeh sembari menyikut sahabatnya pelan,

 “Cheesy, Taeyeon-ah.”

Lalu keduanya tertawa bersama di bawah langit jingga sore yang terbakar di khatulistiwa. Hanya bunga bunga yang mengelilingi mereka, menyaksikan dua insan muda yang belum menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan mereka.

Tiffany memijit keningnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.

Mengetahui bahwa Taeyeon tidak ada di sampingnya harusnya cukup. Tapi, mengetahui sosok itu kini berada beribu mil jauh darinya untuk waktu yang lama. Entah kenapa luka lama itu seperti kembali terbuka. Dia hanya berharap seseorang bisa menghentikan dirinya berlari mendekati kekacauan.

Yang paling ia sesali adalah, dia tidak bisa setidaknya mengucapkan salam perpisahan sebelum sosok itu benar-benar pergi meninggalkan kota. Ia hanya ingin sekali saja, mendengar lagi suara itu yang selalu berhasil membuatnya lebih tenang.

Dia merindukan sosok itu yang tak pernah gagal membuatnya tertawa dengan candaan lucunya. Dia merindukan sosok Taeyeon yang selalu ada di sampingnya, menjadi orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya bahkan dalam hal yang sangat kecil.

Bahkan, jika jutaan hal di dunia ini menjadi salah, Taeyeon akan menjadi satu-satunya yang membuat segalanya akan baik-baik saja. Itulah alasan kenapa Tiffany tidak pernah berhenti untuk bersyukur karena dirinya telah memiliki Taeyeon yang selalu di sisinya. Tidak pernah beranjak.

Namun, keadaan sudah berbeda dan dia tau, dia tidak akan pernah lagi bisa mengubahnya.

Andai saja dia tidak merasakan itu. Perasaan yang semestinya tidak ada sejak awal. Dia pasti tidak akan kehilangan sosok itu begitu cepat. Seperti di ambil darinya begitu saja hanya karena sebuah kecerobohannya.

Tiffany mulai menyadari, bahwa semua ini memang salahnya. Dia tidak seharusnya menjadi sangat egois akan sosok itu. Dia tidak seharusnya menjadi satu-satunya yang selalu mengharapkan kehadiran sosok itu di setiap saat. Ini semua salahnya. Semua sudah berantakan, dan dia hanya bisa terdiam meratapi perbuatannya. Dan perasaannya.

Ratusan bunga telah layu dengan satu sentuhan.

Dia mengedarkan pandangannya. Menyadari ada yang berbeda pada dinding gazebo. Dia melangkahkan kakinya untuk menghampiri pahatan kayu yang kini terpajang di samping lampu taman. Dia tidak pernah ingat ada benda ini sebelumnya.

Tiffany sedikit memincingkan matanya ketika mendapati pahatan kayu itu terukir sebuah bait demi bait kata dengan tinta yang masih basah.

I’ve met a girl that made me want to go outside and take a long walk to see the sunset.

 And she smells like flowers, reminds me of daisy and she talks about universe.

she’s not just some sad story told twice over, she’s fascinating and I fall in love for her a million times a day,

 over and over again  

and…

 I’m scared shitless.

You’ll meet her, she’s very pretty, even though sometimes she’s sad for many days at a time.

You’ll see, when she smiles. you’ll love her. 

Her name is, Tiffany.

___________________

Tiffany tidak bisa memungkiri dirinya yang  begitu terkejut ketika mengenali gaya tulisan ini. Dia bahkan sempat terdiam sejenak sembari kembali memastikan, bahwa kedua bola matanya kini menangkap sesuatu yang nyata.

Bulir air matanya lolos begitu saja, membasahi kedua bibinya yang kemerahan. Dia lalu berbalik, kembali mengedarkan pandangannya. Memanjatkan doa pada surga bahwa mungkin saja sosok itu masih disini. Memperhatikannya walaupun itu terdengar sangat idiot.

Tiffany harus kembali terjatuh dan menumpahkan air matanya sekali lagi ketika harapan itu hanyalah sebuah keajaiban semata.

Dia tidak tau… dia sama sekali tidak menyadari jika sosok itu juga merasakan hal yang sama.

Aku… bukan satu-satunya yang merasakan itu, Taeyeon-ah?

Dia hanya bisa terduduk sembari terisak pelan, di tengah taman di sore hari yang tiba-tiba saja menjadi sendu. Tanpa sedikitpun menyadari sosok itu yang kini sedang memperhatikannya dari kejauhan, dengan air mata yang juga sudah membasahi wajahnya sedari tadi. Lalu dia berbalik dan melangkah pergi menjauh dari taman itu. Menghindari semua rasa sakit yang selalu tertahankan di ulu hati. Meninggalkan sahabatnya dengan sejuta pertanyaan yang mungkin kini menghantuinya.

Tiffany yang masih terlarut dalam tangisnya, meraih telfon genggamnya yang baru sjaa berderat menandakan ada pesan masuk. Dia kembali terkejut ketika membaca nama yang tertera di layar.

[Taeyeon 16.57pm]

I just want you to love me the way the flowers loves the sun.

I’m sorry. We’ll meet again,

I promise.

___________________

“Kau tidak pernah bosan untuk kesana, huh?”Tanya Nyonya Hwang sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Sementara anak gadisnya yang kini menduduki bangku perkuliahan itu hanya mengedikkan bahunya.

“Bagaimana aku bosan? Taman itu adalah segalanya, Mom.”

“Of course.”

“Apa kau menunggu seseorang?”Kini nada ibundanya sedikit mengejek putrinya. Tiffany hanya bisa menoleh dan menatapnya jengah.

“Mom.”

“Okay, okay.”

“You go. I’ll make dinner fast.”

___________________

“Tiffany!”Gadis itu menoleh untuk menemukan sahabatnya yang tampak berlari kecil menghampirinya.

“Oh, Jessie!”

“Aku sudah memanggilmu lebih dari seratus kali. Kau tuli!?”Katanya dengan napas tersengal kini berdiri di hadapannya. Tiffany hanya bisa memutar bola matanya cepat.

“Oh please, don’t talk nonsense.”

“Whatever, where are you going?”

“Park.” Untuk sesaat Jessica menatapnya dengan tak percaya.

“Kau menghabiskan hampir setengah hidupmu disana. What’s in there!?”

“Nothing.”

“Then, why!?”

“You know i love flowers.”

“There is something else, isn’t?” Kini giliran Tiffany yang terdiam. Dia berpikir sejenak untuk jawaban yang akan di berikannya. Dia tidak bisa memberi tahu yang sebenarnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini adalah rahasia yang harus ia kubur paling dalam.

“No.”

“Liar.”

“Whatever, I’m going.”Kata Tiffany sembari melanjutkan langkahnya meninggalkan Jessica yang masih sibuk mengendalikan napasnya dengan teratur karena berlari.

“Yah! Don’t forget about Jongin Oppa’s party tonight!”Serunya agak keras, namun kali ini Tiffany benar-benar memilih untuk mengabaikannya.

___________________

Ini sudah hampir enam tahun semenjak dia melihat sosok itu yang sangat di rindukannya sekarang. Dia bahkan sudah menduduki bangku kuliah. Namun, tak pernah ada kabar lagi dari sosok sahabat lamanya. Mengingat dia telah mengganti email dan nomor telfonnya.

Tiffany tidak bisa berbuat apapun selain menunggu dan menunggu, seperti janjnya untuk kembali.

Dia masih menggenggam kata-kata itu di setiap harinya. Jadi, di setiap ia membuka matanya, ia selalu menaruh kepercayaan bahwa sosok itu akan pulang. Walaupun harapan itu seakan menipis waktu demi waktu.

Namun, Tiffany tetap percaya pada sosok itu yang tak pernah mengingkari janjinya sedikitpun.

Dia tau, ini semua hanya masalah waktu.

“What!? You must be joking!”

“I’m not!”Tiffany tau, ini bukan ide bagus untuknya menceritakan ini kepada sahabat-sahabatnya.

“Okay. Give me a minute.”Kata Sooyoung sembari berusaha mencerna semua cerita sahabatnya barusan. “Kau menolak banyak pria baik hanya demi satu orang?”

“Itu bukan hal yang penting!”Sela Jessica. “What really matters is, you’re in love with your middle school bestfriend who happened to be a girl!?”

Think about it tiff. Kalian berdua masih remaja saat itu. Siapa yang tau jika itu hanya rasa suka biasa? You know what i mean.”

“You guys, simply don’t get it.”

“Make us understand, then.”Kata Jessica menyilangkan kedua tangannya di dada. Tiffany menarik napasnya kasar. Dia hanya tidak bisa membicarakan topik ini dengan kedua sahabatnya yang keras kepala.

“Aku jatuh cinta tanpa tau apa itu cinta sebenarnya. Aku tetap merasakan itu. Aku tetap jatuh cinta pada sosok itu karena tidak ada yang bisa membuatku merasakan sesuatu seperti yang dia lakukan padaku, kau tau. Dia seperti seseorang yang datang menawarkan seluruh jagat raya ketika aku hanya meminta satu planet darinya.”

“But you both were too young for love, Tiffany!”

“So, is young love still stupid if we had old souls?”

___________________

But  you’re not middle school students anymore, for godsake!”

“Bagaimana jika dia bahkan sudah bersama orang lain dengan bahagia? Apa kau bahkan memikirkan itu?”

“Jangan menyia-nyiakan waktumu untuk menunggu sesuatu yang tidak pasti, Tiff.”

Tiffany hanya bisa tertunduk layu. Dia mengedarkan pandangannya pada langit sore. Dia benci bagaimana kata-kata temannya mampu mempengaruhi dinding pertahanannya seperti ini. Lebih lagi, kebanyakan perkataan mereka memang benar.

Dia mulai berpikir bahwa dia harus menghentikan semua ini. Barangkali Sooyoung dan Jessica benar, dia hanya menunggu sesuatu yang tidak mungkin untuk kembali. Belum lagi, bayangan dimana dia melihat sosok itu mungkin telah menemukan seseorang di sampingnya.

Meninggalkannya yang masih terjebak dalam bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya setiap kali ia membuka  mata. Namun, tidak bisa di pungkiri bahwa setiap kepingan kecil dari hatinya. Masih mengharapkan sosok itu untuk pulang, Kembali padanya.

Mungkin mereka benar, Taeyeon.

 Ini saatnya.

“You’re getting more and more beautiful each day, Fany-ah.” Demi kerang laut, Tiffany kini menghentikan langkahnya. Dia terdiam tepat setelah suara itu menerobos gendang telinganya. Ia tidak bisa memungkiri ruang hatinya yang seakan mau meledak kapan saja. Di satu sisi, di juga tidak yakin dengan sistem pendengarannya yang mungkin saja sudah memburuk.

Bagaimana tidak, ini seperti petir di siang bolong yang menyambarnya lebih dulu. Tak pernah ada yang memanggilnya seperti itu selain satu orang. Satu orang yang mampu menjungkir balikkan hidupnya hanya dengan jentikkan jari. Satu orang yang ia ragu, akan kembali dalam waktu dekat apalagi pada detik ini.

Dengan segala keberanian juga rasa penasaran yang menggebu. Gadis itu menoleh.

Hey.”Sosok itu tersenyum.

Dan Tiffany tau, dia bisa mati kapan saja.

Bagaimana tidak. Mereka bertemu setidaknya ketika mereka masih menduduki akhir bangku smp. Dan mereka saling mengakui untuk jatuh cinta satu sama lain. Memorinya dengan kilat kembali terputar dalam benaknya. Dan untuk kesejuta kalinya, Tiffany berpikir bahwa dia kini sedang bermimpi.

Seseorang yang baru saja menghancurkan harapannya kini berada disana.

Sosok itu kini nyata. Bernapas di sudut sana. Dia memperhatikan sosok itu sejenak, rambut coklat yang gadis itu punya, kini tergerai panjang di bawah bahunya. Tersenyum tipis namun hangat menatapnya. Dia bersumpah, sosok itu semakin cantik dan menawan di wajahnya yang kini terlihat dewasa. Perawakan remaja itu sudah tidak ada. Yang ada hanya Taeyeon, dengan segala kesempurnaannya tengah berdiri disana. Sosok yang ia tau, dalam waktu dekat akan kembali memporak-porandakan lagi hatinya.

Dia kembali disaat harapan itu telah hilang. Dia pulang disaat semuanya tampak tidak pasti dan buntu.

Terkadang, beberapa orang mengharapkan kesempatan kedua.

Karena mereka hanya tidak siap pada kesempatan pertama.

taeyeon snsd the best album (3)

BAGIAN II

“Bukankah ini sebuah kebetulan?”Taeyeon melangkahkan kakinya kecil pada gadis itu yang masih mematung di tempatnya. Dia tersenyum simpul,

“Apa memang ini takdir?”

Tiffany hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Entah karena sosok itu yang kini memang berdiri tepat di hadapannya, atau dia sudah agak gila hanya karena satu orang.

Situasinya benar-benar tidak membaik untuk mendapati Taeyeon yang kini berdiri di depannya dengan perbedaan yang sangat signifikan. Dia masih mengenali tatapan tajam namun teduh yang ia temukan dulu ketika mereka bertemu. Dia masih bisa melihat senyuman itu yang selalu di rindukannya setiap detik.

Tiffany tau, betapa dia sudah jatuh terlalu dalam untuk tatapan itu yang kini berhasil ia dapatkan kembali.

“Say something, Fany-ah.”

“I missed you.”

___________________

Ini persis seperti apa yang ada dalam benak Tiffany. Bagaimana tidak, kini mereka tengah berhadapan duduk di salah satu kedai kopi sembari hanya menatap.

Tiffany tak bisa menyembunyikan semburat merah di wajahnya saat sosok itu tak pernah menarik pandangan darinya.

Situasi ruang hatinya memburuk mengetahui bahwa disini begitu sepi dan hanya meninggalkan mereka berdua yang masih sama-sama canggung setelah lama tidak berjumpa. Apa yang terjadi dengannya, ini seharusnya menjadi hal yang menyenangkan mengingat dia sudah mendambakan momen dimana dia bisa bersama Taeyeon lagi.

“Kau menjadi pendiam lagi, huh?”Kata Taeyeon terkekeh pelan,

“Uh…”

“Aku hanya tidak tau harus mengatakan apa.”

Kali ini, Taeyeon menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Seseorang di luar sana tau, betapa dia sungguh merindukan suara itu yang selalu berdengung di telinganya setiap malam.

Diam-diam dia sangat menyukai perubahan suara Tiffany yang menjadi lebih dewasa. terdengar manis dan husky disaat yang bersamaan. Ini benar-benar seperti dugaannya. Bagaimana tidak, saat pertama kali dia melihat sosok yang telah beranjak dewasa ini di taman. Dirinya hanya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

Tiffany tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, terlihat lebih dewasa dan anggun. Dia tidak pernah berhenti jatuh hati untuk senyuman itu. Senyuman paling indah yang pernah ia lihat dari siapapun. Dia sangat menyukai bagaimaan kedua mata itu akan membentuk bulan sabit yang sangat menawan ketika tersenyum.

“Suaramu terdengar berbeda.”Kata Taeyeon pelan,

“Aku menyukai itu. Terdengar menangkan.”

Dan inilah yang sudah di duganya. Jantungnya bahkan kini berpacu sangat cepat. Dia bahkan melewatkan beberapa detakannya hanya karena kata-kata itu yang keluar dari bibir sosok di depannya.

Namun, dia jelas bisa menyembunyikan perasaannya itu dengan terkekeh pelan. membuat Taeyeon juga ikut tertawa.

“Kurasa kita melewatkan berjabat tangan yang semestinya, setelah bertahun-tahun tak bertemu.”Kata Tiffany kini lebih memberanikan dirinya. Dia bahkan sudah mengulurkan satu tangannya.

Taeyeon sempat menatap tangan halus itu untuk beberapa saat. Ada sesuatu di dalam hatinya yang entah kenapa membuatnya sangat gugup sekarang.

Benar saja, tangan yang berniat membalas uluran itu justru bergetar pelan. Membuat Tiffany kembali terkekeh pelan, dan Taeyeon tak bisa menahan semburat merah di pipinya.

Tiffany lalu meraih tangan Taeyeon lebih dulu,

“It’s been a while, Taeyeon-ah.”Tambahnya sembari melemparkan senyum maut itu bagi gadis yang kini juga menyambutnya hangat,

“Feels so good to finally meet you again, Fany-ah.”Kini Taeyeon menjadi lebih rileks karena genggaman itu.

___________________

“Kau masih menyukai bunga?”Tanya Taeyeon pada Tiffany yang baru saja menyeruput kopinya. Dia hanya mengangguk cepat,

“Kau tau aku mencintai  bunga.”

Taeyeon ikut menganggukan kepalanya.  Dia tersenyum lalu berkata, “Tunggu disini.”Dia langsung meninggalkan meja mereka dan Tiffany yang memasang muka agak bingungnya.

Setelah hampir selama dua menit Taeyeon pergi.

Dia kini nampak berjalan santai kembali menghampirinya sembari menyenbunyikan sesuatu di balik tubuhnya yang kecil. Dia memasang wajah tenang, membuat Tiffany semakin penasaran dibuatnya.

Benar saja, ketika dia memperlihatkan apa yang di belakangnya. Tiffany hanya bisa menepuk tangannya cepat sembari berkata, “Woah!”

“They’re beautiful, Taeyeon-ah!”

Itu memang respon yang sudah di duga oleh Taeyeon. Kau tidak pernah berubah, Fany-ah. Lucu seperti biasa.

“Do you know this flower?”Tanya Taeyeon pelan sembari memberikannya pada gadis itu yang masih terpesona akan kecantikan bunga-bunga itu.

“I know this. this is Amaranth. But what is the other one?”

Taeyeon tersenyum, “Almond Blossom.”

“Ah….”

“Apa kau tau arti dari masing-masing bunga itu?”tanya Taeyeon sekali lagi, kali ini Tiffany hanya bisa menggeleng pelan.

Amaranth artinya kesetiaan. Sama seperti bagaimana aku selalu mengingatmu semenjak hari itu.”

Tiffany lalu merasakan kedua pipinya yang hangat,

“dan Almond Blosson mempunyai arti harapan. Aku rasa aku selalu menyimpan yang satu ini.”

“Harapan untuk bisa bertemu denganmu lagi, Fany-ah.”

Dan Tiffany tau, pasti kini kedua pipinya sudah sangat merona.

Terimakasih untuk Taeyeon yang sudah membuat konser dadakan di dalam hatinya.

“Terimakasih, Taeyeon-ah…”

Lalu keduanya hanya kembali untuk saling menatap. Sama-sama mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka selama ini. Apa ini adalah sesuatu dimana mereka bisa bertemu kembali dan menyelesaikan apa yang sempat tertunda?

Am i allowed to be this happy, Taeyeon?

almond-blossom-1

___________________

 

Aku tidak terlalu tertarik untuk menjalin sebuah hubungan, kurasa aku hanya terlalu fokus pada kuliahku.”Kata Tiffany sembari mengayunkan kakinya.

Mereka berdua kini tengah berada di rumah pohon di dekat danau di taman dimana mereka berdua pertama kali bertemu dan memulai tali persahabatan mereka.

Senja sore ini seakan menjadi saksi akan dua insan muda yang telah lama tidak mendapati kehadiran masing-masing di dalam hidup mereka.

“Ah…”

“Bagaimana denganmu, Tae?”

Ada wajah khawatir di raut wajah Tiffany, dia hanya tidak siap untuk mendengar jawaban itu dari sahabat lamanya. Dia hanya tidak bisa membayangkan jika Taeyeon memang benar-benar sudah menemukan pasangan yang lain. Sementara dia, tidak pernah menyerah akan dongeng yang mereka buat dulu.

Tiffany hanya merasa kasihan pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak, dia seperti seseorang yang sangat bodoh yang selalu menggantung keyakinan yang tak pernah masuk di akal karena muslihat masa remaja.

Dia seharusnya lebih mengerti bagaimana cara dunia ini bekerja. Dia seharusnya tau, apa yang langit telah perintahkan untuknya, dan untuk Taeyeon.

Tapi bagaimana jika perasaan dan keyakinannya lebih memilih untuk mengabaikan itu semua? Mengabaikan realita yang sudah menamparnya berkali-kali tak kenal jera.

“Aku…”

“Pernah bersama seseorang.”

Benar saja, Tiffany memang tidak pernah siap untuk ini.

“Tapi sudah lama berakhir.”Lanjut Taeyeon tanpa menyadari bahwa gadis di sampingnya kini sedang berusaha untuk menerima kenyataan yang selalu saja sukses membuatnya jatuh walaupun hanya untuk sesaat.

“Kurasa aku berusaha mencari seseorang di setiap orang yang kutemui.”

“Tapi aku tidak pernah menemukannya.”

Lalu Taeyeon menoleh kearah sahabat lamanya yang kini juga tengah menatapnya heran. Dia sempat terdiam memandangi wajah itu yang sekali lagi terlihat sangat sempurna di bawah langit jingga.

“Aku tidak pernah menemukanmu, di orang lain.”

“Aku tau ini terdengar sedikit bodoh,”

Sangat bodoh,

“Maaf untuk menghilang. Tetapi aku kembali.”

“Dan aku rasa aku pulang karenamu, Fany-ah.”

Dan seseorang di luar sana tau, bagaimana Tiffany kini merasakan bahagian yang membuncah di ulu hatinya sesaat setelah Taeyeon menyelesaikan pernyataannya,.

Ia sungguh tak menduga ini akan terjadi.

Dan jika langit tau, apa yang selama ini menjadi doanya. Ia merasa mereka telah menjabahnya lebih dulu.

___________________

“I’m telling you, he is hot! You should accept his dinner!” Seru Jessica agak keras pada sahabatnya yang kini masih sibuk dengan tugas kuliahnya.

Sementara Sooyoung terlihat mondar-mandir mengelilingi kamar Tiffany yang sudah lama tak ia kunjungi.

“Shut up, i can’t focus.”

“Oh, C’mon, Tiff!”

She’s right, Tiff, Nickhun tampan, baik dan dia mahir dalam berbagai hal. Apa lagi yang kurang?”

Dia bukan Taeyeon.

“Lagipula, kau selalu menolak semuanya. Bagaimana jika memberikan yang satu ini kesempatan?”

Kini, Tiffany menghadap kearah keduanya. Dia memutar balik kursi belajarnya. Tatapan jengah tertera di wajahnya,

“Jika aku menerima tawaran kali ini. Kalian harus berjanji tidak akan memaksaku untuk yang lainnya. Fine?

Sooyoung sempat menoleh kearah Jessica sebentar. Dan gadis itu hanya bisa mengangguk. Keduanya lalu sama sama kembali melihat sahabat mereka yang memang terlihat sangat kesal.

“Fine with us!”jawab Sooyoung setuju sembari mengembangkan senyumnya.

“Fine.”

“Good. One dinner won’t hurt yourself.“Sambar Jessica sembari tersenyum puas. Dia sedikit tidak menyangka jika sehabatnya mau menerima tawaran makan malam kali ini dari Nickhun. Bagaimanapun teman pria mereka itu sudah berusaha keras untuk merebut hati seorang Tiffany Hwang.

“Whatever.”

“Is this your bestfriend?”

Tiffany menoleh kearah Sooyoung yang sekarang memegang sebuah bingkai foto sembari menatapnya lamat-lamat.

Yeah.”

She’s cute. Tidak heran jika kau mempunyai girl crush padanya.”

She’s cuter now.

“Aku rasa itu bukan hanya girl crush huh, Tiff?”Kali ini Jessica ikut bicara, membuat Tiffany kembali terdiam dan memilih untuk kembali menaruh perhatiannya pada buku.

“I thought, I told you guys many times.”

“She is more like, my first love.”

Kini Jessica menghela napasnya kasar. “And I thought, I told you that was just your young stupid love. “

Kali ini Tiffany berdiri untuk menghampiri sahabatnya. Jessica dan Sooyoung tidak menarik pandangan mereka dari gadis itu yang kini perlahan juga duduk di tempat tidurnya.

“Sica, Apa kau merasakan sesuatu di dalam hatimu rasanya sangat ribut ketika bertemu seseorang yang kau anggap adalah cinta pertamamu?”

“Tentu saja.”

“Apa kau merasakan lidahmu kelu dan waktu rasanya seperti berhenti?”

“Of course. What are you talking about?”

“Jadi, itu bisa di sebut bahwa dia adalah benar-benar cinta pertamamu, kan? Kau selalu mengharapkan kehadirannya setiap saat.”Jelas Tiffany sekali lagi,

“Seperti dia adalah satu-satunya seseorang yang bisa membuatmu merasa sangat spesial.”

“Dan dia adalah segalanya yang kau inginkan.”

“Apa yang kau bicarakan, Tiff?”Sambar Sooyoung kali ini agak heran dengan arah pembicaraan mereka. Jessica terlihat menyimak sangat baik dengan jawaban yang akan Tiffany lontarkan. Gadis itu  justru sempat terdiam sembari menatap dua sahabatnya.

Tidak yakin jika dia harus memberitahukan yang sebenarnya kepada mereka.

Because i’ve met her,”

“I met Taeyeon.”

“And I felt all those feelings lingering on me because of her.”

“And I do not know how to stop it and it scared the hell out of me.”

___________________

Tiffany mengukir senyumnya tipis ketika membaca pesan yang baru saja di terimanya.

[Taeyeon 20.04 pm] Hey

Baginya, orang lain hanya tidak akan mengerti bagaimana hal kecil yang di lakukan Taeyeon mampu membuatnya merasakan kebahagiaan yang terus menyulut api di hatinya,

[Tiffany 20.05] Hey, Tae…

[Taeyeon 20.05 pm] Thought that you were sleeping 

[Tiffany 20.06pm] Nope.

[Taeyeon 20.06pm] Uhm, can we meet, again?

Tiffany menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyum,

[Tiffany 20.09pm] Sure. Why not, Tae?

I’ve always wanted to see you,

[Taeyeon 20.09pm] Idk. You seems busy. So…

[Tiffany 20.09pm] Huh?

[Taeyeon 20.11 pm] Sejujurnya aku mencoba untuk ke taman lagi beberapa sore kemarin. Tetapi aku tidak pernah mendapatimu disana.

Shit!

[Tiffany 20.12 pm] I’m so sorry. I’ve been so busy. You’re right. You should’ve called me.

[Taeyeon 20.13 pm] I wanted too. But, I don’t want to disturb you.

[Tiffany 20.14 pm] Don’t talk nonsense, Tae. You will never disturb me.

You just didn’t know how much I missed you lately.

[Taeyeon 20.15 pm] Thankyou. uhm, so can we?

[Tiffany 20.015pm] Of course, silly. When? 

[Taeyeon 20.17pm] How about lunch tomorrow?

Sial. Memang seharusnya aku tidak pernah menerima tawaran Jessica untuk Nichkhun itu. Sial. Bagaimana ini?

[Tiffany 20.18pm] Shit. I think, I couldn’t make it tomorrow. Sorry 

[Taeyeon 20.19pm] Ah.. that’s okay. Really.

[Tiffany 20.20pm] How about the day after tomorrow? I want to meet you too,

badly.

Kurasa jujur sekali saja tidak akan menyakitkan.

[Taeyeon 20.23pm] Of course.

___________________

“Jadi, aku mengatakan bahwa cincin itu ada disakunya! Kau harus melihat ekspresinya!”

Terkadang, Tiffany hanya tidak bisa menemukan tanggapan apa lagi yang mungkin terlihat layak untuk di tunjukkan. Sedari tadi dirinya hanya mengangguk, lalu tersenyum. Merespon secara singkat cerita yang di bawa dari pria yang terlihat bersemangat di depannya.

Dia hanya sesekali menyeruput minumnya, atau memotong kecil daging asapnya. Serasa tersenyum dan berusaha menyimak apa yang kini di bicarakan oleh teman kencannya, Nickhun.

Ia hanya tidak mau terlihat sangat tidak sopan atau mungkin tidak senang akan rencana ini. Jadi, Tiffany berusaha dengan keras untuk tidak menyinggung perasaan pria baik yang juga sudah menjadi temannya untuk dua tahun belakangan.

Namun, ia tidak bisa memungkiri bahwa hanya ada satu nama yang terus berlari di pikirannya tanpa mengenal waktu dan tempat. Dan dia hanya bisa menyalahkan Taeyeon untuk semua keributan yang ada di ruang hatinya saat ini.

“Your family sounds nice.”Komentar singkat dirinya,

“I know, right. You should meet them one day.”

Why should i? We’re not on a relationship or anything specific!

“Uhm, sure.”

Way too dumb, Tiffany.

“I’ll go to the bathroom for a sec.”Katanya seraya bangkit dari duduknya. Sementara Nickhun hanya mengangguk dan berkata, “Sure.”

Tiffany menahan napasnya seketika. Sosok itu kini berada di penghujung lorong restaurant. Dia baru saja menyelesaikan urusannya di kamar mandi ketika hendak kembali ke mejanya. Dia menemukan gadis itu yang kini tengah berjalan beriringan dengan seorang gadis berambut merah.

Tiffany mungkin pernah berpikir bahwa penglihatannya telah memburuk. Tetapi nyatanya tidak, disana ada Taeyeon yang kini terlihat bersenda gurau bersama orang lain. Tepat di depan meja kasir di penghujung lorong yang berhubungan langsung dengan ruang makan.

Shit! 

Bagaimana jika dia melihatku?

Benar saja, ketika dia menoleh. Dia langsung tersenyum sumringah setelah mendapatkan Tiffany yang diam mematung dengan wajah khawatirnya. Taeyeon hanya tidak mengerti situasi yang di hadapi Tiffany sekarang.

Tapi, ia juga tidak bisa memungkiri bagaimana dia merasakan sesuatu yang seperti menyulutkan api bahagianya ketika melihat gadis itu.

“Tiffany?”

Oh, no.

Taeyeon lalu melangkahkan kakinya yang di tapaki heels kearah gadis itu yang jujur saja sangat di rindukannya belakangan ini. Rasanya dia ingin sekali memeluk sosok itu, namun kewarasan dalam dirinya seperti menghampirinya lebih dulu.

“You’re here.”Kata Taeyeon dengan senyumnya yang mengembang sempurna.

“You, too.”Balas Tiffany dengan nada keraguannya. Bagaimana tidak, ini mungkin terdengar konyol dan tak masuk akal. Tetapi dia hanya tak ingin sosok yang ada di depannya kini mengetahui bahwa dia sedang bersama seseorang disini. Bahkan bisa di bilang kencan.

Apa yang akan di pikirkan Taeyeon? Apa hanya dia yang berlebihan?

Yeah. Aku hanya bertemu sahabat lama. Here, let me introduce her.”Balas Taeyeon lalu memanggil gadis berambut merah di belakang mereka. “Sunny!”

Lalu Tiffany mendapatkan dirinya yang semakin terjebak akan situasi yang sangat tidak menguntungkan saat ini.

Hey.”Sapa gadis berambut merah sembari mengulurkan satu tangannya untuk di jabat.

“Sunny.”Tambahnya, Tiffany lalu menyambut tangan itu dengan senyuman.

“Hey, I’m Tiffany.”

“I know.”Kata Sunny cepat. Membuat Tiffany menaikkan satu alisnya,

“Si kerdil ini menceritakan banyak tentangmu.”

“YAH!”Sambar Taeyeon pada sahabatnya. Lalu ketiganya hanya tertawa. Dengan semburat merah di kedua wajah Taeyeon dan Tiffany yang bisa dilihat jelas oleh Sunny. Dia hanya kembali tersenyum mengetahui itu.

Disaat mereka bertiga tengah kembali terlarut dalam perbincangan, lalu suara seseorang yang datang bagaikan mimpi buruk bagi Tiffany saat ini juga.

“Tiff!”Dia menoleh dan sekali lagi hanya bisa mengutuk waktu yang datang di saat yang tidak tepat sama sekali. Apa yang harus di lakukannya sekarang, dia benar-benar tidak tau,

Sebagian besar dari dirinya tidak ingin Taeyeon mengetahui siapa Nickhun sebenarnya. Dan sedang apa mereka disini. Dia tidak ingin gadis itu tau bahwa dia sedang berkencan dengan orang lain. Tidak tau alasannya dengan jelas, ia hanya merasa tidak ingin ada kesalah pahaman antara dirinya dengan Taeyeon.

“You took so long, so I decided to check myself.”Tambahnya lalu berdiri di dekat ketiganya.

Tiffany bisa melihat wajah Taeyeon yang sedikit bingung akan kehadiran Nickhun yang tiba-tiba. Begitu juga dengan Sunny.

Ia dengan seketika merasakan air keringat yang terasa meluncur bebas di keningnya. Perasaan tak karuan yang saat ini dirasa, hanya karena sebuah ketakutan belaka. Yang dia sendiri masih bingung penyebabnya.

“Oh, Hey.”Sapa Nickhun pada dua gadis yang masih terdiam.

“Are you guys Tiffany’s friends?”

“I’m Nickhun bytheway. Her boyfriend.”

Shit! What’s wrong with him!?

Tiffany tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Namun lidahnya seperti terasa kelu dan dia bisa melihat jelas ekspresi terkejut yang bercampur dengan kekecewaan yang tergambar di wajah Taeyeon.

“Ah.. Maaf untuk mengganggu waktu kalian,”Balas Taeyeon mencoba untuk menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Dia lalu menarik satu tangan Sunny untuk pergi bersamanya sembari melemparkan satu pandangan terakhir untuk Tiffany yang masih membisu.

“Kurasa kami harus pergi. Sampai jumpa.”Pamitnya lalu berlalu begitu saja.

No, no, no. Not like this, Taeyeon. 

I can’t lose you, again.

“What are you doing!?”Kata Tiffany agak keras sembari mendorong Nickhun dengan kedua tangannya. Pria itu seketika terkejut akan reaksi Tiffany saat ini.

“I’m not doing anything!”

“You don’t understand!”Tukas Tiffany berhasil membuat beberapa orang yang berlalu lalang memperhatikan keduanya. Dia bahkan sudah menitihkan beberapa bulir air matanya.

“Just… go.”Ujar Tiffany pelan sembari menghapus air matanya dan berlari untuk mengejak sosok itu yang mungkin sudah keluar dari gedung ini.

“Taeyeon!”Tiffany sempat terjatuh sekali saat mengejar sosok itu yang kini berusaha mempercepat langkahnya.

“Taeyeon-ah!”

Dan dia berhasil menarik satu tangan itu untuk berbalik kearahnya.

Tiffany cukup terkejut untuk mendapati wajah Taeyeon yang sudah sembab dan kedua matanya yang memerah akibat menangis. Sama sepertinya.

“No, no, no. Don’t cry, please. You got the wrong idea.”

Ini sungguh menyakitkan baginya untuk melihat Taeyeon menangis. Apalagi dia adalah penyebabnya, Sebenarnya kedua insan muda itu hanya tidak mengerti akan jeritan hati mereka sendiri. Ini bukanlah satu atau dua hal kecil yang di miliki semua orang.

Perasaan mereka yang sudah terkubur begitu lama, seolah seperti merangkak memaksa keluar dari tempat persembunyian masing-masing.

Sesuatu yang belum terselesaikan.

Kata-kata yang belum sempat terucap.

Dan perasaan yang tidak pernah terungkap.

“Just leave, Tiffany. I need sometime alone.”kata Taeyeon, suaranya bergetar. Dia berusaha keras untuk tetap meneguhkan hatinya saat melihat air mata itu yang jatuh di wajah Tiffany.

“And what!? You’re going to leave me again, aren’t you!?”

“Can you at least listen to my explanation?”

“There is no explanation. I get that. I don’t need to look out for you anymore. You have someone to takecare of you.”

Tiffany melepaskan genggamannya tepat setelah Taeyeon mengatakan itu.

“Kau menghilang untuk enam tahun, Taeyeon! enam tahun! I’ve been waiting for you too long! and this is what I got?”

“Kau pergi tanpa mengatakan apapun. Aku menunggumu. Aku bahkan tidak pernah melupakan janjimu untuk kembali.”

“Dan disinilah aku. merasa bersalah untuk sesuatu yang bukan kesalahanku.”

“Taeyeon-ah, hear me out please.. I missed you.”Tiffany mengatakan itu semua masih dengan suaranya yang bergetar. Dia bahkan sudah tidak peduli dengan situasi dan kondisi yang ada.

Dia hanya ingin Taeyeon tau, bahwa dia sudah menunggunya begitu lama.

“Okay.”Balas Taeyeon di sela isakannya.

“Nickhun isn’t my boyfriend. He’s just a friend.”

“Sahabatku selalu memaksaku untuk pergi dan berkencan dengan orang lain. Mereka hanya tidak mengerti bagaimana aku selalu jatuh cinta pada seseorang di masa laluku. Mereka hanya tidak mengerti bagaimana rasanya menunggu seseorang untuk enam tahun lamanya.”

“Aku rasa aku hanya takut jika kau adalah satu-satunya. Aku takut jika aku tidak bisa bersamamu, aku harus bersama seseorang yang tidak aku cintai.”

“Do you remember? I’ve chosen to be your friend.”

“But falling for you was out of my control.”

“You know, sometimes I hate myself for still waiting for you. Waiting for impossible thing to happen.”

“But you came back. You’re here. And I’m still falling in love with those eyes. With you.”

“Honestly, I feel really stupid.”

“But I don’t really care about all that. About all those bullshit things they’ve always told me that it was just my young stupid love.”

“I need you.”

“Please, stay..”

Taeyeon sungguh terkejut ketika mendengar itu semua dari sosok gadis yang kini ada tepat di hadapannya. Dia bisa merasakan sesuatu yang seperti menghimpit jantungnya. Merasakan darahnya yang seperti berhenti berdesir setiap saat pernyataan Tiffany selesai.

Ia tidak pernah sama sekali membayangkan jika gadis itu akan mengucap kata-kata itu.

Kata kata dimana dia juga mencintainya.

Taeyeon pikir, selama ini hanya ialah yang merasakan itu.

Tiffany seperti telah menyihirnya untuk jatuh, tak peduli berapa lama ia pergi, seberapa kuat ia mencoba untuk menghilangkannya.

Seseorang yang tak pernah meninggalkan ruang pikirannya siang dan malam selama hampir enam tahun. Nama yang selalu terlintas setiap saat dia melakukan segala sesuatu.

Sosok yang tampaknya tidak pernah terhapus walaup hanya sebentar.

Seperti mimpi yang sangat indah yang menghampirinya lebih dulu. Ia pikir ia sudah kehilangan sosok itu untuk beberapa saat tadi. Ia pikir, ia tidak akan pernah bisa mendengar kata-kata itu dari Tiffany.

Taeyeon segera menarik tubuh itu untuk didekapnya. Dia bisa merasakan sosok Tiffany yang menumpahkan seluruh tangisan di bahunya. Dan dia hanya bisa merasa bersalah karena telah membuat gadis ini menangis. Dia merasa begitu bodoh dengan melanggar janjinya untuk tidak menyakiti Tiffany.

Namun disinilah dirinya. Membiarkan Tiffany menunggunya untuk waktu yang lama. Dan kembali dengan membawa luka.

Beberapa bagian dari dirinya merasa sangat sangat bersyukur karena hal ini. Dia bisa mengetahui perasaan Tiffany yang sebenarnya. Surga nampaknya memilih untuk mengabulkan doanya.

Atau.. setidaknya dia bisa memiliki Tiffany di sampingnya untuk waktu yang sedikit lebih lama.

Jika diizinkan, dia hanya ingin waktu berhenti.

“I’m sorry.”

“I missed you, and it hurts, Fany-ah..”

Taeyeon melepaskan dekapannya dan menatap kedua bola mata pilu itu lamat,

 “Maafkan aku karena melakukan ini.”Ujar Taeyeon pelan,

Mata gadis itu melebar ketika dia merasakan bibir Taeyeon menyentuh bibirnya sendiri.

Tiffany memejamkan matanya dan menciumnya balik. Ciuman mereka ringan, hati-hati, dan keduanya tidak keberatan untuk itu. Tidak masalah untuk membiarkan ini berjalan dengan perlahan.

“I’m madly in love with you, Hwang.” bisik Taeyeon di bibir gadis itu setelah dia mematahkan ciuman mereka.

Tiffany hanya mengangguk, dia tersenyun. Napasnya tersengal. “I know.”

Taeyeon ingin tahu apakah dia bisa melakukannya lagi,

“I like kissing you.”Tambahnya tersenyum ketika dia melihat wajah Tiffany memerah dan melihat ke bawah dengan malu-malu. “We should do it more often.”

 

Menunggu adalah salah satu tanda dari cinta yang sebenarnya

Siapa saja bisa menyatakan cinta,

Tapi tidak semua bisa menunggu dan membuktikan bahwa itu nyata.

 _________

 Have a great day! ❤

  • JazzAtta

3 thoughts on “Little Things Oneshoot (Remake) BY JAZZ

  1. author jazz comeback!! walaupun pernah post ff ini dan saya udah baca, tp tetep gak pernah bosen baca ff nya authornim ini. sorry banget baru bisa baca + komen hari ini gara2 kemarin tiba2 ada kerjaan mendadak. kessel 😭 but akhirnya bisa dpt wkt luang jg hari ini buat baca ulang ff ini. dan ini ff sebenernya simple tapi maniisss banget. bikin diabetes 💕💕 😂 yoksiii.. tulisan author jazz emang gak pernah ngecewain. ditunggu update faith nya. semangat authornim!! 💕💕

    Like

    • ohya akun saya sebelumnya ppimillhwang.. gak tau napa berubah jd ok bee 😭 dah lah apapun itu yg penting bisa baca + komen ff nya author jazz

      Like

Ayo kasih komentar!